FF [ONESHOOT] RED HAIRED WIZARD BOY

Senin, 02 Januari 2012





minna! o genki desuka?



halo halooo~*guling guling

Backsound : pororo openin

sebelumnya selamat tahun baru yaaaaaaaah~~*basa basi

ehmm,,,eah,,eh,,,,*ceritanya spechless

maaf ya para readers-ku udah lama panda ngga nge-post FF, lama nunggu yah?*pede mampus*bakar panda*

gini,,,ada FF baru*setengah berbisik

Ceritanya gaje seperti biasa, trus masih kayak dulu, rencananya mau bikin romantic comedy, entah kenapa jadi FF lumayan galau?



aih~ yasudlah~

komen yah, like yah, kalo enggak silakan pulang hehehehe

Trus jangan di copy paste dengan nama author yang berbeda alias di plagiat*siapa yang mau yoh?



kekeke

lets check it guys~

btw, semua nama tempat hasil karangan panda doang xD fiktif

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

SILENT READERS?

STOP HERE, JUST GET OUT

GO HOME~

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Title
Red haired wizard boy

Author 
Hashlin Panda

Cast
Sully aka choi Jin ri
Jay aka jeon ji hwan
Lee Tae min
DLL

Rating
PG 13+

GENRE
Romantic Comedy
Fantasy

Resume :
Apabila Seorang penyihir menikah dengan Non penyihir, maka kekuatannya akan hilang, karena itu Jinri bertekad untuk tidak akan jatuh cinta pada penyihir. Namun apa yang akan dilakukan kalo teman sekelasnya yang sangat berisik ikut ikutan bolos dengannya? Haruskah jinri yang notabene-nya pencintaan keheningan ini bersabar untuk selalu bersama dengan cowok ini sampai jam sekolah berakhir?.
_________________________________________________________________

Suasana stasiun pagi itu masih sibuk seperti biasanya. Padat dan penuh oleh orang orang yang akan pergi berkeja, sekolah ataupun keperluan lainnya. Disana, disebelah sebuah tiang stasiun terlihat seorang siswi yang dari tadi sibuk memperhatikan kereta kereta yang datang dan pergi sambil sekali sekali melihat jam tangannya. Dari penampilan, memang tidak ada yang membedakannya dengan siswi sekolah lainnya. Kemeja biru, blazzer putih, rok kotak kotak dengan dasi yang senada.

                Tiba tiba ia menganggukkan kepalanya seakan sedang menyetujui sesuatu setelah mengalami perdebatan panjang dalam dirinya. Iapun mulai melangkahkan kaki,tapi sesuatu menghentikan gerak langkahnya, tepatnya, sepatunya tak bisa digerakkan. Ia langsung menoleh, hanya orang yang sejenis dengannya lah yang bisa melakukan hal semacam  ini.  Dan, benar saja ia menemukan seorang cowo berambut merah yang berseragam sama dengannya hanya saja dalam versi cowok sedang tertawa tawa kecil.
Ia menatap cowok itu tajam. “ya, tolong cabut perkataanmu..”

“mworago?” ujar cowok itu dengan tangan didekat telinganya sambil berjalan menuju cewek itu itu.

“tolong cabut perkataanmu barusan, kau melanggar peraturan sekolah Pasal 2 ayat 11 Siswa tidak boleh menggunakan sihir untuk iseng dan kegiatan kegiatan yang dianggap tidak perlu lainnya” ujarnya pelan

“whoa,,aku hanya menolongmu choi jin ri-ssi,,kau menaiki kereta yang salah, ini kereta ke kangnam, harusnya kalau mau kesekolah kita naik kereta Byonggi kan?”

“aku memang mau naik kereta ini..” ujarnya datar

“mwo?kau mau bolos?????” seru jihwan sehingga semua orang disekitar mereka jadi memperhatikan, jihwan yang menyadari hal itu buru buru membungkuk dan meminta maaf pada orang orang. jinri pun memanfaatkan kelengahan jihwan dan menggunakan mantra lain untuk melepaskan sepatunya dari sihir jihwan dan melangkah kembali menuju pintu kereta.

“ya! Choi jin ri-ssi! Kau mau kemana?” soraknya ketika ia sadar jinri sudah melangkah pergi, dan mengejarnya hingga kedalam kereta.

“ya! Aku sudah memanggil- manggilmu! Kenapa terus berjalan seakan akan tidak mendengarku?” seru jihwan ketika berhasil meraih lengan jinri

“ya,,jeon ji hwan..kenapa kau jadi sok akrab begini?” tanyanya dengan muka yang biasa ia perlihatkankan, datar.

“mo..mo...mwo??? so..sok akrab katamu? Ya! Aku sudah berbaik hati padamu dan kau bilang aku sok akrab?”

“lepaskan aku,,aku tak kesekolah hari ini”

“mwo? Wae?!”

“bukan urusanmu..”

Kereta tujuan kagnam akan segera berangkat harap menjauh dari pintu masuk karena pintu akan segera ditutup.

“mwoyaaaa??? Keretanya mau berangkat?? Ya sudah kalau kau tak mau sekolah!aku pergi!” seru jihwan akhirnya dan berlari menuju pintu keluar. Jinri menghela nafas, akhirnya bocah berisik itu pergi juga. Jeon ji hwan adalah teman sekolahnya di DaeGuk high school, yah itu bukan sekolah biasa. DaeGuk high school adalah sekolah penyihir dimana semua anak anak keturunan penyihir bersekolah disana, tentu saja hal ini tak diketahui masyarakat umum. Masyarakat cuma tau kalau DaeGuk high school hanyalah salah satu dari ribuan sekolah lainnya yang ada di korea.

               Jinri melihat kesekeliling mencari tempat duduk yang kosong, ia menemukannya, dan segera duduk. Kemudian membuka tas-nya dan mengambil handphone, setelah menatap layar hape-nya sebentar, ia mencabut batrai hapenya dan menyimpannya kembali didalam tas.

Semua menyebalkan, aku capek dengan kehidupan aneh ini, aku ingin hidup normal. Batinnya sambil menatap siswa siswa sekolah lain yang juga ada didalam kereta itu.

“jinri-ah..” panggil seseorang, jinri-pun menoleh dan ternyata.,,

Bocah bodoh ini lagi. Batinnya, dan membuang muka. Jihwan hanya menatap jinri heran dan duduk disebelahnya.

“pintunya sudah tertutup sebelum aku mencapai pintu keluar..” ujarnya kemudian

Nikmatilah kebodohanmu itu

“terpaksa aku ikut bolos bersamamu.”

