[FF' THE BOYS OF SUPER SPACE PART 4

Selasa, 10 April 2012


Title : The Boys Of Super Space


Author : HashlinPanda


Genre : friendship, School, Love


Cast :


- Lee Mika a.k.a Lee Suhoon (DGNA)
- Park Hyun Cheol a.k.a Karam (DGNA)
- Woo Hyunmin (DGNA)
- Lee Injun (DGNA)
- Jeon Jihwan a.k.a Jay (DGNA)
- Ghun (X5)
- Amber (F(X))
- Bang Minah (Girl's Day)
- Ji eun a.k.a IU
- Park Gyuri (KARA)
- Jung Nicole (KARA)
- other cast




Resume :


5 sahabat yang menjabat sebagai petinggi osis. Selalu bersama, bahagia, Dan mengerti satu sama lain. Tapi, ternyata mereka masih belum memahami satu sama lain sedalam yang mereka kira. Masih banyak yang disembunyikan, masih banyak yang dipendam, sehingga satu persatu duri itu muncul, dan mengancam persahabatan mereka.


------------------------------------------------------------






JIHWAN






Aku mengerahkan kecepatan tanganku untuk menulis dalam kecepatan maksimal. Pandangan dan konsentrasiku tersita sepenuhnya, aku tak menghiraukan siapapun yang memanggilku. Yah, 10 menit lagi. Cuma 10 menit lagi waktuku untuk menyelesaikan tugas ini! Tugas ini sangat penting! Dan akan dikumpulkan 10 menit lagi!.






“jihwan-ssi, masih belum selesai? Nanti tugas kami sekelas tidak diterima hanya gara gara kami menunggu kau menyelesaikan tugasmu,,” sindir ketua kelasku, Sulhu






Aku mengacuhkannya dan memilih untuk tetap menulis, aku bahkan tak yakin apakah seonsaengnim bisa membaca tulisanku nantinya.






“masih belum?”






Aku mendengus kesal dan berhenti menulis kemudian menyodorkan buku kepadanya, “belum, tapi karena kau bersikaras ya sudah , ini, “






Aku tau teman teman sekelas sedang memandang tak suka ke arahku, aku melangkah keluar kelas, ke satu satunya tempat yang membuat aku merasa diterima dengan baik. Ruang OSIS.






********






Aku meregangkan otot otoku yang sakit luar biasa gara gara menulis begitu cepat, Diruang osis hanya ada mika-hyung yang sepertinya sedang sibuk.






“tumben sekali kau baru datang jam segini” tanyanya tanpa mengalihkan tatapannya dari layar laptop






“aku tadi membuat tugas dulu, dan sekarang seluruh badanku kesakitan”






“makanya, buat tugas itu dirumah, jangan main game terus”






Aku Cuma nyengir mendengar nasehat mika-hyung, akhir akhir ini aku disibukkan oleh game Tekken


Aku merebahkan tubuh di sofa dan mengeluarkan PSP ku, disaat luang begini aku harus melanjutkan perjuanganku di game ini.






“em,,jay-ah”






“apa” sekarang aku sedang memilih weapon yang akan digunakan oleh karakter ini






“apakah menurutmu menyimpan kebohongan itu adalah suatu hal yang baik?”






Aku mengalihkan pandanganku dari PSP-ku “maksudnya?”






“yah, terkadang ada kebenaran yang harus kita sembunyikan, karena jika hal tersebut kita ungkapkan, maka, yang ada keadaan bakal makain memburuk..istilahnya white lie..”






“aku tidak tau hyung, yah,,kau tau kan bagaimana aku..” ujarku seraya menaik-naikkan alis






Mika hyung termenung beberapa saat kemudian tersenyum lembut, yah aku orang yang sudah mematikan indra perasaku, aku tidak ingin peduli lagi dengan apapun, tidak ingin mendengar, tidak ingin melihat, tidak ingin merasakan, karena aku sudah terlalu banya menelan kekecewaan. Jadi, setiap hari aku mencoba bahagia dengan cara ku sendiri, bahagia dari sudut pandangku. Bukan sudut pandang orang lain.






Aku baru saja akan menanyakan mika-hyung siapa yang ia maksudkan, tapi Tak lama terdengar suara orang orang berbicara dan langkah kaki yang mendekat, pasti itu mereka.






Hyunmin-hyung masuk dengan berisik, Ia mengomel soal drama lagi. Aku memilih untuk tidak mlarangnya, karena melihatnya mengomel lebih melegakan dari pada melihatnya bermenung memikirkan nicole nuna.






“oh ya, jihwan, kau tau” ujar karam hyung tiba tiba






“ya, hyung,,karam hyung” injun-hyung berusaha menghalangi karam-hyung yang akan berbicara, akupun menegakkan punggungku.






“apa apa?” tanya ku dengan mata berbinar






“injun mendapat hadiah dari minah, lihat ini sepatu,” karam hyung mengeluarkan sebuah sepatu dari kotak yang dipegang injun-hyung secara paksa






“hee? Dia memberimu hadiah semahal itu?” ujarku takjub






“aku tidak akan memakainya jay-ah, kau tenang saja” bela injun hyung seraya kembali merebut sepatu itu






Aku terkekeh, injun-hyung orang yang terlalu memikirkan orang lain “aku tidak apa apa hyung, itu kan Cuma hadiah seorang fan pada idol-nya, suatu saat aku akan membuatnya menyukai ku sebagai namja ;3” semua jadi tertegun mendengar kata kataku yang sangat manly barusan






“oh benar, sebentar lagi kau juga berulang tahun kan? Waaah! Bulan ini benar benar banyak tanggal penting” seru hyunmin hyung, mereka semua mengangguk-ngangguk






“sekarang akan diadakan dimana?” tanya injun-hyung yang sedang menuju mejanya, aku mengangkat bahu. Aku tidak tau apa lagi yang akan omma siapkan untuk pesta ulang tahunku ke 16 ini.






*********






Hari sudah gelap dan kami baru saja menyelesaikan surat edaran yang bakal dibagikan besok. Sekarang kami sudah diparkiran, hanya tinggal mobil karam-hyung yang terparkir disini.






“kau tau, malam malam begini biasanya mereka akan keluar” celetuk hyunmin hyung tiba tiba, semua jadi menoleh kepadanya dengan tampang tegang. Bahkan karam hyung membeku diposisinya yang sedang memasukkan kunci ke lubang kunci mobil.






