minna! o genki desuka?
halo halooo~*guling guling
Backsound : pororo openin
sebelumnya selamat tahun baru yaaaaaaaah~~*basa basi
ehmm,,,eah,,eh,,,,*ceritanya spechless
maaf ya para readers-ku udah lama panda ngga nge-post FF, lama nunggu yah?*pede mampus*bakar panda*
gini,,,ada FF baru*setengah berbisik
Ceritanya gaje seperti biasa, trus masih kayak dulu, rencananya mau bikin romantic comedy, entah kenapa jadi FF lumayan galau?
aih~ yasudlah~
komen yah, like yah, kalo enggak silakan pulang hehehehe
Trus jangan di copy paste dengan nama author yang berbeda alias di plagiat*siapa yang mau yoh?
kekeke
lets check it guys~
btw, semua nama tempat hasil karangan panda doang xD fiktif
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
SILENT READERS?
STOP HERE, JUST GET OUT
GO HOME~
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Title
Red haired wizard boy
Author
Hashlin Panda
Cast
Sully aka choi Jin ri
Jay aka jeon ji hwan
Lee Tae min
DLL
Rating
PG 13+
GENRE
Romantic Comedy
Fantasy
Resume :
Apabila Seorang
penyihir menikah dengan Non penyihir, maka kekuatannya akan hilang, karena itu
Jinri bertekad untuk tidak akan jatuh cinta pada penyihir. Namun apa yang akan
dilakukan kalo teman sekelasnya yang sangat berisik ikut ikutan bolos
dengannya? Haruskah jinri yang notabene-nya pencintaan keheningan ini bersabar
untuk selalu bersama dengan cowok ini sampai jam sekolah berakhir?.
_________________________________________________________________
Suasana stasiun pagi itu masih sibuk seperti biasanya.
Padat dan penuh oleh orang orang yang akan pergi berkeja, sekolah ataupun keperluan
lainnya. Disana, disebelah sebuah tiang stasiun terlihat seorang siswi yang
dari tadi sibuk memperhatikan kereta kereta yang datang dan pergi sambil sekali
sekali melihat jam tangannya. Dari penampilan, memang tidak ada yang
membedakannya dengan siswi sekolah lainnya. Kemeja biru, blazzer putih, rok
kotak kotak dengan dasi yang senada.
Tiba tiba ia menganggukkan
kepalanya seakan sedang menyetujui sesuatu setelah mengalami perdebatan panjang
dalam dirinya. Iapun mulai melangkahkan kaki,tapi sesuatu menghentikan gerak
langkahnya, tepatnya, sepatunya tak bisa digerakkan. Ia langsung menoleh, hanya
orang yang sejenis dengannya lah yang bisa melakukan hal semacam ini.
Dan, benar saja ia menemukan seorang cowo berambut merah yang berseragam
sama dengannya hanya saja dalam versi cowok sedang tertawa tawa kecil.
Ia
menatap cowok itu tajam. “ya, tolong cabut perkataanmu..”
“mworago?”
ujar cowok itu dengan tangan didekat telinganya sambil berjalan menuju cewek
itu itu.
“tolong
cabut perkataanmu barusan, kau melanggar peraturan sekolah Pasal 2 ayat 11
Siswa tidak boleh menggunakan sihir untuk iseng dan kegiatan kegiatan yang
dianggap tidak perlu lainnya” ujarnya pelan
“whoa,,aku
hanya menolongmu choi jin ri-ssi,,kau menaiki kereta yang salah, ini kereta ke
kangnam, harusnya kalau mau kesekolah kita naik kereta Byonggi kan?”
“aku
memang mau naik kereta ini..” ujarnya datar
“mwo?kau
mau bolos?????” seru jihwan sehingga semua orang disekitar mereka jadi
memperhatikan, jihwan yang menyadari hal itu buru buru membungkuk dan meminta
maaf pada orang orang. jinri pun memanfaatkan kelengahan jihwan dan menggunakan
mantra lain untuk melepaskan sepatunya dari sihir jihwan dan melangkah kembali
menuju pintu kereta.
“ya!
Choi jin ri-ssi! Kau mau kemana?” soraknya ketika ia sadar jinri sudah
melangkah pergi, dan mengejarnya hingga kedalam kereta.
“ya!
Aku sudah memanggil- manggilmu! Kenapa terus berjalan seakan akan tidak
mendengarku?” seru jihwan ketika berhasil meraih lengan jinri
“ya,,jeon
ji hwan..kenapa kau jadi sok akrab begini?” tanyanya dengan muka yang biasa ia
perlihatkankan, datar.
“mo..mo...mwo???
so..sok akrab katamu? Ya! Aku sudah berbaik hati padamu dan kau bilang aku sok
akrab?”
“lepaskan
aku,,aku tak kesekolah hari ini”
“mwo?
Wae?!”
“bukan
urusanmu..”
Kereta tujuan kagnam akan segera berangkat
harap menjauh dari pintu masuk karena pintu akan segera ditutup.
“mwoyaaaa???
Keretanya mau berangkat?? Ya sudah kalau kau tak mau sekolah!aku pergi!” seru
jihwan akhirnya dan berlari menuju pintu keluar. Jinri menghela nafas, akhirnya
bocah berisik itu pergi juga. Jeon ji hwan adalah teman sekolahnya di DaeGuk high
school, yah itu bukan sekolah biasa. DaeGuk high school adalah sekolah penyihir
dimana semua anak anak keturunan penyihir bersekolah disana, tentu saja hal ini
tak diketahui masyarakat umum. Masyarakat cuma tau kalau DaeGuk high school
hanyalah salah satu dari ribuan sekolah lainnya yang ada di korea.
Jinri melihat kesekeliling mencari
tempat duduk yang kosong, ia menemukannya, dan segera duduk. Kemudian membuka
tas-nya dan mengambil handphone, setelah menatap layar hape-nya sebentar, ia
mencabut batrai hapenya dan menyimpannya kembali didalam tas.
Semua menyebalkan, aku capek dengan
kehidupan aneh ini, aku ingin hidup normal. Batinnya sambil menatap siswa
siswa sekolah lain yang juga ada didalam kereta itu.
“jinri-ah..”
panggil seseorang, jinri-pun menoleh dan ternyata.,,
Bocah bodoh ini lagi. Batinnya, dan
membuang muka. Jihwan hanya menatap jinri heran dan duduk disebelahnya.
“pintunya
sudah tertutup sebelum aku mencapai pintu keluar..” ujarnya kemudian
Nikmatilah kebodohanmu itu
“terpaksa
aku ikut bolos bersamamu.”
Itu karena kau sok sibuk mengurusi urusan
orang lain
“aah,,kau
tau?”