Itu karena kau sok sibuk mengurusi urusan orang lain

“aah,,kau tau?”

Tidak aku sama sekali tak ingin tau,

“absenku terancam, bulan lalu aku sudah dapat surat peringatan, kalau sekarang aku ketahuan bolos,, apa yang akan terjadi?!”

Tentu saja surat peringatan kedua bodoh

“GYAAH!! Kau tau apa yang akan omma ku lakukan jika menerima surat peringatan itu?”

“apa? Dia akan menyihirmu jadi kodok? Membuatmu melayang diudara?” tebak jinri asal

“aniyoo,,,DIA AKAN MEMBAKAR SEMUA ALBUM WONDER GIRL KU! KEMAREN SAJA IA MEMBAKAR POSTERNYA! DAN KAU TAU APA YANG LEBIH BURUK?” seru jihwan g nyante, jinri menatapnya aneh “ti,,tidak..”

“BISA BISA OMMA KU AKAN MEMBERIKAN ALBUM SNSD KE PEMULUNG!! KAU TAU BETAPA AKU MENCINTAI TIFANNY?? AKU TAK BISA MEMBAYANGKANNYAAA” jihwan terlihat semakin gila, jinri menempeleng kepala jihwan. “awww” rintihnya

“HENTIKAN,,kau membuatku malu! Bisakah kau duduk sedikit lebih jauh dariku?”

                Jihwan mem-pout-kan kan bibirnya sambil mengelus ngelus kepalanya. “aku akan ikut denganmu, kau tau? Sebaiknya kita turun dulu di stasiun berikutnya, dan menyusun beberapa rencana, berpergian tanpa tujuan begini ngga asik kan?” saran jihwan, jinri menatap jihwan, bener juga nih orang.

*******
                Akhirnya mereka turun di stasiun  Bapegeun. Mereka berdua duduk di sudut stasiun.

“ sekarang kau mau kemana?” tanya jihwan membuka pembicaraan

“kemana saja, asal bukan kesekolah dan pulang kerumah”

“lalu kema----..” pembicaraan jihwan terputus karena tiba tiba hapenya berdering.

Girls generation make you feels the heat----“ne, dobosseo~”

 “ya! Jihwan-an,, apa yang kau lakukan? Sebentar lagi kelas akan dimulai!” ujar taemin diseberang setengah berbisik, sepertinya seonsenim sudah masuk.

“aaaa,,,”jihwan menatap jinri dengan tatapan apa yang harus kukatakan. Dan jinri membalasnya dengan tatapan awas saja kalau kau bermulut besar. Jihwan menelan ludah.

“aku,,aku sedang sakit taemin-ah..uhukk uhukk,,,tadi pagi,,hukk,,kepalaku tiba tiba pusing,,uhuuk..”

“sakit..? sampai beberapa detik yang lalu kau terdengar sehat sehat saja...”

“a,,ani,,aku benar benar,,uhukk uhuk sakit tauu...sekarang aku dikamar dan sedang berselimut”

Nig nong ning, kereta jurusan haryu segera berangkat, mohon para penumpang berhati hati dengan pintu masuk krena akan segera ditutup

Jihwan dan jinri  kompak saling menatap saling. “yaaaa! Jihwan-ah! Apa kau benar benar berada dalam selimut dikamarmuuu!!!!!!” sorak taemin pelan(?)*ada guru soalnya. Jihwan kembali mendekatkan telinganya ke handphone-nya. “mian taemin-ah,,,tapi tolong kau katakan pada seongsenim kalo aku sakit ya.gomapta.annyong.” tukasnya cepat dan segera memutuskan sambungan

“Pabboya!!!” seru jinri  “cepat matikan hapemu!”

                Jihwan menurut dan mematikan hape-nya seraya tersenyum kikuk pada Jinri. 

“fiuuh,,ha..hampir saja yah..” sebenarnya bukan hampir tapi sudah

“cih”

“jadi mau kemana..?” tanya jihwan lagi seraya menyimpan hape di blazzer-nya

“kesinikan hapemu, biar aku yang menyimpannya, aku tak mau mengambil resiko kalau nanti nanti kau mengadu” ujar jinri seraya menyodorkan telapak tangannya ke arah jihwan

“ara ara...cih” jihwanpun mengeluarkan hape-nya dari blazer dan memberikannya kepada jinri rela tak rela. Banyakan ngga relanya sih.

“ehm,,jadi mau kemana?” ia mengulangi pertanyaaannya

“kesuatu tempat...” jawab jinri asal

“ tempat yang mana?”

“mollayoo”

                Jihwan mendesah, kenapa ia bernasib begini, berniat menolong malah ikut ikutan ketiban sial, mana yang ditolong ngga tau terimakasi dan sama sekali tak ramah pula.

“bagaimana kalo ke lotte word?”

“aku tak ada uang sebanyak itu” anak ini gila

“kalau ke gungsam tower*ngarang, author g inget namanya,ekekeke*,,? Disana romantis sekali, memasang gembok disana, me---“

“apanya yang romantis dari memasang gembok? Lagian aku tak mau pergi ketempat romantis bersama mu” potong jinri. Lagi lagi jihwan mem-poutkan bibirnya.

“haeeh,,aku juga tak bisa mengajakmu ke dance studio, jika ibuku menyadari aku pergi membolos ia pasti akan mencari kesana..” jihwan terlihat berpikir keras, “ah!” ia menepukkan tangannya

“bagaimana kalo kita ke gyungsam park? Hari ini ada konser outdoor! Lumayankan bisa nonton pertunjukan!”  usul jihwan dengan pose telunjuknya.

“baiklah,,” ujar so ra yang sudah capek mendengar ide ide gila ji hwan

*********

JINRI POV

“kalian dari sekolah mana? Kenapa jam segini sudah keluyuran?” tanya security ketika mereka baru sampai di pintu masuk konser

“aah,,itu,,itu..” bagaimana ini batinku

“ajussi,,,” panggil jihwan

“mwo? Apapun alasan kalian aku tak akan mengizinkan”

konser yang seharusnya kuhadiri, itu yang tak kita sepakati, tapi untuk perubahan yang berarti kau memihakku hari ini” ujar jihwan seraya memutar mutarkan telunjukknya ke arah ajussi, ajussi itu pun jadi terlihat aneh.

“ heyy,,kalian masih muda!! Pergilah bersenang senang!!” serunya sambil mempersilakan kedua anak itu masuk. Tanpa kuperintahkan mulutku-pun menganga , dan menatap geram ke arah jihwan. Ia Cuma nyengir kuda dan menarikku ke arena konser.