“hyunmin hyung!” protes injun, injun-hyung memang paling penakut diantara kami






“lihat, lihat begitu saja sudah takut, aku kan hanya mengatakan hal seperti itu, dasar crying baby” ejek hyunmin-hyung






“aku bukan crying baby” balas injun hyung, kemudian ia memilih mengabaikan hyunmin hyung dan berkaca walaupun aku tak yakin apakah ia masih bisa melihat bayangannya dengan jelas gelap gelap begini.






Aku sedang menatap kesekeliling dengan iseng, hingga melihat sesuatu yang bergerak cepat mendekat ke arah kami. Aku langsung melotot dan memukul mukul pundak mika-hyung yang ada didekatku






“apa?” tanyanya santai






“itu,,,” ujarku seraya menunjuk nunjuk objek yang ku maksud, mika hyung memfokuskan matanya-nya ke arah yang kutunjuk, sedangkan yang lain menatap kami berdua dengan heran.






“ada apa? Ayo masuk mobil, kita pulang” seru karam-hyung, tapi aku dan mika-hyung masih saja


memfokuskan mata kami ke bayangan yang kumaksud, anak anak itupun mengikuti pandangan kami






“itu,,,apa?” tanya injun-hyung bergidik ngeri






“itu orang kan?” pinta hyunmin-hyung berusaha berpikir rasional






“itu,,bukannya....” karam hyung mulai berkomentar, perlahan lahan sosok itu mulai terlihat jelas, seseorang yang sedang bersepeda






“AMBER?” seru kami berbarengan, amber melambaikan tangannya dari kejauhan






“selamat malam” sapanya ketika sudah sampai dihadapan kami






Kami berlima tersenyum canggung, tak ada satupun dari kami yang ingin di anggap pengecut yang gemetaran hanya gara gara melihat bayangan aneh oleh cewe tampan ini. Amber pun tersenyum senyum seperti anak gadis yang sedang yang jatuh cinta, oke, dia memang seorang gadis yang sedang jatuh cinta.






Akupun melirik ke atah injun-hyung, ia sibuk memainkan hape-nya, entah itu Cuma modus-nya untuk menyembunyikan kegrogiannya atau apa.






“amber-ah, kau mau pulang bersama injun?” tanya hyunmin hyung blak blak-an






Injun-hyung langsung tersentak “ya hyung!”






“wae?” hyunmin-hyung memasang tampang inoncent-nya






“berhenti lah menggoda injun hyunmin-ah” nasehat mika hyung yang sebenarnya juga menahan tawa






Amber menatap injun-hyung penuh harap, “kasian kan amber cewe pula, pulang sendirian malam-malam” karam hyung ikut memanas manasi






“e,,aku,,aku sudah terbiasa pulang sendirian kok karam sunbae..” ujar amber basa basi






“wahhh,,injun hyung kejaaaam” tambahku seraya tertawa






Injun hyung mengehela nafas “baiklah baiklah...” ia pun melangkah menuju amber yang bengong






“biar aku yang membawa, kau mundurlah” kata injun-hyung cool menyuruh amber untuk pindah ke kursi boncengan






Kami berempat-pun tersenyum ga jelas dan melambai lambai “aku duluan ya” ujar injun-hyung yang pipi tembemnya memerah






********






Mobil malam ini terasa lebih luas, jok belakang hanya diisi oleh aku dan hyunmin-hyung. Karam-hyung menyetel IM yours-nya jason mraz sambil sesekali bersenandung. Mika hyung sedang membolak balik majalah sedangkan hyunmin hyung sudah terlelap ditidurnya.






Aku menghela nafas pelan dan menoleh keluar jendela kaca mobil. Langitnya terlihat sangat bersih, aku bisa melihat bintang bintang yang walaupun tak banyak tapi terlihat dengan jelas. dan Appa ku adalah salah satu dari bintang bintang itu.






Appa sudah meninggalkanku ketika aku masih seorang siswa Sd. Appa-ku seorang pengusaha sukses yang saat itu sedang menjabat sebagai walikota. Ia kecelakan di tahun kedua kepemimpinannya. Semua sangat tiba tiba, aku tak percaya kalau appa sudah tidak ada, padahal pagi itu kami masih sarapan dan tertawa bersama.






Aku mengalihkan pandangan ke hyunmin hyung yang mulai mengeluarkan dengkuran -____-. 5 tahun yang lalu hyunmin-hyung mulai tinggal bersama aku dan omma. Sebelum itu, setiap hari dirumah aku selalu merasa mati kesepian. Dirumah sepi, tanpa appa. lalu omma yang selalu sibuk dan tak peduli padaku. Aku selalu menunjukkan kekecewaanku dengan kabur ke rumah hyunmin hyung yang di pohang.






Berapa pun uang yang kuminta omma akan memberikannya, apapun barang yang kuinginkan omma akan membelikannya, apapun hadiah ulang tahun yang aku minta, omma akan mengabulkan-nya. Kalian pasti berpikir anak seperti aku benar benar beruntung kan?






Tapi kalian salah, apakah kalian tahu bagaimana rasanya tak di anggap dirumah sendiri, ketika bangun dan pergi sarapan omma sudah pergi bekerja, ketika pulang sekolah tak ada yang menyambutmu pulang dan menanyakan bagaimana harimu, Ketika kau punya masalah kau tidak punya orang yang memberimu solusi atau pelukan hangat. Bahkan aku tidak ingat kapan terakhir kali aku merasakan masakan omma-ku. intinya, Tidak melihat omma dalam waktu yang lama meskipun kami satu rumah adalah hal yang buiasa bagiku.






Omma, Uang memang penting, Tapi aku tak mau uang banyak, aku hanya ingin seorang keluarga seperti yang dimiliki oleh teman temanku ini.






Karam-hyung Punya omma yang selalu kompak dan sudah seperti temannya, Injun-hyung punya omma yang berhati lembut, Mika-hyung omma yang selalu percaya dan mendukung anaknya, dan untuk kasus hyunmin-hyung kami sama sama anak yang kekurangan kasih sayang omma, tapi ia masih punya appa yang selalu membelanya, paling tidak ia masih perhatian dengan hyunmin hyung. Sedangkan aku hanya punya omma yang suka memberi uang.






*********






“akuu pulaaaaaang” seruku keras keras






“selamat dataaang” balas hyunmin-hyung, aku menoleh ke arahnya, ia terkekek. Setiap pulang kami selalu begini, aku mengucapkan 'aku pulang' dengan keras keras walaupun tahu Cuma hyunmin-hyung yang akan menjawab.