Tidak aku sama sekali tak ingin tau,
“absenku
terancam, bulan lalu aku sudah dapat surat peringatan, kalau sekarang aku
ketahuan bolos,, apa yang akan terjadi?!”
Tentu saja surat peringatan kedua bodoh
“GYAAH!!
Kau tau apa yang akan omma ku lakukan jika menerima surat peringatan itu?”
“apa?
Dia akan menyihirmu jadi kodok? Membuatmu melayang diudara?” tebak jinri asal
“aniyoo,,,DIA
AKAN MEMBAKAR SEMUA ALBUM WONDER GIRL KU! KEMAREN SAJA IA MEMBAKAR POSTERNYA! DAN
KAU TAU APA YANG LEBIH BURUK?” seru jihwan g nyante, jinri menatapnya aneh
“ti,,tidak..”
“BISA
BISA OMMA KU AKAN MEMBERIKAN ALBUM SNSD KE PEMULUNG!! KAU TAU BETAPA AKU
MENCINTAI TIFANNY?? AKU TAK BISA MEMBAYANGKANNYAAA” jihwan terlihat semakin gila,
jinri menempeleng kepala jihwan. “awww” rintihnya
“HENTIKAN,,kau
membuatku malu! Bisakah kau duduk sedikit lebih jauh dariku?”
Jihwan mem-pout-kan kan bibirnya
sambil mengelus ngelus kepalanya. “aku akan ikut denganmu, kau tau? Sebaiknya kita
turun dulu di stasiun berikutnya, dan menyusun beberapa rencana, berpergian tanpa
tujuan begini ngga asik kan?” saran jihwan, jinri menatap jihwan, bener juga
nih orang.
*******
Akhirnya mereka turun di stasiun Bapegeun. Mereka berdua duduk di sudut
stasiun.
“
sekarang kau mau kemana?” tanya jihwan membuka pembicaraan
“kemana
saja, asal bukan kesekolah dan pulang kerumah”
“lalu
kema----..” pembicaraan jihwan terputus karena tiba tiba hapenya berdering.
Girls generation make you feels the heat----“ne,
dobosseo~”
“ya! Jihwan-an,, apa yang kau lakukan?
Sebentar lagi kelas akan dimulai!” ujar taemin diseberang setengah berbisik,
sepertinya seonsenim sudah masuk.
“aaaa,,,”jihwan
menatap jinri dengan tatapan apa yang
harus kukatakan. Dan jinri membalasnya dengan tatapan awas saja kalau kau bermulut besar. Jihwan menelan ludah.
“aku,,aku
sedang sakit taemin-ah..uhukk uhukk,,,tadi pagi,,hukk,,kepalaku tiba tiba
pusing,,uhuuk..”
“sakit..?
sampai beberapa detik yang lalu kau terdengar sehat sehat saja...”
“a,,ani,,aku
benar benar,,uhukk uhuk sakit tauu...sekarang aku dikamar dan sedang
berselimut”
Nig nong ning, kereta jurusan haryu segera
berangkat, mohon para penumpang berhati hati dengan pintu masuk krena akan
segera ditutup
Jihwan
dan jinri kompak saling menatap saling.
“yaaaa! Jihwan-ah! Apa kau benar benar berada dalam selimut dikamarmuuu!!!!!!”
sorak taemin pelan(?)*ada guru soalnya. Jihwan kembali mendekatkan telinganya
ke handphone-nya. “mian taemin-ah,,,tapi tolong kau katakan pada seongsenim
kalo aku sakit ya.gomapta.annyong.” tukasnya cepat dan segera memutuskan
sambungan
“Pabboya!!!”
seru jinri “cepat matikan hapemu!”
Jihwan menurut dan mematikan
hape-nya seraya tersenyum kikuk pada Jinri.
“fiuuh,,ha..hampir saja yah..”
sebenarnya bukan hampir tapi sudah
“cih”
“jadi
mau kemana..?” tanya jihwan lagi seraya menyimpan hape di blazzer-nya
“kesinikan
hapemu, biar aku yang menyimpannya, aku tak mau mengambil resiko kalau nanti
nanti kau mengadu” ujar jinri seraya menyodorkan telapak tangannya ke arah
jihwan
“ara
ara...cih” jihwanpun mengeluarkan hape-nya dari blazer dan memberikannya kepada
jinri rela tak rela. Banyakan ngga relanya sih.
“ehm,,jadi
mau kemana?” ia mengulangi pertanyaaannya
“kesuatu
tempat...” jawab jinri asal
“
tempat yang mana?”
“mollayoo”
Jihwan mendesah, kenapa ia
bernasib begini, berniat menolong malah ikut ikutan ketiban sial, mana yang
ditolong ngga tau terimakasi dan sama sekali tak ramah pula.
“bagaimana
kalo ke lotte word?”
“aku
tak ada uang sebanyak itu” anak ini gila
“kalau
ke gungsam tower*ngarang, author g inget namanya,ekekeke*,,? Disana romantis sekali, memasang gembok disana, me---“
“apanya
yang romantis dari memasang gembok? Lagian aku tak mau pergi ketempat romantis
bersama mu” potong jinri. Lagi lagi jihwan mem-poutkan bibirnya.
“haeeh,,aku
juga tak bisa mengajakmu ke dance studio, jika ibuku menyadari aku pergi
membolos ia pasti akan mencari kesana..” jihwan terlihat berpikir keras, “ah!”
ia menepukkan tangannya
“bagaimana
kalo kita ke gyungsam park? Hari ini ada konser outdoor! Lumayankan bisa nonton
pertunjukan!” usul jihwan dengan pose
telunjuknya.
“baiklah,,”
ujar so ra yang sudah capek mendengar ide ide gila ji hwan
*********
JINRI
POV
“kalian
dari sekolah mana? Kenapa jam segini sudah keluyuran?” tanya security ketika
mereka baru sampai di pintu masuk konser
“aah,,itu,,itu..”
bagaimana ini batinku
“ajussi,,,”
panggil jihwan
“mwo?
Apapun alasan kalian aku tak akan mengizinkan”
“konser yang seharusnya kuhadiri, itu yang
tak kita sepakati, tapi untuk perubahan yang berarti kau memihakku hari ini”
ujar jihwan seraya memutar mutarkan telunjukknya ke arah ajussi, ajussi itu pun
jadi terlihat aneh.
“
heyy,,kalian masih muda!! Pergilah bersenang senang!!” serunya sambil
mempersilakan kedua anak itu masuk. Tanpa kuperintahkan mulutku-pun menganga ,
dan menatap geram ke arah jihwan. Ia Cuma nyengir kuda dan menarikku ke arena
konser.
“yaaa!!!