“yaaa!!! Jihwan-ah!! Apa yang kau lakukan? Barusan itu kau melanggar pasal 3 ayat 2! Siswa dilarang meggunakan sihir kepada makhluk sipil tanpa alasan yang mendesak!!!”

“heeh? Hal barusan kan kejadian yang mendesak jinri-ah...” balasnya dengan senyuman manis, eh? Senyuman manis? Maksudku,,senyuman bodoh.

                Hari ini entah kenapa aku merasa tak ingin kesekolah. Aku bosan dengan lingkungan yang itu itu saja, Hal yang aneh bagi orang lain, namun hal yang biasa bagi kami. Buku yang melayang diudara, papan tulis yang sudah tertulis tanpa harus menulisnya dari kapur atau spidol, Guru guru yang datang dengan teleport ke kelas, Guru guru yang dapat membaca apa yang dipikirkan murid muridnya, dan hal hal ajaib yang tak ada disekolah lainnya.

                Terkadang aku iri, bukan. Aku selalu iri melihat siswa yang dapat bersekolah normal. Kenapa orang tua ku adalah penyihir? Sehingga mau tak mau bakat sihir ini sudah ada padaku sejak lahir. Aku tidak suka ini, aku tidak berbakat. Ketika yang lain dapat berhasil dengan mantra mantranya hanya dalam satu kali percobaan, aku harus mengulangnya berkali kali. Aku harus berusaha ribuan lebih keras dari teman teman lainnya.

                Keahlianku hanyalah di pelajaran tertulis, tapi ketika praktek, aku tak ada apa apanya. Karena itu, aku merasa aku akan lebih cocok belajar disekolah yang biasa, aku tidak seperti jihwan dan yang lainnya, walaupun jihwan sering bolos, melanggar banyak peraturan salah satunya dengan mewarnai rambutnya menjadi merah, ataupun tertidur ditengah pelajaran, ia dapat melakukan berbagai macam sihir hanya dengan memikirkannya saja, seperti tadi. Dengan mudahnya ia menyihir security itu sehingga sekarang kami disini, menonton konser yang sangat diinginkannya.

“whoaa,,,jinri-ah! Lihaaat!!!!” serunya seraya menyodorkan selembar kertas tepat ke muka ku.

“apa apaan ini,,” keluhku sambil mengambil lembaran itu

“lihat! Ada 2Ne1!” serunya dan menunjuk nunjuk tulisan 2NE1 yang ada di list performer hari ini, aku menatapnya heran.

“bukannya kau suka WG dan SNSD?” tanyaku

“bicara apa kau? Sebagai lelaki Tentu saja aku suka semua girlband hahahaha xD” 

T_T” anak ini terlalu aneh, apa keputusanku untuk bolos hari ini adalah salah besar?

*******
                “hei jihwan, apa saja Mantra tingkat tinggi yang sudah kau ketahui?” Sekarang kami berada di cafe dekat gyungsam park, Tiba tiba jihwan mengajakku pulang walaupun konsernya belum selesai. Bahkan 2NE1 yang dinantikannya masih belum perform. Tapi baguslah,  Aku tidak tahan mendengar sorakan sorakan riuh dan musik yang sangat besar itu, apa lagi orang yang disebelahku berisik sekali, siapa lagi kalo bukan jihwan. Dan aku juga malas menanyakan alasannya, kenapa ia mengajakku pulang?.

“eh? Ini pertama kalinya kau menanyakanku!” ujarnya heran

“haaaa?” ujarku lebih heran lagi, anak ini suka memperhatikan hal hal yang tak penting.

“erm,,maksudmu seperti sihir waktu? Atau melayang?” ia malah balik bertanya, akupun mengangguk.

“a,,ani,,aku belum bisa..mana mungkin aku bisa,,haha,,kau tau kan bagaimana aku dikelas, yang bisa kulakukan hanya mantra mantra dasar elemen bumi, sperti air, api dan udara..hehehe” lanjutnya

                Ia terlihat sedikit aneh, aku menatapnya curiga.

“hei,,kau tidak sedang membaca pikiranku kan?” tanyanya panik

Aku menggeleng “aku tidak bisa membaca pikiran, aku sama sepertimu,,, aku Cuma menguasai mantra mantra elemen dasar, mungkin lebih payah darimu,,karena itu..”

“karena itu?”

“karena itu aku merasa tak cocok berada disana..” lirihku dan menunduk dalam, kenapa aku begitu lemah?. tiba tiba tangannya menyentuh kepalaku.

“semua akan baik baik saja..” ucapnya sambil tersenyum, aku menatap mata jihwan. Walaupun matanya lebih kecil dariku, tapi terlihat sangat..indah

“kau tau? Saat ini Dirumah, yang bisa sihir hanya aku saja..” ujarnya seraya menyenderkan badannya kekursi

“eoh? Kenapa?”

“Jika seorang penyihir menikah dengan manusia yang tak punya bakat sihir maka ia harus menyerahkan kekuatannya..” lirihnya seraya mengalihkan pandangan keluar jendela

 “dan kekuatan sihirnya akan turun pada anak pertamanya..” lanjutnya, aku mengangguk, hal ini sudah dipelajari sejak SD dulu.

“dan jika penyihir menikah dengan sesama penyihir, semua anaknya akan memiliki bakat sihirkan?”

Ia mengangguk lagi”ommaku sudah menyerahkan kekuatan sihirnya  demi cintanya bkepada appa,,sehingga kekuatan sihir omma berpindah kepadaku, anak pertama mereka,,” ia tersenyum

“benarkah? Whoaa,,romantis sekali..”

Jihwan tersenyum lagi” benarkan? Omma ku benar benar hebat! Kecuali dengan hobby-nya yang suka memusnahkan barang barang koleksiku”

“jihwan-ah...”

“erm?”

“aku,,,apa suatu saat nanti, jika aku menikah dengan manusia apa kekuatan sihirku bisa hilang?” tanyaku sambil tertunduk, entah kenapa aku tak sanggup bertanya  jika menatap matanya langsung

Jihwan tak berkata apa apa, akupun mengangkat kepalaku. “kenapa diam saja?” tanyaku kesal

“apa kau begitu tak menyukai kekuatan sihir yang ada pada dirimu?” jihwan menatapku dengan tatapan tajam, aku tak pernah melihat mukanya yang seperti ini

“aah,,sebenarnya aku..aku,,benci kekuatan ini..aku ingin hidup normal,,” aku kembali menunduk

“aku ingin sepperti siswa lainnya, aku payah dalam sihir! Aku tidak bisa menggunakan mantra dengan cepat, aku---”

“kau tidak akan jatuh cinta pada penyihir?” potong jihwan

Aku menggeleng, aku ingin hidup normal, dan itu adalah satu satunya cara untuk lepas dari belengu kekuatan ini.