Akupun langsung terjun ke soofa dan menyambar remote TV. Malam ini hampir saja aku ketinggalan kartun Pokemon. Hyunmin hyung hanya menggeleng geleng dan berjalan menuju kamarnya.






Kring kring kring






Telp rumah berbunyi, aku mengalihkan pandanganku kesana tanpa berpindah posisi. Pasti dari omma.Karena tak kunjung ku angkat terdengarlah sebuah pesan suara.






piiiip






“jihwan kau sudah pulang? Hari ini uang makan malamnya sudah omma letakkan di meja makan, juga sudah omma lebihkan untuk kalian berdua jajan, jangan tidur terlalu larut”






Piiip






Aku mendengus, “terimakasih uang-nya omma” mendadadak aku kehilangan mood untuk menonton pokemon.






“hyunmin-hyuuuung~ ayo pergi makaaaan”






************






Kami baru saja akan berangkat ketika secara tidak sengaja aku da hyunmin-hyung berpapasan dengan omma di depan pintu. Omma tersenyum “syukurlah omma tidak terlambat”






Aku Cuma cengo, kenapa omma sudah pulang jam segini?






Dan benar saja ketika kami bertiga menyantap sushi yang dibawakan omma mengatakan sesuatu yang bisa saja membuat Nasi keluar dari hidungku (?)






“jihwan-ah omma sudah merencanakan pesta ulang tahunmu yang tinggal beberapa hari lagi”






“eh? Seperti apakah itu” ujarku pura pura tertarik, padahal aku tau itu adalah pesta yang mebosankan karena setiap tahun omma hanya mengundang kolega koleganya yang kaya semua. Untung saja mereka berempat selalu menemaniku di pesta ulang tahunku.






“ehm,,begini” omma terlihat sedang memilih kata kata yang tepat






“acaranya tidak akan jauh beda dari tahun tahun sebelumnya,, tapi...”






“tapi?”






“pada hari ulang tahunmu omma akan mengenalkanmu pada seseorang”






“me,,nge,,nal,,kanku? Dengan siapa?”






“tunanganmu..”






Hening






“tu,..tunanganKU?” ujarku setelah sekian detik mencerna perkataan omma






Omma mengangguk






“tapi,,,aku,,,aku masih kelas 1 SMA!”






“kau akan bertunangan, bukan menikah, kau akan menikah setelah kau lulus ”






“tapi omma! aku tidak mau! Bagaimana kau seenakknya memutuskannya tanpa meminta persetujuanku!!!”


Omma meneguk air dengan tenang “ini juga demi kau jihwan, omma ingin yang terbaik untukmu, ingat suatu hari nanti kau akan melanjutkan perusahaan ini”






Omma meninggalkan meja makan meskipun belum menyelesaikan makannya. Aku dan hyunmin saling bertatapan heran seperti orang idiot. Apakah kami tidak salah dengar?






********






SPECIAL-INJUN POV






Angin malam mengenai wajahku, memang terasa nyaman dan menyenangkan. Tapi debu debu jalan ini akan membuat wajahku kotor, dan tumbuh jerawat. Cih.






Aku terus mengayuh sepeda milik amber ini, sedangkan pemilik sepeda ini hanya diam membonceng dibelakang. sejak meninggalkan anak anak itu tadi tak ada satupun kata yang terlontar di antara kami.






Aku berdeham “ru,,rumah mu dimana?”






“eh? Bukankah aku sudah pernah bilang? Dekat dari rumahmu”






“benarkah? kapan?”






“ketika mengantar mu dan karam sunbae ke rumah sakit” ujarnya kesal






“ahh,,” aku memag tipe orang yang mengingat kejadian kejadian kecil, dan kemudian, keaadan hening lagi sampai kami tiba di depan rumah amber.






Akupun turun dari sepedanya, dan tersenyum tipis. “aku pulang dulu yah”






amber menggengam tanganku ketika aku baru saja akan melangkah pergi, aku pun menoleh dan menemukan amber yang tertunduk malu.






“waeyo?”






“....”






“waeyo amber-ah?” tanyaku sekali lagi






“aku,,,aku menyukaimu injun-ah”






Deg






Memang ini bukan pertama kalinya aku ditembak begini oleh cewe, hanya saja..






Amber mengangkat kepalanya yang dari tadi menunduk karena aku belum merespon perkataannya


“bagaimana?” tanyanya lagi






Aku bingung, kalau ditanya aku menyukainya atau tidak, ya aku menyukai-nya, ya aku suka melihatnya tersenyum. Tapi apakah benar ini yang namanya suka? Ini yang namanya cinta? Aku bingung, dan aku tidak siap punya cewe yang lebih ganteng dari ku, kau tau? Dia sama sekali bukan tipe ku!






Aku menghela nafas, tidak tau mau berkata apa. Ingin rasanya aku kabur dari situasi begini, tapi berpikir seperti ini malah membuatku jadi kecewe cewe-an. Aku laki laki, ya aku laki laki jadi tak ada yang perlu aku takutkan meskipun cewe yang didepanku ini lebih tampan






“aku.....”






Tercekat, oh tuhan aku merasa tenggorokanku tercekat sekarang






Aku harus menolaknya, aku tak bisa membayangkan punya cewe yang kelewat tampan begini, aku tidak bisa!






“aku,,,,”






Sekarang ia menatapku dengan tatapan penuh harap, cute






“aku,,aku pikir pikir dulu ya”






Sekarang aku malah ingin menyebur ke sungai han dan terbawa arus, kenapa aku begitu pengecut untuk mengatakan tidaak!!!






******






BACK TO JIHWAN POV






Aku berjalan dengan langkah ringan di lorong sekolah, sekarang aku dalam perjalanan menuju kelas injun-hyung. Sejujurnya aku tidak punya teman yang akrab dikelas, karena merasa berbeda denganku, yang kaya, yang mantan anak walikota dan sebagainya. Jadi aku tak nyaman. Beberapa dari mereka malah terlihat seperti penjilat saja.






Dan aku juga tak mau terlalu memikirkan perkataan omma kemarin. Aku sudah muak, terserah omma mau bilang apa. Sudah kubilang aku akan berusaha bahagia dengan caraku sendiri, aku tidak mau lagi mengeluh atau protes atau menyesali semuanya kalau aku tidak mau jadi gila atau berakhir bunuh diri.






“yooooo! Injun-hyuuung!” sorakku ketika melihat injun-hyung dari kejauhan, ia langsung menoleh dengan tampang cengonya dan segera berganti dengan senyuman lebar. Melihat injun hyung tersenyum selebar itu perasaanku ikut merasa membaik. Ia tipe orang yang menularkan kebahagiaan.