Jihwan-ah!! Apa yang kau lakukan? Barusan itu kau melanggar pasal 3 ayat 2!
Siswa dilarang meggunakan sihir kepada makhluk sipil tanpa alasan yang
mendesak!!!”
“heeh?
Hal barusan kan kejadian yang mendesak jinri-ah...” balasnya dengan senyuman
manis, eh? Senyuman manis? Maksudku,,senyuman bodoh.
Hari ini entah kenapa aku merasa
tak ingin kesekolah. Aku bosan dengan lingkungan yang itu itu saja, Hal yang
aneh bagi orang lain, namun hal yang biasa bagi kami. Buku yang melayang
diudara, papan tulis yang sudah tertulis tanpa harus menulisnya dari kapur atau
spidol, Guru guru yang datang dengan teleport ke kelas, Guru guru yang dapat
membaca apa yang dipikirkan murid muridnya, dan hal hal ajaib yang tak ada
disekolah lainnya.
Terkadang aku iri, bukan. Aku
selalu iri melihat siswa yang dapat bersekolah normal. Kenapa orang tua ku
adalah penyihir? Sehingga mau tak mau bakat sihir ini sudah ada padaku sejak
lahir. Aku tidak suka ini, aku tidak berbakat. Ketika yang lain dapat berhasil
dengan mantra mantranya hanya dalam satu kali percobaan, aku harus mengulangnya
berkali kali. Aku harus berusaha ribuan lebih keras dari teman teman lainnya.
Keahlianku hanyalah di pelajaran
tertulis, tapi ketika praktek, aku tak ada apa apanya. Karena itu, aku merasa
aku akan lebih cocok belajar disekolah yang biasa, aku tidak seperti jihwan dan
yang lainnya, walaupun jihwan sering bolos, melanggar banyak peraturan salah
satunya dengan mewarnai rambutnya menjadi merah, ataupun tertidur ditengah
pelajaran, ia dapat melakukan berbagai macam sihir hanya dengan memikirkannya
saja, seperti tadi. Dengan mudahnya ia menyihir security itu sehingga sekarang
kami disini, menonton konser yang sangat diinginkannya.
“whoaa,,,jinri-ah!
Lihaaat!!!!” serunya seraya menyodorkan selembar kertas tepat ke muka ku.
“apa
apaan ini,,” keluhku sambil mengambil lembaran itu
“lihat!
Ada 2Ne1!” serunya dan menunjuk nunjuk tulisan 2NE1 yang ada di list performer
hari ini, aku menatapnya heran.
“bukannya
kau suka WG dan SNSD?” tanyaku
“bicara
apa kau? Sebagai lelaki Tentu saja aku suka semua girlband hahahaha xD”
T_T”
anak ini terlalu aneh, apa keputusanku untuk bolos hari ini adalah salah besar?
*******
“hei jihwan, apa saja Mantra
tingkat tinggi yang sudah kau ketahui?” Sekarang kami berada di cafe dekat
gyungsam park, Tiba tiba jihwan mengajakku pulang walaupun konsernya belum
selesai. Bahkan 2NE1 yang dinantikannya masih belum perform. Tapi baguslah, Aku tidak tahan mendengar sorakan sorakan riuh
dan musik yang sangat besar itu, apa lagi orang yang disebelahku berisik sekali,
siapa lagi kalo bukan jihwan. Dan aku juga malas menanyakan alasannya, kenapa
ia mengajakku pulang?.
“eh?
Ini pertama kalinya kau menanyakanku!” ujarnya heran
“haaaa?”
ujarku lebih heran lagi, anak ini suka memperhatikan hal hal yang tak penting.
“erm,,maksudmu
seperti sihir waktu? Atau melayang?” ia malah balik bertanya, akupun
mengangguk.
“a,,ani,,aku
belum bisa..mana mungkin aku bisa,,haha,,kau tau kan bagaimana aku dikelas,
yang bisa kulakukan hanya mantra mantra dasar elemen bumi, sperti air, api dan
udara..hehehe” lanjutnya
Ia terlihat sedikit aneh, aku
menatapnya curiga.
“hei,,kau
tidak sedang membaca pikiranku kan?” tanyanya panik
Aku
menggeleng “aku tidak bisa membaca pikiran, aku sama sepertimu,,, aku Cuma
menguasai mantra mantra elemen dasar, mungkin lebih payah darimu,,karena itu..”
“karena
itu?”
“karena
itu aku merasa tak cocok berada disana..” lirihku dan menunduk dalam, kenapa
aku begitu lemah?. tiba tiba tangannya menyentuh kepalaku.
“semua
akan baik baik saja..” ucapnya sambil tersenyum, aku menatap mata jihwan.
Walaupun matanya lebih kecil dariku, tapi terlihat sangat..indah
“kau
tau? Saat ini Dirumah, yang bisa sihir hanya aku saja..” ujarnya seraya
menyenderkan badannya kekursi
“eoh?
Kenapa?”
“Jika
seorang penyihir menikah dengan manusia yang tak punya bakat sihir maka ia
harus menyerahkan kekuatannya..” lirihnya seraya mengalihkan pandangan keluar
jendela
“dan kekuatan sihirnya akan turun pada anak
pertamanya..” lanjutnya, aku mengangguk, hal ini sudah dipelajari sejak SD
dulu.
“dan
jika penyihir menikah dengan sesama penyihir, semua anaknya akan memiliki bakat
sihirkan?”
Ia
mengangguk lagi”ommaku sudah menyerahkan kekuatan sihirnya demi cintanya bkepada appa,,sehingga kekuatan
sihir omma berpindah kepadaku, anak pertama mereka,,” ia tersenyum
“benarkah?
Whoaa,,romantis sekali..”
Jihwan
tersenyum lagi” benarkan? Omma ku benar benar hebat! Kecuali dengan hobby-nya
yang suka memusnahkan barang barang koleksiku”
“jihwan-ah...”
“erm?”
“aku,,,apa
suatu saat nanti, jika aku menikah dengan manusia apa kekuatan sihirku bisa
hilang?” tanyaku sambil tertunduk, entah kenapa aku tak sanggup bertanya jika menatap matanya langsung
Jihwan
tak berkata apa apa, akupun mengangkat kepalaku. “kenapa diam saja?” tanyaku
kesal
“apa
kau begitu tak menyukai kekuatan sihir yang ada pada dirimu?” jihwan menatapku
dengan tatapan tajam, aku tak pernah melihat mukanya yang seperti ini
“aah,,sebenarnya
aku..aku,,benci kekuatan ini..aku ingin hidup normal,,” aku kembali menunduk
“aku
ingin sepperti siswa lainnya, aku payah dalam sihir! Aku tidak bisa menggunakan
mantra dengan cepat, aku---”
“kau
tidak akan jatuh cinta pada penyihir?” potong jihwan
Aku
menggeleng, aku ingin hidup normal, dan itu adalah satu satunya cara untuk
lepas dari belengu kekuatan ini.