“lucu sekali, jadi kau akan menikah dengan non penyihir meskipun kau tak mencintainya? Yang penting kekuatanmu hilang?”

“itu,,aku...”

“ahhh....duduk duduk begini hanya akan membuang waktu, bagaimana kita mengunjungi tempat lain? Jam sekolah masih lama looh..” katanya seraya merenggangkan tangannya

“eoh? Ba,,baiklah,,” anak ini sungguh tak dapat ditebak, dan entah kenapa saat ini aku sangat menginginkan kekuatan untuk membaca pikiran.

******

“aih,,lihatlah,,langit mendung, sepertinya akan turun hujan,,,” keluh jihwan seraya mendongakkan kepalanya kearah langit

“erm,,” aku tidak peduli akan hujan atau tidak, aku melihat Penjual aksesoris dipinggiran jalan. Dan mataku menangkap Sebuah cincin yang sangat lucu. Wah,,lucunya..batinku. Tapi ku urungkan niatku untuk membelinya, bahkan mendekati penjual aksesoris itu. Tidak tau kenapa, hanya malas aja.

                Tiba tiba jihwan –yang dari tadi berjalan didepanku—melangkah menuju penjual aksesoris itu, dan jongkok seraya memperhatikan barang barang yang dijual. Aku mengikutinya, “ada apa?” tanyaku heran

“kau suka itu?” tanyanya sambil menunjuk sebuah cincin, dan itu adalah cincin yang dari tadi menyita perhatianku. Aku menatapnya heran, tanpa sedikitpun menunjukkan ekspresi betapa sukanya aku pada cincin itu, yah, itulah keahlianku, berpura pura.

“memangnya kenapa?” ujarku datar, jihwan tersenyum.

“ajussi,,ini berapa?” tanyanya seraya mengacungkan barang yang ia maksud

“aah,,itu cincin couple,,kau mau membelikan pacarmu ya?” goda ajussi itu seraya melemparkan pandangan usil padaku, akupun bergidik.

“bukan!” tukasku cepat

“ajussi,,aku mau yang ini” kata jihwan seraya menyodorkan beberapa lembar uang, ajussi itupun tersenyum.

“mana tanganmu?” jihwan berdiri dari jongkoknya

“buat apa?”

                Ia pun meraih paksa tanganku,Dan memasangkan cincin itu ketanganku. Tanganku yang di sentuhnya terasa panas, sangat panas, sehingga, ketika ia selesai memasangkan cincin dijariku, aku menarik tanganku secepat mungkin. Seperti biasa ia hanya menatapku heran.

“kau mau mesangkannya untukku?”

“...”

“tidak? Ya sudah kupasang sendiri saja,,” ujarnya sambil menyematkan cincin itu ke jarinya sambil tertawa

“wah,,pas ternyata..”

                Senyumnya, entah sejak kapan senyuman itu bisa menenggelamkanku. Ketika melihat ia tersenyum, dunia disekelilingku menjadi buram, yang terlihat Cuma,,,jihwan yang berambut merah dan sedang tersenyum bodoh sambil memandangi cincin couple yang ia pasang sendiri.

                Ia mengalihkan pandangannya pada ku. Deg. “ayo jalan...” katanya lagi, aku mengangguk pelan dan membiarkan ia berjalan didepanku.

                Aku menatap tanganku, menatap Cincin yang barusan ia pasangkan, dan belikan. Kenapa ia bisa tahu? Apakah kami punya selera yang sama, tidak tau, tapi Sudut bibirku terangkat, tersenyum. Sudah lama aku tak merasa bahagia seperti ini.

“yaaaa! Ayoo,,kenapa lambat sekali?” seru jihwan yang ternyata sudah jauh didepan.

********

“terima ini pabooo!!!!!!” sorak jihwan seraya memercikkan air laut padaku. Cuh, asin!.

“yaaaaaa!!!!!! Juggulle???” teriakku seraya membalasnya

“hahahahahahaha” ia tertawa, akupun menatapnya sebal.

“apa begitu menyenangkan melihat orang sengsara haaah?” aku kembali memercikkan air padanya, iapun berlari, tentu saja aku mengejarnya, aku  berhasil meraih tangannya, Tapi sialnya aku tak dapat menjaga keseimbanganku sehingga terjatuh, Bersama jihwan. Ya, bersama jihwan.

                Aku tak sempat berteriak karena air laut yang asin keburu masuk kemulutku, bahkan ternggorokanku. Wueeehk. Tubuhku menindih jihwan. Wajahnya sangat dekat. Aku merasakan waktu berhenti untuk beberapa saat. Dengan segera ia menegakkan badannya dan menyingkirkan ku dari tubuhnya.

“YA! Kenapa kau tak cepat menyingkir! Aku nyaris tenggelam tau! Wueeeekh,,aku meminum banyak air asiin...” soraknya seraya meludah ludahkan air asin yang terlanjur memenuhi mulutnya.

“ya! AKU JUGA TAU!” protesku tak mau kalah, ia masih sibuk dengan kegiatan “menetralkan” lidahnya. Aku mem-poutkan bibirku, dan beranjak berdiri. Kemudian aku mengulurkan tangannya, Ia menatapku, dan aku berusaha balas menatapnya, Datar. Jihwan tersenyum dan menyambut tanganku lalu berdiri.

“lihat,,kau memakan rambutmu..kekeke”  ia menyingkirkan rambut yang secara tak sadar menempel didekat bibirku. Lagi lagi sensasi panas itu terasa lagi, namun kali ini pada  bagian pipi yang tersentuh oleh tangannya . Dan seandainya jika rambutku juga bisa merasakan sesuatu, mungkin panasnya juga akan sampai kesana.

“hehehehe..”

                Aku menatapnya, Rambutnya yang merah itu basah, Tapi terlihat sangat berkilau diterpa matahari seperti ini.

“hua...hu...huachiiiimmmmm!!!!!” tiba tiba aku bersin, tanganku segera menutup mulutku, kulihat lagi orang itu. tentu saja ia tertawa, ia mengacak ngacak rambutku.

“hahahaa...ternyata pergi ke pantai saat musim gugur merupakan ide yang buruk yah,,,”

“tentu saja, dan ide ini adalah idemu..”