“apa itu?” tanyaku ketika melihat beberapa kertas di tangannya






“formulir kejelasan tiap kelas, mau menampilkan apa...”






“hee,,kenapa cuma sendirian?”






“tidak apa apa,,aku memang suka berkeliling keliling begini”






Yah, injun hyung adalah orang yang cepat akrab dengan siapapun, hampir satu sekolahan ini mungkin mau menjadi temannya.






“kelasmu ikutan apa?” tanyanya






Aku mengangkat bahu, injun hyung terkekeh “dasar kau itu, sekali sekali bermainlah dengan teman teman seumuranmu” ejeknya,






“eh ngomong ngomong,,ada yang ingin ku ceritakan” pinta injuun hyung tanpa memandang mataku






Akupun menatapnya dengan curiga “hee,,apa itu?”






Injun hyung melihat kesekeliling “ayo kita cari tempat yang sepi” bisiknya kemudian






*********






“tadinya aku berniat berbicara bedua saja dengan jay,,tapii,,KENAPA KALIAN SEMUA JUGA ADA DISINI!” seru injun hyung sebal






“hey,,,bukan semuanya tau, karam tidak ada” balas hyunmin hyung






“habis kami penasaran, beruntung sekali kita berpapasan di lorong tadi” tambah mika hyung






“kalau begitu biar aku hubungi karam hyung ya,,kasian kan dia sendiri yang ngga kebagian cerita” akupun mencoba menghubungi karam-hyung. Namun setelah ku coba berulang kali masih tak ada jawaban. Apakah karam hyung sedang sibuk? Ngapain?






“ya sudah, nanti biar aku saja yang cerita ke dia” ujar hyunmin hyung yang sepertinya sudah kelewat penasaran






Injun-hyung mengembungkan pipinya, sepertinya ia belum siap menghadapi audiens sebanyak ini. Hehehe


“mulai lah” hyunmin hyung mulai memaksa,






“baiklaah,,ara ara,,,! Jadi,,”






“jangan jangan ketika kalian bersepeda tadi malam ya” ledek hyunmin-hyung yang langsung diberi timpukan majalah yang dibawa mika hyung






“dengarkan aku, jangan berkomentar sebelum aku mempersilahkan”






Kamipun menganguk menurut pada perkataan injun-hyung barusan






“ehm” injun hyung pun berdeham bermaksud melanjutkan ceritanya






“kemaren,,,dia bilang suka padaku”






“........................................................”






“kenapa kalian hening?! Tanggapi sedikit dong!”






“tadi kan di suruh diam hyung” ujarku sok polos






Injun-hyung-pun berdesis “sesuka kalian lah”






“lalu bagaimana?” mika hyung berinisiatif bertanya






“aku ,,, menolakknya,,maksudku aku bermaksud untuk menolaknya”






“ma,,maksudmu?” tanyaku heran






“aku berniat menolaknya, tapi aku malah bilang mau pikir pikir dulu” injun hyung menggaruk garuk kepalanya






“jadi,,kau AKAN menerima cintanya injun-ah?” tanya mika hyung






Injun hyung menggelengkan kepala “aku,,belum yakin,,untuk punya cewe seperti dia..”






“ini bukan masalah kau ingin atau tidak ingin injun-ah” hyunmin hyung mulai berkomentar






“terkadang manusia itu memang jatuh cinta pada orang yang tidak ia inginkan” lanjutnya dengan ekspresi yang serius, kami semua terpana, bagaiamana bisa seorang hyunmin hyung bisa mengatakan hal hal yang indah begitu?






“begini saja, aku akan melontarkan beberapa pertanyaan yang mungkin saja akan membuatmu menemukan apa yang sebenarnya kau rasakan” tawar mika hyung yang dibalas oleh anggukan injun hyung






“kalau kau tak melihatnya beberapa saat apakah kau merindukannya?”






“aku,,tak yakin,,,”






“kalau kau bertemu dengannya kau merasakan deg deg-an, berkeringat dingin, atau gimana gitu?”






“kalau dia munculnya tiba tiba aku deg deg-an sih”






“yee,,,kalau munculnya tiba tiba tentu saja, bahkan kalau kau yang tiba tiba munculpun aku akan deg deg-an!” protes hyunmin hyung dan membuatnya sekali lagi kena timpukan






“ehm,,kalau kau melihatnya bersedih atau menangis apa kau merasa ingin memeluknya?”






Injun hyung terlihat sedang berpikir, kemudian berkata “aku bahkan tak bisa membayang cewe seperti dia akan menagis hyung” yang membuat mika hyung menepok jidatnya sendiri






“baiklah ini yag terakhir, kalau kau melihat ia bersama cowo lain apa kau merasakan marah, kesal atau gimana gitu?”






Injun hyung tertegun






“pernah?” akupun ikut bertanya






Injun hyung mengangguk pelan “ketika,,ia bersama karam hyng, yang di toko buku waktu itu,, aku merasa sedikit aneh”






“benarkah? Tapi,, cemburu tanpa merasakan deg deg an, kangen dan yang lain tadi itu agak membingungkan juga..” jelas mika hyung dengan tampang bingung






“akhirmya mika hyung tidak memberikan solusi!” ledekku dan sekarang giliranku lah yang ditimpuk mika hyung






*********






Tadinya kami sedang memikirnya metode selanjutnya yang bisa dipakai agar injun-hyung yakin akan perasaannya, tapi Konsentrasi kami jadi buyar ketika melihat sesuatu yang janggal namun sangat dikenal.






KARAM HYUNG? DAN GHUN HYUNG?






Mereka berjalan dengan pose cool mereka, Ghun hyung didepan sedangkan karam hyung mengikutinya dibelakang.






“pantas saja ku telp tadi tidak di angkat...” gumamku






“mau ngapain mereka?”






“mau berantem lagi bukan?” perkataan injun hyung barusan membuat kami saling bertatapan, hal ini harus dicegah! Kami pun berinisiatif untuk mengikuti mereka.






********






SPECIAL KARAM POV






Hal ini semakin menganggu pikiranku, semakin hari aku semakin merasa tertekan. Aku sudah tidak bisa membukam semuanya lagi, menyembunyikannya dari teman temanku, terutama injun. Beberapa waktu yang lalu aku sudah menceritakannya pada mika hyung. Dan mika hyung menyarankan agar aku mengatakan yang sesungguhnya, Katakakan ketika aku sudah siap menerima apa yang harus aku terima. Dan akupun memutuskan untuk menemui ghun terlebih dahulu.