“lucu
sekali, jadi kau akan menikah dengan non penyihir meskipun kau tak
mencintainya? Yang penting kekuatanmu hilang?”
“itu,,aku...”
“ahhh....duduk
duduk begini hanya akan membuang waktu, bagaimana kita mengunjungi tempat lain?
Jam sekolah masih lama looh..” katanya seraya merenggangkan tangannya
“eoh?
Ba,,baiklah,,” anak ini sungguh tak dapat ditebak, dan entah kenapa saat ini
aku sangat menginginkan kekuatan untuk membaca pikiran.
******
“aih,,lihatlah,,langit
mendung, sepertinya akan turun hujan,,,” keluh jihwan seraya mendongakkan
kepalanya kearah langit
“erm,,”
aku tidak peduli akan hujan atau tidak, aku melihat Penjual aksesoris
dipinggiran jalan. Dan mataku menangkap Sebuah cincin yang sangat lucu.
Wah,,lucunya..batinku. Tapi ku urungkan niatku untuk membelinya, bahkan
mendekati penjual aksesoris itu. Tidak tau kenapa, hanya malas aja.
Tiba tiba jihwan –yang dari tadi
berjalan didepanku—melangkah menuju penjual aksesoris itu, dan jongkok seraya
memperhatikan barang barang yang dijual. Aku mengikutinya, “ada apa?” tanyaku
heran
“kau
suka itu?” tanyanya sambil menunjuk sebuah cincin, dan itu adalah cincin yang
dari tadi menyita perhatianku. Aku menatapnya heran, tanpa sedikitpun
menunjukkan ekspresi betapa sukanya aku pada cincin itu, yah, itulah keahlianku,
berpura pura.
“memangnya
kenapa?” ujarku datar, jihwan tersenyum.
“ajussi,,ini
berapa?” tanyanya seraya mengacungkan barang yang ia maksud
“aah,,itu
cincin couple,,kau mau membelikan pacarmu ya?” goda ajussi itu seraya melemparkan
pandangan usil padaku, akupun bergidik.
“bukan!”
tukasku cepat
“ajussi,,aku
mau yang ini” kata jihwan seraya menyodorkan beberapa lembar uang, ajussi
itupun tersenyum.
“mana
tanganmu?” jihwan berdiri dari jongkoknya
“buat
apa?”
Ia pun meraih paksa tanganku,Dan
memasangkan cincin itu ketanganku. Tanganku yang di sentuhnya terasa panas,
sangat panas, sehingga, ketika ia selesai memasangkan cincin dijariku, aku
menarik tanganku secepat mungkin. Seperti biasa ia hanya menatapku heran.
“kau
mau mesangkannya untukku?”
“...”
“tidak?
Ya sudah kupasang sendiri saja,,” ujarnya sambil menyematkan cincin itu ke
jarinya sambil tertawa
“wah,,pas
ternyata..”
Senyumnya, entah sejak kapan
senyuman itu bisa menenggelamkanku. Ketika melihat ia tersenyum, dunia
disekelilingku menjadi buram, yang terlihat Cuma,,,jihwan yang berambut merah
dan sedang tersenyum bodoh sambil memandangi cincin couple yang ia pasang
sendiri.
Ia mengalihkan pandangannya pada
ku. Deg. “ayo jalan...” katanya lagi, aku mengangguk pelan dan membiarkan ia
berjalan didepanku.
Aku menatap tanganku, menatap Cincin
yang barusan ia pasangkan, dan belikan. Kenapa ia bisa tahu? Apakah kami punya
selera yang sama, tidak tau, tapi Sudut bibirku terangkat, tersenyum. Sudah
lama aku tak merasa bahagia seperti ini.
“yaaaa!
Ayoo,,kenapa lambat sekali?” seru jihwan yang ternyata sudah jauh didepan.
********
“terima
ini pabooo!!!!!!” sorak jihwan seraya memercikkan air laut padaku. Cuh, asin!.
“yaaaaaa!!!!!!
Juggulle???” teriakku seraya membalasnya
“hahahahahahaha”
ia tertawa, akupun menatapnya sebal.
“apa
begitu menyenangkan melihat orang sengsara haaah?” aku kembali memercikkan air
padanya, iapun berlari, tentu saja aku mengejarnya, aku berhasil meraih tangannya, Tapi sialnya aku
tak dapat menjaga keseimbanganku sehingga terjatuh, Bersama jihwan. Ya, bersama
jihwan.
Aku tak sempat berteriak karena
air laut yang asin keburu masuk kemulutku, bahkan ternggorokanku. Wueeehk.
Tubuhku menindih jihwan. Wajahnya sangat dekat. Aku merasakan waktu berhenti
untuk beberapa saat. Dengan segera ia menegakkan badannya dan menyingkirkan ku
dari tubuhnya.
“YA!
Kenapa kau tak cepat menyingkir! Aku nyaris tenggelam tau! Wueeeekh,,aku
meminum banyak air asiin...” soraknya seraya meludah ludahkan air asin yang
terlanjur memenuhi mulutnya.
“ya!
AKU JUGA TAU!” protesku tak mau kalah, ia masih sibuk dengan kegiatan
“menetralkan” lidahnya. Aku mem-poutkan bibirku, dan beranjak berdiri. Kemudian
aku mengulurkan tangannya, Ia menatapku, dan aku berusaha balas menatapnya,
Datar. Jihwan tersenyum dan menyambut tanganku lalu berdiri.
“lihat,,kau
memakan rambutmu..kekeke” ia
menyingkirkan rambut yang secara tak sadar menempel didekat bibirku. Lagi lagi
sensasi panas itu terasa lagi, namun kali ini pada bagian pipi yang tersentuh oleh tangannya .
Dan seandainya jika rambutku juga bisa merasakan sesuatu, mungkin panasnya juga
akan sampai kesana.
“hehehehe..”
Aku menatapnya, Rambutnya yang
merah itu basah, Tapi terlihat sangat berkilau diterpa matahari seperti ini.
“hua...hu...huachiiiimmmmm!!!!!”
tiba tiba aku bersin, tanganku segera menutup mulutku, kulihat lagi orang itu.
tentu saja ia tertawa, ia mengacak ngacak rambutku.
“hahahaa...ternyata
pergi ke pantai saat musim gugur merupakan ide yang buruk yah,,,”
“tentu
saja, dan ide ini adalah idemu..”