“haha..” ia masih tertawa,

“bagaimana aku akan pulang basah basah dan kotor begini? Ketauan bolos-nya kan?” keluhku ketika kami memutuskan keluar dari “air”, sekarang kami duduk dipasir pantai.

“hei,,kenapa pikiranmu begitu kuno?” Jihwan kembali memutar-mutar telunjuknya, dan ajaib, bajuKu mengering. Well, sebenarnyanya ini bukan hal ajaib bagi kami, entah kenapa, aku lupa kalau dia dan aku adalah penyihir.

                Kali ini ia memutar mutar telunjukknya dan mengeringkan dirinya. Ayunan tangannya ketika menebar sihir terlihat sangat indah dan cantik. Aku,,apakah aku juga ikut tersihir olehmu jeon jihwan?.

“kenapa? Tak ada lagi kata kata, hei kau melanggar peraturan pasal sekian ayat sekian?” Ledeknya seraya menirukan gayaku yang sebenarnya sangat tidak mirip itu

“ya! Kau menyebalkan!” aku memukul bahunya, tidak terlalu keras.

“aww,,” rintihnya, tapi tetap dengan tawanya. Dan merebahkankan tubuhnya dipasar pantai yang lembut.

“hei?”

“biarkan aku berbaring sebentar..masih ada 2 jam lagi sebelum pulang sekolah” ujarnya dengan mata yang terpejam. Aku menatapnya, 2 jam lagi, 2 jam lagi waktuku bersama orang ini. Dan besok, semua akan berjalan normal kembali, pergi sekolah, dan hanya saling berbicara saat benar benar perlu.

Aku mengalihkan pandangan ke laut, memeluk lututku, andaikan aku Bisa menyihir Waktu, aku akan menghentikan waktu saat ini, atau mengulang beberapa jam sebelumnya, menghabiskan waktu yang lebih banyak dengan orang ini.

Ya? Apa yang kupikirkan? Kenapa aku berkhayal sedemikian jauhnya? Aku memukul jidatku pelan. Ini hanya sihir.Ya, pasti, Pasti aku sudah tersihir oleh penyihir berambut merah yang bernama jeon ji hwan ini. Tidak boleh,, AKU TIDAK BOLEH TERMAKAN SIHIRNYA!.

Aku menatap wajah tidurnya, terlihat begitu tenang, damai dan aku menyukai orang ini. Tuhan,,bukankah aku sudah berjanji untuk tidak jatuh cinta pada penyihir? Tapi kenapa? Kenapa sekarang aku malah merasakan sensasi aneh pada penyihir berambut merah aneh dan bodoh seperti dia?.

Jihwan mendesah dalam tidurnya, dan memeluk tubuhnya dengan tangannya, sepertinya anak ini kedinginan. Tanpa ku komando, tanganku melepaskan blazzer yang sebenarnya adalah satu satunya pertahananku dari dinginnya angin musim gugur Dan menyelimutkan padanya, ia tersenyum dalam tidurnya.

“ya,,sihir apa yang sudah kau berikan kepadaku pabo?” gumamku pelan

**********

Author POV

                Jinri langsung menuju kamar dan merebahkan tubuhku ke kasur ketika sampai dirumah. Dipendarkannya pandangannya keseluruh kamar. Tak ada yang berubah, masih ada buku buku yang bertumpukan diatas meja belajar, Rak rak penuh buku,  Baju yang terlipat rapi dalam lemari yang entah kenapa terbuka, semua rapi, tak ada yang berubah.

                Yang berubah itu adalah hidupnya, hari ini, untuk pertama kalinya—sejak ia masuk SD dulu—pergi membolos dengan seorang cowok, pergi berkeliaran ketika murid lain serius belajar disekolah. Jinri terkekeh kecil.

“how can i did something bad with that Red haired wizard guy?”

                Jinri menggapai boneka pikachu-nya dan memeluknya, menenggelamkan wajah nya di bantalan pikachu yang empuk itu. cewek itu tak henti hentinya tersenyum sejak masuk kamar tadi. Tiba tiba ia ingat akan sesuatu.

HANDPHONE JIHWAN! AKU LUPA MENGEMBALIKAN HANDPHONE JIHWAN! Pekiknya dalam hati, dengan segera ia menyambar tas dan mengacak-ngacak isinya. Ini dia, Hape jihwan yang tadi ditahannya untuk jaga jaga ia tidak akan mengadu.
“haruskah aku mengembalikannya sekarang?” gumamnya seraya membuka flip hape jihwan dan menghidupkannya. Rasa penasaran menggerogotinya sehingga ia tak bisa menahan tangannya untuk menjelajah Hape jihwan.

PERTAMA MP3 NYA

                Ternyata di hape jihwan ada banyak sekali MP3, lagu lagu girl band tentunya, lagu lagu barat, jepang, dan sedikit sekali lagi Boyband. Dasar maniak girl band.
PENJELAJAHAN BERLANJUT PADA KOLEKSI FOTO-NYA

                Tidak ada begitu banyak foto, yang ada hanya Fotonya bersama teman temannya, pemandangan  dan hal hal yang tak penting lainnya, kemudian beberapa selca dirinya. Aku-pun berinisiatif untuk mentransferkan foto foto itu ke hape-ku.

Drrt,,,girls generation make you feel the heat~ hape jihwan berbunyi

Dilayarnya tertera nama Park chae rin, ia menatap bimbang layar hape tersebut.

“angkat atau ngga ya?” seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal, kemudian ia mengangguk mantap dan memutuskan untuk menerima telefon tersebut.

“ne,,dobosseo..”

“ya! OPPA! Kenapa lama sekali mengangkat teleponnya?” seru seorang cewek di seberang

“mi,,mianhe,,jihwan-----“

“eh? Ini siapa?” potongnya

“aku,,aku temannya, tadi aku tidak sengaja membawa hapenya, sebentar lagi aku akan menggembalikannya, jadi, lebih baik nanti saja telpon lagi” ujar Jinri seramah mungkin

“aah,,ba,,baiklah..”

“i..iya..”

Keadaan hening sesaat

“kau,,kau siapa jihwan? Pacarnya?” tanya cewe itu ragu ragu

“eoh?” pacar? “bu,,,bukan!” tukasnya cepat, “kami hanya berteman” Lanjutnya lagi

“benarkaah??” cewe itu terdengar girang, Jinri mengangguk, walaupun yakin cewe itu pasti tak akan bisa melihat ia mengangguk sekarang.