“kenapa? Kau belum puas dengan pukulan ynag dulu?” tanyanya ketika kami sudah sampai di taman belakang sekolah






Aku tersenyum miring “bukan, aku sudah tidak mempermasalahkan lagi soal itu”






“lalu,,,? ops, sebentar biar ku tebak” ghun melipat kedua tangannya di dada






“Pasti soal injun kan?”






Aku mengangguk cool






“apa lagi? Bukan kah hal itu sudah selesai kita bahas? Kenapa kau masih saja mengungkit ngungkit-nya?”






“kau lebih baik mengaku ghun..tak baik menutupi hal busuk ini terlalu lama, kau harus bertanggung jawab”






Ghun tergelak “bertanggung jawab? Hahaha memang apa yang sudah ku lakukan, lagi pula ku dengar biaya pengobatannya dan sekolahnya sudah di handle appa, kurang tanggung jawab apa lagi coba?”






“tanggung jawab moral”






“ha? Hey, sejauh ini aku selalu melihatnya tertawa setiap hari kok? seseorang yang berotak udang seperti dia tidak memikir kan hal hal kecil seperti mu, ups, aku lupa kalau kau pun mirip dengannya”






Aku mengepalkan tanganku, ingin rasanya aku meninju wajahnya hingga gigi rontok semua, tapi, tapi aku harus menahan diri, jangan sampai aku membuat masalah lagi.






Aku menghela nafas “kalau kau tak mau mengaku, biar aku yang akan memberi tahunya”






Tawa ghun terhenti ia menatap ku tajam, akupun tak mau kalah menatapnya dengan tatap paling seram yang kubisa.






“hah, tidak mungkin kau bisa mengatakannya”






Aku menatapnya dengan tatapan kenapa






Ghun mendengus “menurutmu apa yang akan dikatakannya kalau dia tau yang menabraknya waktu itu adalah aku, yang appa-nya berusaha menutupi kasus ini, dan kau orang yang diselamatkannya ternyata memiliki appa yang sama denganku”






Aku terdiam






“aduuh,,kasian,,niatnya mau menyelamatkan, tapi tak taunya yang menyelakainya juga berasal dari keluarga yang sama,,,ckckckc”






Aku menarik kerah ghun, ia sudah keterlaluan






“apa? Kenapa kau marah? Temanmu itu beasiswanya sudah dicabut sejak bulan pertama ia mengundurkan diri dari karate tau! Dan untung appa berbaik hati mau terus membiayainya sampai sekarang! Kau bilang itu tidak bertanggung jawab???!”






Eh? Jadi appa sudah membiayai sekolah injun sebelum aku memintanya?






“kalau begitu, ku mohon cabut beasiswa itu sekarang juga”






Aku dan ghun langsung menoleh, itu,,INJUN? Dia mendengar apa yang kami bicarakan, akupun melihat mika, hyunmin dan jay dibelakang injun. Bagaimana ini?






*******






BACK TO JIHWAN POV






Ghun-hyung mendengus “menurutmu apa yang akan dikatakannya kalau dia tau yang menabraknya waktu itu adalah aku? yang appa-nya berusaha menutupi kasus ini dan kau orang yang diselamatkannya ternyata memiliki appa yang sama denganku”






Deg, apa yang barusan kudengar? karam hyung dan ghun hyung bersaudara?






“aduuh,,kasian,,niatnya mau menyelamatkan, tapi tak taunya yang menyelakainya juga berasal dari keluarga yang sama,,,ckckckc”






Karam hyung menarik kerah ghun, ghun hyung sudah berbicara jahat






“apa? Kenapa kau marah? Temanmu itu beasiswanya sudah dicabut sejak bulan pertama ia mengundurkan diri dari karate tau! Dan untung appa berbaik hati mau terus membiayainya sampai sekarang! Kau bilang itu tidak bertanggung jawab???!”






Aku dapat merasakan tubuh injun hyung yang begetar, ia mengepalkan tangannya, keliatannya ia sangat kecewa, dan ia pun berjalan menuju karam hyung dan ghun hyung.






“kalau begitu, ku mohon cabut beasiswa itu sekarang juga”






Karam hyung Melongo seperti orang yang tak bernyawa, sedangkan ghun hyung melepaskan dirinya dari karam-hyung. Kami semua berjalan mendekatinya.






“kau sungguh pengecut ghun hyung, kau tau?? bukan uang yang aku butuhkan!!!! Apa kau tak pernah di ajari??? Laki laki itu selalu mau mengakui kesalahannya, sedangkan kau!!! Apakah kau pantas menyebut dirimu lakil aki?!”






Ghun hyung hanya memutar mataya mendengar kemarahan injun-hyung






“i,,injun-ah...” karam hyung mengarahkan tangannya ke bahu injun-hyung, tapi injum hyung menepisnya, kemudian menatap karam dengan mata yang sangat kecewa.






“kau tau bagaimana rasanya selalu merasa bersalah karena aku kurang cepat menyelamatkanmu? Kau tau bagaimana rasanya ketika kau sudah menomor satu kan teman, ternyata temanmu itu sudah berbohong padamu? Kau tau?” jujur baru kali ini aku melihat injun hyung begitu marahnya






“injun-a,,,”






Injun hyung tak mendengarkan karam hyung dan beranjak pergi, tapi karam hyung dengan cepat menyambar tangannya.






“dengarkan aku dulu! Aku tau aku salah, aku salah tidak memberi tahumu lebih cepat, tapi hal ini bukan hal yang aku sengaja injun-ah, aku tidak pernah menginginkan hal ini terjadi, dan aku juga selalu menomor satu kan kalian,”






Injun hyung tidak membalas, ia hanya menatap karam hyung dengan tatapan kosong, kemudian melepaskan pegangan karam hyung. Karam hyung hendak menahan-nya lagi tapi kali ini iua diahalangi mika hyung.






“biar kan ia tenang dulu”






“tapi mika hyung”






“apa kau tau bertapa sakit hatinya injun? Kau sangat tega padanya karam-ah, kau sudah menginjak nginjak harga dirinya” hyunmin hyung mulai angkat bicara. Karam hyung hanya diam






“heeeh, aku pergi dulu ah, malas sekali melihat drama persahabatan kalian ini”






Kami berempat langsung menatapnya dengan tatapan membunuh






“eits eits, jangan marah, aku pergi dulu”






“kalau begitu aku pergi juga, jujur aku kecewa poadamu karam-ah” hyunmin hyung mulai melangkah meninggalkan kami,






Karam hyung mengalihkan pandangannya ke arahku, dengan tatapan yang sangat merasa bersalah, aku tersenyum kecil. Injun hyung memang berhak marah, Tapi karam hyung juga sudah merasa sangat bersalah, dan ia pasti merasa tertekan menahan karena ini. Aku bingung, aku tak bisa memihak siapa siapa.