“haha..”
ia masih tertawa,
“bagaimana
aku akan pulang basah basah dan kotor begini? Ketauan bolos-nya kan?” keluhku
ketika kami memutuskan keluar dari “air”, sekarang kami duduk dipasir pantai.
“hei,,kenapa
pikiranmu begitu kuno?” Jihwan kembali memutar-mutar telunjuknya, dan ajaib,
bajuKu mengering. Well, sebenarnyanya ini bukan hal ajaib bagi kami, entah
kenapa, aku lupa kalau dia dan aku adalah penyihir.
Kali ini ia memutar mutar
telunjukknya dan mengeringkan dirinya. Ayunan tangannya ketika menebar sihir
terlihat sangat indah dan cantik. Aku,,apakah aku juga ikut tersihir olehmu
jeon jihwan?.
“kenapa?
Tak ada lagi kata kata, hei kau melanggar peraturan pasal sekian ayat sekian?”
Ledeknya seraya menirukan gayaku yang sebenarnya sangat tidak mirip itu
“ya!
Kau menyebalkan!” aku memukul bahunya, tidak terlalu keras.
“aww,,”
rintihnya, tapi tetap dengan tawanya. Dan merebahkankan tubuhnya dipasar pantai
yang lembut.
“hei?”
“biarkan
aku berbaring sebentar..masih ada 2 jam lagi sebelum pulang sekolah” ujarnya
dengan mata yang terpejam. Aku menatapnya, 2
jam lagi, 2 jam lagi waktuku bersama orang ini. Dan besok, semua akan berjalan
normal kembali, pergi sekolah, dan hanya saling berbicara saat benar benar
perlu.
Aku mengalihkan pandangan ke laut, memeluk lututku, andaikan aku Bisa menyihir Waktu, aku akan
menghentikan waktu saat ini, atau mengulang beberapa jam sebelumnya, menghabiskan
waktu yang lebih banyak dengan orang ini.
Ya? Apa yang
kupikirkan? Kenapa aku berkhayal sedemikian jauhnya? Aku memukul jidatku pelan.
Ini hanya sihir.Ya, pasti, Pasti aku sudah tersihir oleh penyihir berambut
merah yang bernama jeon ji hwan ini. Tidak boleh,, AKU TIDAK BOLEH TERMAKAN
SIHIRNYA!.
Aku menatap wajah tidurnya, terlihat begitu tenang, damai
dan aku menyukai orang ini. Tuhan,,bukankah
aku sudah berjanji untuk tidak jatuh cinta pada penyihir? Tapi kenapa? Kenapa
sekarang aku malah merasakan sensasi aneh pada penyihir berambut merah aneh dan
bodoh seperti dia?.
Jihwan mendesah dalam tidurnya, dan memeluk tubuhnya dengan
tangannya, sepertinya anak ini kedinginan. Tanpa ku komando, tanganku
melepaskan blazzer yang sebenarnya adalah satu satunya pertahananku dari
dinginnya angin musim gugur Dan menyelimutkan padanya, ia tersenyum dalam
tidurnya.
“ya,,sihir
apa yang sudah kau berikan kepadaku pabo?” gumamku pelan
**********
Author
POV
Jinri langsung menuju kamar dan
merebahkan tubuhku ke kasur ketika sampai dirumah. Dipendarkannya pandangannya
keseluruh kamar. Tak ada yang berubah, masih ada buku buku yang bertumpukan
diatas meja belajar, Rak rak penuh buku,
Baju yang terlipat rapi dalam lemari yang entah kenapa terbuka, semua
rapi, tak ada yang berubah.
Yang berubah itu adalah
hidupnya, hari ini, untuk pertama kalinya—sejak ia masuk SD dulu—pergi membolos
dengan seorang cowok, pergi berkeliaran ketika murid lain serius belajar
disekolah. Jinri terkekeh kecil.
“how
can i did something bad with that Red haired wizard guy?”
Jinri menggapai boneka
pikachu-nya dan memeluknya, menenggelamkan wajah nya di bantalan pikachu yang
empuk itu. cewek itu tak henti hentinya tersenyum sejak masuk kamar tadi. Tiba
tiba ia ingat akan sesuatu.
HANDPHONE JIHWAN! AKU
LUPA MENGEMBALIKAN HANDPHONE JIHWAN! Pekiknya dalam hati, dengan segera ia
menyambar tas dan mengacak-ngacak isinya. Ini dia, Hape jihwan yang tadi
ditahannya untuk jaga jaga ia tidak akan mengadu.
“haruskah
aku mengembalikannya sekarang?” gumamnya seraya membuka flip hape jihwan dan menghidupkannya.
Rasa penasaran menggerogotinya sehingga ia tak bisa menahan tangannya untuk
menjelajah Hape jihwan.
PERTAMA MP3 NYA
Ternyata di hape jihwan ada
banyak sekali MP3, lagu lagu girl band tentunya, lagu lagu barat, jepang, dan
sedikit sekali lagi Boyband. Dasar maniak girl band.
PENJELAJAHAN BERLANJUT PADA KOLEKSI FOTO-NYA
Tidak ada begitu banyak foto,
yang ada hanya Fotonya bersama teman temannya, pemandangan dan hal hal yang tak penting lainnya,
kemudian beberapa selca dirinya. Aku-pun berinisiatif untuk mentransferkan foto
foto itu ke hape-ku.
Drrt,,,girls generation make you feel the heat~
hape jihwan berbunyi
Dilayarnya
tertera nama Park chae rin, ia menatap bimbang layar hape tersebut.
“angkat
atau ngga ya?” seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal, kemudian ia
mengangguk mantap dan memutuskan untuk menerima telefon tersebut.
“ne,,dobosseo..”
“ya!
OPPA! Kenapa lama sekali mengangkat teleponnya?” seru seorang cewek di seberang
“mi,,mianhe,,jihwan-----“
“eh?
Ini siapa?” potongnya
“aku,,aku
temannya, tadi aku tidak sengaja membawa hapenya, sebentar lagi aku akan
menggembalikannya, jadi, lebih baik nanti saja telpon lagi” ujar Jinri seramah
mungkin
“aah,,ba,,baiklah..”
“i..iya..”
Keadaan
hening sesaat
“kau,,kau
siapa jihwan? Pacarnya?” tanya cewe itu ragu ragu
“eoh?”
pacar? “bu,,,bukan!” tukasnya cepat, “kami hanya berteman” Lanjutnya lagi
“benarkaah??”
cewe itu terdengar girang, Jinri mengangguk, walaupun yakin cewe itu pasti tak
akan bisa melihat ia mengangguk sekarang.