“syukurlah,,tadi aku sempat khawatir,,hehehehe..aku sangat menyukai jihwan-oppa, Ia namja chingu ku, tapi beberapa bulan yang lalu kami putus...” cewe itu mulai bercerita, jantung jinri berdegup, seperti ada batu yang tiba tiba menghantam dadanya.

Namja chingu
Namja chingu
Namja chingu

Entah kenapa kata kata itu bergema di kepala jinri

“aku sadar aku salah, aku ingin memintanya kembali, aku benar benar ingin oppa kembali padaku...erm,,dan kau tidak menyukainya kan?”

Jinri menelan ludah, tenggorokannya tercekat.

“ah,,maaf,,aku menanyakan hal yang bukan bukan,,aku hanya---“

“tidak, aku tidak menyukainya” tukas jinri cepat

“ah,,begitu?,,erm,,kalau begitu,,annyeong”

Cewe itu memutuskan panggilannya

                Jinri merebahkan kembali tubuhnya dikasur. Satu hari ini, satu hari ini begitu banyak hal yang terjadi. Hanya karena ia ingin melarikan diri dari kehidupannya yang begitu  kaku.

Bolos dengan menaiki kereta dengan arah yang berlawanan dengan sekolah

Bertemu jihwan teman sekelasnya, yang pada awalnya mencegahnya untuk bolos, tapi karena kebodohannya ia malah ikutan bolos walau tak ingin.

Nonton konser, Beli cincin couple, Ke pantai. Begitu banyak hal yang terjadi diluar kebiasaanku, diluar dugaanku, disaat aku menyadari aku mulai menyukainya, aku malah mendapatkan telefon dari manta yeoja chingu-nya.

“Heuuh,,skenario hidupku terlalu aneh” gumamnya seraya mendesah, sebenernya ia ingin stay cool like usual,,tapi,,bulir bulir bening berjatuhan dari sudut matanya.
“hiks hiks hiks”

**********

Jihwan POV

                Aku baru menyadari Hape-ku ada pada anak itu ketika hendak menelpon taemin, Aku menelponnya, dan setuju untuk bertemu ditaman. Setelah menunggu beberapa menit di bangku taman, akhirnya ia datang. Wajahnya terlihat murung, well, dia memang selalu murung.

“hai..” sapa ku ramah, ia hanya tersenyum kecil dan menyodorkan hape-ku

“gomapta Jinri-ah...” ujarku seraya mengambil hapeku, kemudian mengotak-ngatiknya untuk menelpon taemin. untuk menanyakan  sekolah. Sekaligus meminta bantuannya untuk mengamankan koleksi GB-ku, mumpung omma belum tau, aku harus mengungsikan koleksi ku yang tercinta ini. Semua kumasukkan dalam tas yang ku bawa.

“kenapa berdiri dengan tatapan horor begitu? Ayo duduk disini..” ujarku sambil menepuk nepuk bangku disebelahku, ia masih menatapku datar.

Tinuut,,,tinutt...achk,,kenapa tidak diangkat? Apa dia sedang ditoilet?

                Akupun mulai resah melihat si jinri yang masih berdiri mematung begitu, dengan tatapan datarnya. “ya,,apa tidak pegal? Duduklah,,kau ambeien? Ato ada bisul di pantatmu?” canda ku, oke sebenarnya ini adalah candaan sesama namja, bukan yeoja dengan namja seperti ini. Ia hanya diam menanggapinya.

“tadi itu menyenangkan ya,,apa kau ketauan? Kalo aku sejauh ini masih aman, tapi lihat, benda benda berhargaku sudah ku bawa semua, rencananya mau ku ungsi-kan kerumah taemin, tapi dari tadi si pabo ini tak menjawab telponku” ujarku kesal

                Mulutnya menganga setengah senti, aku menatapnya. Dan tulisan melayangpun mengambang diudara.

                                Eoh? Jadi dia menelpon taemin? Bukan cewek itu?

                Aku menyeringitkan keningku. He? Apa yang anak itu pikirkan? Cewe itu? cewe yang mana?. Sekarang tanpa kupersilakan ia sudah duduk disampingku.

“tadi,,ada cewe yang menelponmu, maaf kuangkat, tapi tadi sudah kubilang untuk melepon nanti kok,,” jelasnya kemudian, aku menatapnya heran, entah sudah berapa kali aku menatapnya seperti itu hari ini. apakah ini yang yang membuatmu Muram begitu?.

“hmmph” aku menahan tawa, Jinri menatapku aneh.

“wae?”

“tidak,,,hanya saja,,kau itu lucu sekali ya...”

Ia hanya menatapku dalam diam.

“gawat, kalau melihat wajahnyanya sedekat ini aku bisa masti” lirihku sambil membaca pikirannya

“eoh?”  matanya terbelalak kaget

Aku tersenyum, mungkin sudah saatnya ia tahu semua ini, siapa aku.

“kau..kau membaca pikiranku? Kau bisa membaca pikiran?” tanya masih dengan ekspresi kagetnya tadi

Aku mengangguk

“jadi,,,,” dia terdiam sejenak

“dari tadi,,kau..membaca pikiranku?” ia menatapku kecewa

                Pertanyaannya barusan entah kenapa menohok jantungku, tatapan kecewa-nya, tatapannya yang terlihat sangat kecewa kepadaku. Aku---

“jahat” ucapnya tertahan membuyarkan lamunanku

“mianhe,,aku tak bermaksud--“

                Wajahnya terlihat memerah dan ia meletakkan kedua telapak tangannya dipipi.”jihwan ah, mulai besok kita tak usah berbicara lagi, dan anggap saja kejadian hari ini tak ada”

“tapi---“ aku menatapnya

“hentikan! Dan jangan pernah membaca pikiranku lagi!” serunya dan beranjak pergi, semakin lama langkahnya semakin cepat dan berlari kemudian hilang digelap malam.

                Aku tidak bisa mengejarnya, yah. Salah satu alasannya karena ia sudah menyihir sepatuku agar tak bisa di gerakkan. Dan alasan yang paling utama adalah, tanpa disihirpun kakiku tak bisa digerakkan. Aku,,aku tidak ingin melihat wajah kecewanya, aku tidak suka melihatnya menangis, aku tidak suka...

                Aku melangkahkan kaki ku dari taman itu, duduk bermenung dimalam musim gugur adalah ide buruk. Aku memutuskan untuk pulang saja, atau ke rumah taemin dulu, untuk me-ungsikan semua ini. Disepanjang perjalanan aku tak berhenti memikirkannya.