“kau sudah benar karam-ah, kebenaran memang harus di ungkapakan, yang harus kau lakukan adalah selalu memberi pengertian pada injun, sehingga ia paham apa yang terjadi padamu dan tidak akan marah lagi, hanya saja sekarang biarkan dia sendiri dulu”






Oke, sepertinya mika hyung berada disisi karam hyung






********










Pulang sekolah, seperti biasa aku langsung melangkahkan kakiku ke ruang OSIS, Dan benar saja, Tidak ada orang. Pertengkaran tadi benar benar mengancam persahabatan kami.






Aku menghela nafas dan membuka flap hape-ku, mencari no. Mereka dan bermaksud menayakan keberadaan mereka.






Maaf Jay, aku latihan dramaKaram






Aku latihan drama, tadi aku diseret jieun sialan, kau pulang duluan sajaHyun min






Benarkah? Ya sudah Biarkan saja semuanya seperti ini dulu, hanya untuk sementara, biarkan mereka merenung J


Mika


Satu persatu mereka membalas pesanku kecuali injun hyung, lagi lagi aku menghela nafas. Biar ku tebak, mulai hari ini Kami tidak akan pulang bersama lagi. Yah, kalau pertengkaran menyangkut harga diri memang sangat sulit untuk diluruskan. Mika hyung benar, yang harus kita lakukan hanyalah menunggu, menunggu semuanya tenang. Kemudian kami harus berbicara heart to heart.






*******






Aku baru akan melangkahkan kaki ku ke gerbang sekolah ketika aku menemukan sosok cantik dengan rambut panjang berhelombang sedang Jongkok didepan vending Machine. Ia mencoba meraba sesuatu di bawah vending machine, sepertinya ia menjatuhkan sesuatu.






“mi,,,minah,nuna,,kau menjatuhkan sesuatu?”






Ia berpaling dan menyelipkan rambutnya kebelakang telinga “ah? Oh,,koin ku satu satunya jatuh ke bawah sana” ujarnya seraya berdiri






“ka,,kalau begitu pake koinku saja!” akupun segera mengeluarkan koin yang ada di saku seragamku, “kau mau minum apa?”






“Strawberry milk....”






“gam,,gamsahamnida,,ermm,..”






“jihwan! Jeon jihwan! Tapi kau bisa memanggilku jay”






“eum, yeah,,jay,,kau..kau temannya injun kan?”






Aku mengangguk






“apakah dia baik baik saja??” tanyanya khawatir, aku menelan ludah






“erm,,ada,,sediit masalah....”






“benarkah??????” ia mencengkram kedua bahuku






“benarkah? Benarkah? Jeon jihwan jelaskan! Jelaskan padaku apayang terjadi pada injunie pure baby baby honey ku! Kenapa dia pulang duluan dengan tampang menyedihkan seperti itu!” sekarang ia mengoncang goncang tubuhku, oh kemana dirimu yang calm cute tadi minah nuna






“cu...Cuma,,, masalah kecil nuna, kau tak usah khawatir” ujarku akhirnya setelah ia berhenti menguncang guncang tubuhku, aww pusing






“benarkah? Kau bisa menjamin?”






Aku mengangguk sekali lagi, ia menepuk kedua tangannya “ahh,,,syukurlah,,Injun baby baik baik saja, kalau begitu aku kekelas dulu, kami ada rapat soal festival sekolah, sayang sekali injunie tidak bisa ikut”






Akhirnya badai yang sangat kucintaipun berlalu,






Yah walaupun ia sangat menggilai injun hyung aku Tidak cemburu






Karena aku menyukai minah nuna gar gara melihatnya mencintai injun hyung dengna begitu tulus dan jujur


Tak peduli injun hyung mau mengabaikannya atau apa ia tidak pernah mundur 1cm pun






Karena itu lah aku menyukainya, cewe yang kuat






Ngomong ngomng spertinya sekarang aku harus ke Rumah injun hyung, aku yakin ia sangat benci sendirian sekarang






******






Aku memencet bell dan disambut oleh omma-nya injun-hyung yang kelihatan sangat khawatir.


“jihwan-ah? Ah akhirnya ,,, tolong katakan padaku apa yang terjadi pafda injun!” ujarnya ketika membukakan pintu untukku,






“ada sedikit masalah, ini menyangkut kecelakaan yang dulu”






“kecelakaan yang dulu? Lalu Kenapa tadi injun mengatakan ia ingin berhenti sekolah saja? Luka luka injun sudah sembuhkan? Jadi apa masalahnya”






“he?? Benarkah?"






Lee ahjuma mengangguk “dia mengatakan sesuatu tentang beasiswanya dan bilang ia ingin pindah atau berhenti sekolah, entahlah,,aku juga tak dapat mendengar dengan jelas karena panik”






“kalau begitu, boleh aku menemuinya?”






*******






Aku membuka pintu kamar injun-hyung perlahan, aku membukanya tanpa ijin karena aku tau jika aku mengetuk terlebih dulu ia pasti tidak akan membukanya.






Aku mencoba mengintip kedalam, tak ada yang berubah, kamar injun masih lumayan rapi untuk ukuran kamar cowo, tapi aku dapat melihat tas dan blazzernya yang diletakkan begitu saja. Aku menemukan sosok injun hyung yangh sepertinya berada dalam selimut, akupun melangkahkan kakiku kedalam.






“omma?” ujarnya, ups sepertinya ia mengira aku omma-nya, ia berpaling dan kaget ketika menemukan yang datang adalah aku bukan ommanya. Aku melambai dan tersenyum canggung, injun hyung melepas earphone yang ada ditelinganya.






“ada apa?”






“ehehe,,kukira kita perlu berbicara”






injun hyung mendorongku keluar dan berusaha menutup pintu, aku menahannya






“tunggu dulu hyung! Degarkan aku sebentar!”






“pulanglah jihwanie!!!!!”






“hyung! Ayo kita berbicara sebentar!” aku menahan pintu dengan sekuat tenaga






“tidak ada yang pelu kita bicarakan, kalian pulanglah!!!”