“syukurlah,,tadi
aku sempat khawatir,,hehehehe..aku sangat menyukai jihwan-oppa, Ia namja chingu
ku, tapi beberapa bulan yang lalu kami putus...” cewe itu mulai bercerita,
jantung jinri berdegup, seperti ada batu yang tiba tiba menghantam dadanya.
Namja chingu
Namja chingu
Namja chingu
Entah
kenapa kata kata itu bergema di kepala jinri
“aku
sadar aku salah, aku ingin memintanya kembali, aku benar benar ingin oppa
kembali padaku...erm,,dan kau tidak menyukainya kan?”
Jinri
menelan ludah, tenggorokannya tercekat.
“ah,,maaf,,aku
menanyakan hal yang bukan bukan,,aku hanya---“
“tidak,
aku tidak menyukainya” tukas jinri cepat
“ah,,begitu?,,erm,,kalau
begitu,,annyeong”
Cewe
itu memutuskan panggilannya
Jinri merebahkan kembali
tubuhnya dikasur. Satu hari ini, satu hari ini begitu banyak hal yang terjadi.
Hanya karena ia ingin melarikan diri dari kehidupannya yang begitu kaku.
Bolos
dengan menaiki kereta dengan arah yang berlawanan dengan sekolah
Bertemu
jihwan teman sekelasnya, yang pada awalnya mencegahnya untuk bolos, tapi karena
kebodohannya ia malah ikutan bolos walau tak ingin.
Nonton konser, Beli
cincin couple, Ke pantai. Begitu banyak hal yang terjadi diluar kebiasaanku,
diluar dugaanku, disaat aku menyadari aku mulai menyukainya, aku malah
mendapatkan telefon dari manta yeoja chingu-nya.
“Heuuh,,skenario hidupku terlalu aneh” gumamnya seraya
mendesah, sebenernya ia ingin stay cool like usual,,tapi,,bulir bulir bening
berjatuhan dari sudut matanya.
“hiks
hiks hiks”
**********
Jihwan
POV
Aku baru menyadari Hape-ku ada
pada anak itu ketika hendak menelpon taemin, Aku menelponnya, dan setuju untuk
bertemu ditaman. Setelah menunggu beberapa menit di bangku taman, akhirnya ia
datang. Wajahnya terlihat murung, well, dia memang selalu murung.
“hai..”
sapa ku ramah, ia hanya tersenyum kecil dan menyodorkan hape-ku
“gomapta
Jinri-ah...” ujarku seraya mengambil hapeku, kemudian mengotak-ngatiknya untuk
menelpon taemin. untuk menanyakan
sekolah. Sekaligus meminta bantuannya untuk mengamankan koleksi GB-ku,
mumpung omma belum tau, aku harus mengungsikan koleksi ku yang tercinta ini.
Semua kumasukkan dalam tas yang ku bawa.
“kenapa
berdiri dengan tatapan horor begitu? Ayo duduk disini..” ujarku sambil menepuk
nepuk bangku disebelahku, ia masih menatapku datar.
Tinuut,,,tinutt...achk,,kenapa tidak
diangkat? Apa dia sedang ditoilet?
Akupun mulai resah melihat si
jinri yang masih berdiri mematung begitu, dengan tatapan datarnya. “ya,,apa
tidak pegal? Duduklah,,kau ambeien? Ato ada bisul di pantatmu?” canda ku, oke sebenarnya ini adalah candaan sesama
namja, bukan yeoja dengan namja seperti ini. Ia hanya diam menanggapinya.
“tadi
itu menyenangkan ya,,apa kau ketauan? Kalo aku sejauh ini masih aman, tapi
lihat, benda benda berhargaku sudah ku bawa semua, rencananya mau ku ungsi-kan
kerumah taemin, tapi dari tadi si pabo ini tak menjawab telponku” ujarku kesal
Mulutnya menganga setengah
senti, aku menatapnya. Dan tulisan melayangpun mengambang diudara.
Eoh? Jadi dia menelpon taemin? Bukan cewek
itu?
Aku menyeringitkan keningku. He? Apa yang anak itu pikirkan? Cewe itu?
cewe yang mana?. Sekarang tanpa kupersilakan ia sudah duduk disampingku.
“tadi,,ada
cewe yang menelponmu, maaf kuangkat, tapi tadi sudah kubilang untuk melepon
nanti kok,,” jelasnya kemudian, aku menatapnya heran, entah sudah berapa kali
aku menatapnya seperti itu hari ini. apakah ini yang yang membuatmu Muram
begitu?.
“hmmph”
aku menahan tawa, Jinri menatapku aneh.
“wae?”
“tidak,,,hanya
saja,,kau itu lucu sekali ya...”
Ia
hanya menatapku dalam diam.
“gawat,
kalau melihat wajahnyanya sedekat ini aku bisa masti” lirihku sambil membaca
pikirannya
“eoh?” matanya terbelalak kaget
Aku
tersenyum, mungkin sudah saatnya ia tahu semua ini, siapa aku.
“kau..kau
membaca pikiranku? Kau bisa membaca pikiran?” tanya masih dengan ekspresi
kagetnya tadi
Aku
mengangguk
“jadi,,,,”
dia terdiam sejenak
“dari
tadi,,kau..membaca pikiranku?” ia menatapku kecewa
Pertanyaannya barusan entah
kenapa menohok jantungku, tatapan kecewa-nya, tatapannya yang terlihat sangat
kecewa kepadaku. Aku---
“jahat”
ucapnya tertahan membuyarkan lamunanku
“mianhe,,aku
tak bermaksud--“
Wajahnya terlihat memerah dan ia
meletakkan kedua telapak tangannya dipipi.”jihwan ah, mulai besok kita tak usah
berbicara lagi, dan anggap saja kejadian hari ini tak ada”
“tapi---“
aku menatapnya
“hentikan!
Dan jangan pernah membaca pikiranku lagi!” serunya dan beranjak pergi, semakin
lama langkahnya semakin cepat dan berlari kemudian hilang digelap malam.
Aku tidak bisa mengejarnya, yah.
Salah satu alasannya karena ia sudah menyihir sepatuku agar tak bisa di
gerakkan. Dan alasan yang paling utama adalah, tanpa disihirpun kakiku tak bisa
digerakkan. Aku,,aku tidak ingin melihat wajah kecewanya, aku tidak suka
melihatnya menangis, aku tidak suka...
Aku melangkahkan kaki ku dari taman
itu, duduk bermenung dimalam musim gugur adalah ide buruk. Aku memutuskan untuk
pulang saja, atau ke rumah taemin dulu, untuk me-ungsikan semua ini.
Disepanjang perjalanan aku tak berhenti memikirkannya.