                Satu hari ini aku sudah berusaha membuatnya tersenyum, membawanya ketempat yang menurutku akan menyenangkannya, membaca pikirannya agar aku bisa melakukan apa yang dia inginkan. Aku tidak tau sejak kapan aku peduli padanya. Ia Cuma teman sekelasku, teman sekolah yang awalnya hanya ingin ku tolong karena kukira menaiki kereta yang salah.

                Sebenarnya, tadi pagi aku bisa saja keluar dari kereta itu dan pergi kesekolah. Tapi, entah kenapa anak itu terlihat kesepian, aku kasihan padanya, awalnya rasa itu hanya perasaan simpati saja, awalnya perasaan itu hanya rasa kasihan saja, AWALNYA.

                Tapi semakin lama dengannya, aku ingin membuat ia bahagia, tersenyum dan tertawa. Ketika konser tadi, aku membaca pikirannya,

                “Disini berisik sekali, telingaku tidak kuat dengan suara keras seperti ini, jika kutempelkan tanganku ke telinga, jihwan akan tersinggung. Padahal, jihwan sudah bersusah meluangkan waktunya untuk menemaniku.”

                Dari situlah aku tau, ia bukan seperti apa yang terlihat. Sinis, dingin, pendiam, dan egois. Tapi dia sebenarnya adalah anak yang berhati lembut, tapi tak tau bagaimana meng-ekspresikan perasaannya. Aku mulai memperhatikannya, membaca satu persatu pikirannya yang sangat berbeda dengan ekspresinya yang datar.

                Aku marah ketika ia mengatakan penyihir bukanlah tipenya, aku tersenyum ketika membaca pikirannya yang sebenarnya juga selalu tersenyum padaku, aku membelikan apa yang ia inginkan meskipun ia tak akan pernah mengatakannya. Dan aku bersemu merah setiap mendengar teriakan ‘suka’ dari hatinya.

                Aku menatap cincin couple yang kupasang sendiri.

“cincin murahan seharga 3000 won tidak akan tahan lama, sebentar lagi juga karatan” gumamku seraya tertawa miris

                Salahku juga, membaca pikiran orang seenaknya, tidak berkata jujur. Yah, klasik, yeoja tidak menyukai namja yang berbohong. Aku mendesah dan melayangkan pandanganku kelangit dimana hanya terlihat beberapa bintang dan bulan yang setengahnya saja.

“besok,,berbuat seperti tak terjadi apa apa? Bisakah?”

***********

JINRI POV

                Hari ini aku tidak menaiki kereta yang salah kesekolah, hari ini aku tidak keluyuran lagi ketika semua siswa sedang berada dikelas, hari ini aku masuk kelas, dan hari ini, tidak ada jihwan yang selalu tertawa disampingku. Sekarang, kami hanya teman sekelas yang hanya akan bersosialisasi ketika membutuhkan saja.

                Jihwan, si bocah pembaca pikiran itu. Dengan seenak perutnya membaca isi pikiranku yang penuh tentangnya. Bisa kau rasakan bagaimana perasaanku ketika mengetahui iorang yang kau sukai dapat mendengar semua perasaan mu padanya? Semua ungkapan sukamu padanya? Meskipun itu hanya dipikiranmu? Dan kau tak pernah berniat untuk memperlihatkannya. Pasti malu dan kesal sekali kan?.

                Tenang, yang kuperlukan hanyalah menghindari jihwan. Kebetulan jarak bangku kami cukup jauh. Sekali sekali aku menoleh ke arahnya, yah perasaan suka tak mungkin hilang dalam hitungan  detikkan?. Ternyata ia juga sedang menatapku, dan tersenyum tipis, senyum yang aku rindukan.

                Tiba tiba aku tersadar, dan segera berbalik, anak itu pasti sedang membaca pikiranku. Aku kembali menoleh dan menemukannya dengan ekspresi herannya yang kubalas dengan tatapan kesalku.

*******

“jinri-ah,,kenapa tumben sekali kau tidak masuk kemarin? Guru guru pada bingung loh..” tanya krystal ketika jam istirahat, sekarang kami sedang berjalan dilorong sekembalinya dari kantin.

“ehm,,itu,,aku tidak enak badan” alasanku,

 “sekarang sudah baikan?” tanyanya dengan nada cemas

“yup” ujarku seraya tersenyum, untung temanku yang satu ini bukan pembaca pikiran

“ah jihwan..” kata krystal tiba tiba, tentu saja hanya dengan mendengar nama namja itu jantungku, terasa sangat tidak baik. Nama orang itu, sungguh tidak baik bagi jantung.

                Krystal melihat ke luar jendela, yah kami di lantai 3 dan dibawah ada jihwan dan teman teman lainnya yang sedang bermain bola.

“kau tau? Jihwan kemarin membolos loh..ia ketahuan ketika di telfon taemin, si taemin lupa kalo guru kim bisa membaca pikiran” jelas krystal

                Aku hanya mengangguk angguk sok paham. Ya, aku tau, karena aku bersamanya kemarin. Dan ngomong ngomong sepertinya mulai sekarang aku membenci kata kata “pembaca pikiran”, “membaca pikiran” dan lain lain.

“krystal, aku ke toilet dulu yah..” ujarku seraya menyerahkan semua belanjaanku di kantin tadi,

“uhm,,”

“tolong bawakan kekelas ya..”

Krystal mengangguk, dan aku segera melesat.

*********

                Aku sudah sampai dilapangan sepak bola, dan memendarkan pandanganku. Tidak ada, aku tidak menemukannya. Dimana dia?.

“kau mencari jihwan” tanya seseorang tiba tiba, aku menoleh ke arah suara. Ternyata taemin.

“a..ani..aku Cuma mau lihat pertandingan, tapi sepertinya sudah selesai yah..ehehe” ujarku ngeles seraya menendang nendang pelan tanah dengan sepatuku.

“kkojimal~”

“eoh?”

“kalau mau mencari jihwan dia ada di kran” ujar taemin seraya menunjuk arah yang ia maksud. Disana terlihat jihwan sedang membersihkan sepatunya.

“sudah ku bilang aku tidak mencarinya”

Taemin tersenyum “jihwan tak bermaksud jahat, ia hanya ingin menyenangkanmu, ia sudah jujur, dan sekarang giliranmu, ia menunggumu!” nasehat taemin seraya mendorong pelan tubuhku ke arah keran, aku menoleh dan menatapnya, ia mengangguk dan bersorak Hwaithing!. 

Dan satu hal melintas dipikiranku, apa taemin juga bisa membaca pikiran?.