“kalian? Aku kesini Cuma sendiri hyung!!!!!”






injun hyung akhirnya berhenti “sendirian?”






Aku mengangguk, injun hyung berjalan menuju kasurnya kemudian duduk ditepi kasur, akupun mengikutinya


“kau benar mau berhenti sekolah?” tanyaku






Injun hyung hanya dian, “benar hyung?” ulangku






“aku akan bersekolah ditempat yang lebih murah, sehingga tidak akan masalah bagi omma ku jika aku tidak menerima beasiswa”






“injun hyung,,,,” omma injun hyung adalah seorang editor, bukannya mereka tak punya uang, hanya saja aku tau, injun hyung tidak akan mau membebani omma-nya yang banting tulang sendirian dengan biaya sekolah kami yang sangat mahal, yah sekolah anak orang kaya, dan ingat? Kemaren injun hyung bisa masuk sekolah ini karena beasiswa atas prestasinya dalam bidang karate.






Suasana menjadi hening, aku tidak tau apa yang kurasakan, aku merasa ingin memangis, menangis karena aku terlalu lemah, karena tak bisa melakukan apa apa, tidak bisa mengatakan hal hal baik yang bisa menenangkan atau membuat perasaan injun hyung lebih baik, yang bisa kuberikan hanyalah uang dari omma ku. Dan aku tau, injun hyung tidak akan pernah mau menerima uang dari kami.






“padahal...” injun hyung mulai membuka mulut,






“padahal aku sudah merasa sangat bersalah karena merasa begitu pengecut, padahal aku sudah merelakan kecintaanku pada karate, padahal aku sudah membelanya berkelahi walaupun aku tau hal itu akan membahayakan cideraku,,padahal,,padahal,,” suara injun-hyung bergetar, ia berhenti berbicara dan menutup matanya dengan sebelah tangannya






“injun-hyung,,gwenchana?”






Iya mengangguk “sebaiknya kau pulanglah”






*******






“aku pulaaang!” sorakku ketika memasuki rumah, tapi tak ada jawaban, aku melihat kesekeliling, ini sudah lewat jam 8 malam, apa hyunmin hyung masih belum pulang.






Aku merasa sangat khawatir sampai aku menemukan memo di meja belajar kamarku.






Aku akan ke pohang selama beberapa hari, omma memaksaku menemuinya, Sampai bertemu lagi, aku akan pulang sebelum hari ulang tahunmu!


Ps : SMS aku kalau ingin oleh oleh






Aku menghela nafas, kenapa aku harus sendirian di saat saat begini?






********






Aku membuka mata meskipun tak ada sinar matahari yang menyentuh mataku, aku membuka mata meskipun tak ada alarm yang berdering, aku membuka mataku meskipun tak ada yang menepuk lembut bahu ku ataupun menarik selimutku.






Aku mencoba duduk dan mengurut ngurut pelan kepalaku, Insomnia, aku kembali terkena insomnia. Cih, ini pasti gara gara masalah akhir akhir ini, dan lagi lagi aku begitu lemah dan rapuh, kapan aku bisa menjadi namja yang kuat?.






Aku melihat kalender, 4 hari lagi adalah tanggal 31 maret. Yah hari ulang tahunku. Dan aku dapat melihat tanda silang sebelum hari ini. Ada tiga, yah sudah 3 hari kami menjadi begitu renggang. Hyunmin hyung pergi ke pohang, ia bilang ia sedang dipaksa ibunya untuk kembali sekolah dipohang. Mika hyung tiap kali aku temui hanya bisa berkata tunggu lah sampai semuanya tenang, Karam hyung ketika kutemui, ia masih belum berani untuk menghadapi injun, sedangkan injun-hyung tidak mau lagi berbicara dengan kami.






Aku turun dan berjalan menuju dapur untuk mengambil susu coklat dan sereal. Aku menghidupkan TV dan melihat berita seorang pelajar bunuh diri terjun dari atap gedung sekolahnya, anak itu sama denganku, ia kurang kasih sayang dari orang tua, dan tidak punya teman disekolah. Tiba tiba aku merasa pikiranku menjadi begitu kusut.






Aku meletakkan mangkuk dan cangkir tadi kemudian membaringkan diriku disofa. Kenapa semua orang meninggalkanku sendiri? Apa mereka lupa bagaiamana lemahnya aku? Apa mereka tidak takut kalau aku akan berakhir seperti anak yang di TV itu? Apa kalau aku menghilang tidak akan ada yang peduli?






*********






Angin begitu kencang sehingga membuat rambutku melambai lambai, aku mencoba melihat kebawah dari balik pagar pembatas ini. Lumayan tinggi yah, kalau jatuh pasti sakit. Sekarang aku sedang ada diatap sekolah, lantai 5.






Aku mendengus, tidak tidak, bunuh diri adalah tindakan pengecut, sama sekali tidak keren. Kalau bisa suatu saat aku ingin mati dengan cara yang keren, misalnya mati karena tertembak perampok bank saat menyelamatkan staff bank yang disandera, atau mati karena menyelamatkan cewe yang diganggu oleh stalker yang membawa pisau, dan adegan adegan heroik lainnya. Hahaha.






“hajimaaaaa!!!!!!!” sorak seseorang dari belakang dan memeluk pinggangku erat






Akupun sontak kaget dan menoleh “mi,,minah nuna!” sorakku






“kau,,kau jangan bunuh diri dulu! Kau masih muda! Jangan berpikir pendek! Ingat semua masalah pasti ada jalan keluarnya!” ia berteriak sangat keras sehingga aku dapat merasakan kupingku yang berdenging, aku melepaskan diriku darinya.






“siapa yang mau bunuh diri!” sorakku, seketika nuna itupun mematung






“eh? Tidak,,bunuh diri?” ia bertanya dengan tampang polos






“tentu saja!” sorakku lagi, minah nuna mulai menggaruk garuk kepala






“lagian! Tindakanmu barusan membuat orang salah paham saja! Ngapain berdiri disamping pagar pembatas dengan kaki berjinjit begitu!” lah sekarang dia malah balas membentakku, nuna itu pun menggeleng gelengkan kepala, iapun duduk di lantai dan membuka notes kemudian mulai mencoret coretkan sesuatu.






Aku yang penasaranpun ikutan duduk dihadapannya, mencoba melihat apa yang ia tulis. Ia menatapku ketika coretannya itu selesai, sebuah gambar yang tak bisa ku deskripsikan.






“kau tau? Kenapa seseorang mencintai seseorang?”