Satu hari ini aku sudah berusaha
membuatnya tersenyum, membawanya ketempat yang menurutku akan menyenangkannya,
membaca pikirannya agar aku bisa melakukan apa yang dia inginkan. Aku tidak tau
sejak kapan aku peduli padanya. Ia Cuma teman sekelasku, teman sekolah yang
awalnya hanya ingin ku tolong karena kukira menaiki kereta yang salah.
Sebenarnya, tadi pagi aku bisa
saja keluar dari kereta itu dan pergi kesekolah. Tapi, entah kenapa anak itu
terlihat kesepian, aku kasihan padanya, awalnya rasa itu hanya perasaan simpati
saja, awalnya perasaan itu hanya rasa kasihan saja, AWALNYA.
Tapi semakin lama dengannya, aku
ingin membuat ia bahagia, tersenyum dan tertawa. Ketika konser tadi, aku
membaca pikirannya,
“Disini berisik sekali, telingaku tidak kuat dengan suara keras seperti
ini, jika kutempelkan tanganku ke telinga, jihwan akan tersinggung. Padahal,
jihwan sudah bersusah meluangkan waktunya untuk menemaniku.”
Dari situlah aku tau, ia bukan
seperti apa yang terlihat. Sinis, dingin, pendiam, dan egois. Tapi dia
sebenarnya adalah anak yang berhati lembut, tapi tak tau bagaimana
meng-ekspresikan perasaannya. Aku mulai memperhatikannya, membaca satu persatu
pikirannya yang sangat berbeda dengan ekspresinya yang datar.
Aku marah ketika ia mengatakan
penyihir bukanlah tipenya, aku tersenyum ketika membaca pikirannya yang
sebenarnya juga selalu tersenyum padaku, aku membelikan apa yang ia inginkan
meskipun ia tak akan pernah mengatakannya. Dan aku bersemu merah setiap
mendengar teriakan ‘suka’ dari hatinya.
Aku menatap cincin couple yang
kupasang sendiri.
“cincin
murahan seharga 3000 won tidak akan tahan lama, sebentar lagi juga karatan”
gumamku seraya tertawa miris
Salahku juga, membaca pikiran
orang seenaknya, tidak berkata jujur. Yah, klasik, yeoja tidak menyukai namja
yang berbohong. Aku mendesah dan melayangkan pandanganku kelangit dimana hanya
terlihat beberapa bintang dan bulan yang setengahnya saja.
“besok,,berbuat
seperti tak terjadi apa apa? Bisakah?”
***********
JINRI
POV
Hari ini aku tidak menaiki
kereta yang salah kesekolah, hari ini aku tidak keluyuran lagi ketika semua
siswa sedang berada dikelas, hari ini aku masuk kelas, dan hari ini, tidak ada
jihwan yang selalu tertawa disampingku. Sekarang, kami hanya teman sekelas yang
hanya akan bersosialisasi ketika membutuhkan saja.
Jihwan, si bocah pembaca pikiran
itu. Dengan seenak perutnya membaca isi pikiranku yang penuh tentangnya. Bisa
kau rasakan bagaimana perasaanku ketika mengetahui iorang yang kau sukai dapat
mendengar semua perasaan mu padanya? Semua ungkapan sukamu padanya? Meskipun
itu hanya dipikiranmu? Dan kau tak pernah berniat untuk memperlihatkannya.
Pasti malu dan kesal sekali kan?.
Tenang, yang kuperlukan hanyalah
menghindari jihwan. Kebetulan jarak bangku kami cukup jauh. Sekali sekali aku
menoleh ke arahnya, yah perasaan suka tak mungkin hilang dalam hitungan detikkan?. Ternyata ia juga sedang menatapku,
dan tersenyum tipis, senyum yang aku rindukan.
Tiba tiba aku tersadar, dan
segera berbalik, anak itu pasti sedang membaca pikiranku. Aku kembali menoleh
dan menemukannya dengan ekspresi herannya yang kubalas dengan tatapan kesalku.
*******
“jinri-ah,,kenapa
tumben sekali kau tidak masuk kemarin? Guru guru pada bingung loh..” tanya
krystal ketika jam istirahat, sekarang kami sedang berjalan dilorong
sekembalinya dari kantin.
“ehm,,itu,,aku
tidak enak badan” alasanku,
“sekarang sudah baikan?” tanyanya dengan nada
cemas
“yup”
ujarku seraya tersenyum, untung temanku yang satu ini bukan pembaca pikiran
“ah
jihwan..” kata krystal tiba tiba, tentu saja hanya dengan mendengar nama namja
itu jantungku, terasa sangat tidak baik. Nama orang itu, sungguh tidak baik
bagi jantung.
Krystal melihat ke luar jendela,
yah kami di lantai 3 dan dibawah ada jihwan dan teman teman lainnya yang sedang
bermain bola.
“kau
tau? Jihwan kemarin membolos loh..ia ketahuan ketika di telfon taemin, si
taemin lupa kalo guru kim bisa membaca pikiran” jelas krystal
Aku hanya mengangguk angguk sok
paham. Ya, aku tau, karena aku bersamanya
kemarin. Dan ngomong ngomong sepertinya mulai sekarang aku membenci kata kata
“pembaca pikiran”, “membaca pikiran” dan lain lain.
“krystal,
aku ke toilet dulu yah..” ujarku seraya menyerahkan semua belanjaanku di kantin
tadi,
“uhm,,”
“tolong
bawakan kekelas ya..”
Krystal
mengangguk, dan aku segera melesat.
*********
Aku sudah sampai dilapangan
sepak bola, dan memendarkan pandanganku. Tidak ada, aku tidak menemukannya.
Dimana dia?.
“kau
mencari jihwan” tanya seseorang tiba tiba, aku menoleh ke arah suara. Ternyata
taemin.
“a..ani..aku
Cuma mau lihat pertandingan, tapi sepertinya sudah selesai yah..ehehe” ujarku
ngeles seraya menendang nendang pelan tanah dengan sepatuku.
“kkojimal~”
“eoh?”
“kalau
mau mencari jihwan dia ada di kran” ujar taemin seraya menunjuk arah yang ia
maksud. Disana terlihat jihwan sedang membersihkan sepatunya.
“sudah
ku bilang aku tidak mencarinya”
Taemin
tersenyum “jihwan tak bermaksud jahat, ia hanya ingin menyenangkanmu, ia sudah
jujur, dan sekarang giliranmu, ia menunggumu!” nasehat taemin seraya mendorong
pelan tubuhku ke arah keran, aku menoleh dan menatapnya, ia mengangguk dan
bersorak Hwaithing!.
Dan satu hal melintas dipikiranku, apa taemin juga bisa
membaca pikiran?.