********

AUTHOR POV

                Pelan namun pasti, jinri melangkahkan kakinya menuju tempat jihwan berada. Jihwan terlihat serius membersihkan sepatunya yang kotor karena bermain bola tadi. Iseng mode : ON. Jinri mengayunkan tangannya dan membuat air keran lebih deras dari yang seharusnya sehingga membuat jihwan kaget.

“kekekekeke” jinri pun terkekeh, jihwan segera menoleh dan menatapnya sebal. Ia pun menggerakkan telunjuknya dan mengarahkan air kepada jinri.

“yaa!!!” sorak jinri yang basah kuyup

“kau sudah melanggar peraturan jinri-ah..”  ujar jihwan dengan kekehannya yang tak bisa ditahan lagi, jinri memajukan bibirnya. Dan mengehela napas.

“mianhe..” ujarnya lirih

“eh?” akhirnya jihwan berhenti tertawa gaje

“mian, aku sudah marah padamu kemarin, padahal kau sudah tulus menolongku..”

Hening, jihwan menatap jinri, sedangkan jinri menundukkan pandangannya meskipun ia tau sekarang jihwan sedang menatapnya.

“kau,,marah padaku?” tanyanya lagi

“ani, aku tak marah” tukas jihwan cepat, jinri mengangkat kepalanya dan tersenyum.

“gomawo,,erm,,aku sudah mengatakan semua yang ingin kukatakan sekarang aku pergi dulu yah” ujar jinri dan membalikkan badan, jihwan menahan tangannya. Jinri menoleh.

“benarkah sudah semuanya?” jihwan menatapnya dengan mata serius, ini kedua kalinya jihwan menatapnya seperti ini, pertama di cafe ketika ia mengatakan penyihir bukalah tipe-nya. Dan yang kedua adalah sekarang. Jinri memutar bola matanya,  dan kembali menghela nafas.

‘kau membaca pikiranku lagi” ujarnya pelan

“mian, aku tak bermaksud, semua muncul begitu saja tanpa ku inginkan” kata jihwan seraya melepaskan tangan jinri. Jinri menatap tangannya yang dilepas jihwan barusan, Tangan yang awalnya terasa hangat, berubah dingin menusuk ketika jihwan melepaskan genggamannya.

“eh, kau memakai cincin itu?” celoteh jihwan ketika menemukan cincin yang ia pasangkan kemarin masing bertengger di jari manis jinri. Jinri memperhatikan jari jari jihwan.

Dan kau tidak. Batinnya

“yah, aku memang tidak memakainya..” celetuk jihwan tiba tiba

“haih, aku bahkan lupa kalau kau bisa membaca pikiran” terus terang ini sangat menjengkelkan berhadapan dengan orang yang tau  semua yang kau pikirka, sedangkan kau tidak mengetahui apa yang orang itu pikirkan.

                Jihwan tersenyum simpul dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Mengambil dompet dan mengeluarkan sebuah cincin. Ia mengambil tangan jinri dan menyerahkan cincin itu ketelapak tangan jinri. Kemudian tersenyum, senyum yang selalu membuat mata sipitnya tak kelihatan.

                Jinri menatap jihwan heran. Apakah artinya ia ditolak? Oke, memang dia belum menyatakan perasaannya. Tapi tentu saja sipembaca pikiran ini sudah tau semua isi pikirannya, yang penuh dengan si pembaca pikiran itu.

“itu buka cincin couple jika yang memasangkannya adalah diriku sendiri” ujarnya tiba tiba, jinri menyipitkan matanya, tak mengerti apa yang jihwan maksudkan. Jihwan menyodorkan tangan kirinya.

“tak ada artinya kalau bukan kau yang memasangkannya untukku” lanjutnya, Jinri kaget, kemudian terkekeh.

“euhm?” ujarnya lagi sambil menaik-naikkan alisnya. Jinri memegang kepalanya yang sebetulnya tak sakit itu. Dan menatap jihwan malu malu seperti anak SD yang baru ketemu kecengan-nya.

“tapi bagaimana dengan park chae rin?”

“eoh? Ada apa dengan park chae rin?”

“bukankah dia mantan pacarmu? Ia berkata kalau ia ingin kembali padamu”

“eoh? Aku tak pernah berpacaran sebelumnya, itu hanya cewek yang sering mengangguku, kau tau kan kalau aku ini lumayan terkenal..” ujar jihwan sok bangga,

“benarkah?” tanya jinri dengan tatapan menyelidik

“aku bersumpah!” katanya seraya mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya. jinri memukul bahu jihwan pelan.

“dasar” lirihnya

                Jinri pun meraih tangan jihwan dan menyematkan cincin couple itu ke jari manis jihwan, ia menatap jihwan, mata kecil yang begitu indah, yang membuatnya sakit kepala dalam beberapa jam kebelakang. Jihwan tersenyum, mengenggam lengan kanan jinri dan mendekatkan wajahnya, jinri pun  memejamkan matanya, dan,,,kalian pasti tau apa yang akan terjadikan? (hehe)

                “jhoayo..” ujar jinri pelan

                “eo, ara, na do, jhoaseumnida” balas jihwan dan menciumnya kembali.

                Dan akhirnya si penyihirpun mendapatkan pasangan yang juga penyihir, plus pembaca pikiran. Mungkin cita cita-nya untuk menjadi non-penyihir tidak akan kesampaian. Bahkan sekarang ia bersyukur, ia adalah penyihir. Karena kalau ia bukan penyihir , ia tak akan bertemu dengan jihwan disekolah penyihir ini. Yah, penyihir berambut merah.

“tapi ini cincin murahan, bentar lagi bakal karatan, suatu hari nanti akan ku belikan kau yang lebih mahal” ujar jihwan. Jinri tersenyum dan mengangguk.

“bagiku tak masalah mau barang murahan atau mahal, asalkan darimu, aku suka. Dan juga cincin ini menyimpan banyak kenangan, hehe”

Jihwan tersenyum, dan mengacak-ngacak rambut jinri.

Tak perlu kau katakan aku sudah tau
Bahkan tanpa kemampuan membaca pikiran inipun, aku sudah dapat menebak pikiranmu
Karena,
Na neun saranghamnida
********
END 02/01/2011



nah gimana? dikomen yaa...di like yaaah,,

panda udah berusaha meminimalisasi typo:)

untuk bakornya salah2 dikit gpp ye,,,kekekeke



gomapta (_ _)*bow 90 degrees



(^o^) sampai ketemu di FF berikutnya,,,*semoga panda kebajiran ide kekeke


















0 comment:

Posting Komentar