Hah? Kenapa dia menanyakan ini? Akupun hanya menggeleng






“zaman dahulu dua manusia disatukan dalam satu tubuh seperti ini” ia menunjuk gambarnya yang tak jelas itu






”jadi kemampuannya menjadi dua kali lipat, karena manusia bisa melakukan apa saja, manusia menjadi sombong “






Aku mengangguk-ngangguk meskipun masih tak mengerti kenapa ia menceritakan ini






“suatu hari manusia berkata ia tak membutuhkan tuhan, dan tuhanpun marah sehingga tuhan memisahkan manusia menjadi dua”






Oke cerita ini tak masuk akal






“saat menjadi sendiri manusia menyadari kalau ia tak bisa apa apa kalau sendiri, sampai sekarangpun, mereka mereka mencari pasangannya yang terpisah, dan itulah yang disebut cinta” ia menyudahi ceritanya dengan tersenyum ke arahku, aku sempat tertegun beberapa saat karena mendengar ceritanya,






“hal ini berbeda dari yang ku pelajari selama ini” candaku






Minah nuna mempoutkan bibirnya “tentu saja! Ini kan hanya dongeng bodoh!” ia memukulkan penanya ke kepalaku






“aww,,lalu apa tujuannya kau menceritakan ini padaku?” tanyaku dengan muka datar, iapun menganga






“bukannya kau mau bunuh diri karena putus cinta?”






Aku menggeleng”a,,aniyoo,,,aku bahkan tak punya pacar”






“mwoyaaa” ia menutup mukanya yang merah dengan tangan, akupun susah payah menahan tawa






“gwenchana nuna, gomawo, sekarang aku merasa lebih baik, aku memang ada masalah, tapi bukan dengan cewek, dan juga aku tak akan berakhir bunuh diri” jelasku panjang






Perlahan ia menyingkirkan tangannya “benarkah?”






Aku mengangguk






Susasana menjadi hening dan akupun teringat sesuatu “jadi itu yang terjadi antara kau dan injun-hyung?”






Ia tersenyum lebar dan mengangguk ngangguk sangat kencang sampai sampai aku khawatir kepalanya akan lepas “eum, aku merasakan seperti itu, selain itu wajah kami lumayan mirip kan? Mungkin saja jaman dahulu kala kami ini berada dalam satu tubuh” ujarnya sambil tertawa tawa






“kau menganggap dongeng itu sungguhan?” ledekku, ia cemberut






“jika itu hanyalah dongeng aku akan membuatnya jadi kenyataan, karena aku merasa injun adalah belahan jiwaku, tanpa injun aku tak bisa apa apa, injun juga begitu hanya saja ia masih belum menyadarinya” jawabnya tegas, aku tersenyum kecil. Inilah kenapa aku menyukainya, ia sangat sangat menyukai injun-hyung sepenuh hatinya, andaikan..andaikan ia bisa mencintaiku seperti itu juga. DEG. Rasanya ada yang sakit dibagian sekitar dadaku. Rasanya sakit sekali...






******






“aku pulaaaaaang~” seperti biasa aku tetep meneriakkan kalimat itu ketika masuk rumah meskipun tau tak seorangpun akan menjawabnya, bahkan hyunmin hyung sekalian. Aku benar benar merasa kesepian, dirumah, disekolah aku selalu sendiri, perlahan lahan duri duri di hatiku mulai menyebar kemana mana, rasanya sakit, sakit disana sini. Bagaiaman caranya agar rasa sakit ini hilang? Oh tuhan, semoga keadaan ini tak akan berlangsung lebih lama lagi.






“jihwan-ah,,,kau sudah pulang?” aku dikagetkan oleh omma yang duduk di sofa depan tv dengan segelas wine ditangannya.






“omma dirumah? Kenapa tak menjawab salamku?”






Omma hanya menengguk habis wine dan meletakkan gelasnya di atas meja, kemudian berjalan ke arahku. Ia menyentuh pundakku pelan, oh tuhan, bahkan aku tak ingin kapan terakhir kali omma menyentuhku.






“anak omma memang tampan” ia memegang kedua pipiku






“omma, kau mabuk?”






Ia menggeleng “loh, aku barus saja memujimu dan kau malah mengatakan aku mabuk? Aku sama sekali tak mabuk jihwanie”






“eum,,lalu ada apa?”






“segeralah bersihkan dirimu., hari ini Bang family akan datang”






“bang family, siapa?”






Omma melepaskan tangannya dari pipiku “itu keluarga tunanganmu!”






“eoh? Chankaman omma, aku belum mengatakan setuju”






“jiwanie, omma sudah bilang ini demi kebaikanmu, kau cukup mengikuti apa yang kukatakan...”






“eh?”






“kenapa?”






“bagaimana omma bisa mengatakan hal itu baik bagiku sedangkan omma tidak mendengarkan pendapatku?”






“jihwanie, aku sedang tak ingin mendengar protesanmu”






“kenapa aku harus selalu mengikutimu sedangkan kau tak pernah menjalankan peran ibu dengan baik untukku”






Omma menatapku geram “mworago? Kau bilang apa? Apa kau sadar apa yang kau katakan barusan?”






“nae! Aku sadar! Omma aku bukan alat mu! Apa kau tak sadar selama ini kau mengacuhkanku dan sekarang dengan seenaknya aku diharuskan tunangan dengan orang yang bahkan tak kukenal?!” ujarku dengan suara meninggi, aku benar benar kesal, aku merasa tidak dicintai oleh omma ku sendiri






“mengacuhkanmu? Ya! Kau anak durhaka! Apa kau juga tak sadar, siapa yang meberimu uang selama ini? Siapa yang selalu mengabulkan keinginanmu? Siapa?”






“omma! yang kubutuhkan tidak hanya uang!”






“kau bercanda! Kalau tak ada uang bagaimana bisa kau tinggal ditempat enak begini? Bagaimana bisa kau sekolah ditempat yang bagus? Bagaiamana bisa kau memakai baju yang bagus? Dan bagaiamana bisa kau membeli game game tak bergunamu itu?!”






“pokonya aku tak mau seenaknya kau tunangkan!” aku berteriak dan menuju pintu kamarku, sedangkan omma masih meneriakiku dengan kata katanya.






“dan kau jangan coba coba untuk kabu lagi jihwan-ah! Dan kau harus turun saat Bang family datang, jangan sampai membuatku malu, arraseo????!!!!!”


*******

1 comment:

  1. chanji yoo mengatakan...:

    annyeong.. Keren nih ceritanya. Kpn next?

Posting Komentar