********
AUTHOR
POV
Pelan namun pasti, jinri
melangkahkan kakinya menuju tempat jihwan berada. Jihwan terlihat serius
membersihkan sepatunya yang kotor karena bermain bola tadi. Iseng mode : ON.
Jinri mengayunkan tangannya dan membuat air keran lebih deras dari yang
seharusnya sehingga membuat jihwan kaget.
“kekekekeke”
jinri pun terkekeh, jihwan segera menoleh dan menatapnya sebal. Ia pun
menggerakkan telunjuknya dan mengarahkan air kepada jinri.
“yaa!!!”
sorak jinri yang basah kuyup
“kau
sudah melanggar peraturan jinri-ah..”
ujar jihwan dengan kekehannya yang tak bisa ditahan lagi, jinri
memajukan bibirnya. Dan mengehela napas.
“mianhe..”
ujarnya lirih
“eh?”
akhirnya jihwan berhenti tertawa gaje
“mian,
aku sudah marah padamu kemarin, padahal kau sudah tulus menolongku..”
Hening,
jihwan menatap jinri, sedangkan jinri menundukkan pandangannya meskipun ia tau
sekarang jihwan sedang menatapnya.
“kau,,marah
padaku?” tanyanya lagi
“ani,
aku tak marah” tukas jihwan cepat, jinri mengangkat kepalanya dan tersenyum.
“gomawo,,erm,,aku
sudah mengatakan semua yang ingin kukatakan sekarang aku pergi dulu yah” ujar
jinri dan membalikkan badan, jihwan menahan tangannya. Jinri menoleh.
“benarkah
sudah semuanya?” jihwan menatapnya dengan mata serius, ini kedua kalinya jihwan
menatapnya seperti ini, pertama di cafe ketika ia mengatakan penyihir bukalah
tipe-nya. Dan yang kedua adalah sekarang. Jinri memutar bola matanya, dan kembali menghela nafas.
‘kau
membaca pikiranku lagi” ujarnya pelan
“mian,
aku tak bermaksud, semua muncul begitu saja tanpa ku inginkan” kata jihwan
seraya melepaskan tangan jinri. Jinri menatap tangannya yang dilepas jihwan
barusan, Tangan yang awalnya terasa hangat, berubah dingin menusuk ketika
jihwan melepaskan genggamannya.
“eh,
kau memakai cincin itu?” celoteh jihwan ketika menemukan cincin yang ia
pasangkan kemarin masing bertengger di jari manis jinri. Jinri memperhatikan jari
jari jihwan.
Dan kau tidak. Batinnya
“yah,
aku memang tidak memakainya..” celetuk jihwan tiba tiba
“haih,
aku bahkan lupa kalau kau bisa membaca pikiran” terus terang ini sangat menjengkelkan berhadapan dengan orang yang tau semua yang kau pikirka, sedangkan kau tidak
mengetahui apa yang orang itu pikirkan.
Jihwan tersenyum simpul dan
mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Mengambil dompet dan mengeluarkan
sebuah cincin. Ia mengambil tangan jinri dan menyerahkan cincin itu ketelapak
tangan jinri. Kemudian tersenyum, senyum yang selalu membuat mata sipitnya tak
kelihatan.
Jinri menatap jihwan heran.
Apakah artinya ia ditolak? Oke, memang dia belum menyatakan perasaannya. Tapi
tentu saja sipembaca pikiran ini sudah tau semua isi pikirannya, yang penuh
dengan si pembaca pikiran itu.
“itu
buka cincin couple jika yang memasangkannya adalah diriku sendiri” ujarnya tiba
tiba, jinri menyipitkan matanya, tak mengerti apa yang jihwan maksudkan. Jihwan
menyodorkan tangan kirinya.
“tak
ada artinya kalau bukan kau yang memasangkannya untukku” lanjutnya, Jinri
kaget, kemudian terkekeh.
“euhm?”
ujarnya lagi sambil menaik-naikkan alisnya. Jinri memegang kepalanya yang
sebetulnya tak sakit itu. Dan menatap jihwan malu malu seperti anak SD yang
baru ketemu kecengan-nya.
“tapi
bagaimana dengan park chae rin?”
“eoh?
Ada apa dengan park chae rin?”
“bukankah
dia mantan pacarmu? Ia berkata kalau ia ingin kembali padamu”
“eoh?
Aku tak pernah berpacaran sebelumnya, itu hanya cewek yang sering mengangguku,
kau tau kan kalau aku ini lumayan terkenal..” ujar jihwan sok bangga,
“benarkah?”
tanya jinri dengan tatapan menyelidik
“aku
bersumpah!” katanya seraya mengacungkan telunjuk dan jari tengahnya. jinri
memukul bahu jihwan pelan.
“dasar”
lirihnya
Jinri pun meraih tangan jihwan
dan menyematkan cincin couple itu ke jari manis jihwan, ia menatap jihwan, mata
kecil yang begitu indah, yang membuatnya sakit kepala dalam beberapa jam
kebelakang. Jihwan tersenyum, mengenggam lengan kanan jinri dan mendekatkan
wajahnya, jinri pun memejamkan matanya,
dan,,,kalian pasti tau apa yang akan terjadikan? (hehe)
“jhoayo..” ujar jinri pelan
“eo, ara, na do, jhoaseumnida”
balas jihwan dan menciumnya kembali.
Dan akhirnya si penyihirpun
mendapatkan pasangan yang juga penyihir, plus pembaca pikiran. Mungkin cita
cita-nya untuk menjadi non-penyihir tidak akan kesampaian. Bahkan sekarang ia
bersyukur, ia adalah penyihir. Karena kalau ia bukan penyihir , ia tak akan
bertemu dengan jihwan disekolah penyihir ini. Yah, penyihir berambut merah.
“tapi
ini cincin murahan, bentar lagi bakal karatan, suatu hari nanti akan ku belikan
kau yang lebih mahal” ujar jihwan. Jinri tersenyum dan mengangguk.
“bagiku
tak masalah mau barang murahan atau mahal, asalkan darimu, aku suka. Dan juga cincin
ini menyimpan banyak kenangan, hehe”
Jihwan
tersenyum, dan mengacak-ngacak rambut jinri.
Tak perlu kau katakan aku sudah tau
Bahkan tanpa kemampuan membaca pikiran
inipun, aku sudah dapat menebak pikiranmu
Karena,
Na neun saranghamnida
********
END
02/01/2011
nah gimana? dikomen yaa...di like yaaah,,
panda udah berusaha meminimalisasi typo:)
untuk bakornya salah2 dikit gpp ye,,,kekekeke
gomapta (_ _)*bow 90 degrees
(^o^) sampai ketemu di FF berikutnya,,,*semoga panda kebajiran ide kekeke
0 comment:
Posting Komentar