Author : HashlinPanda
Genre : friendship, School, Love
Cast :
- Lee Mika a.k.a Lee Suhoon (DGNA)
- Park Hyun Cheol a.k.a Karam (DGNA)
- Woo Hyunmin (DGNA)
- Lee Injun (DGNA)
- Jeon Jihwan a.k.a Jay (DGNA)
- Amber (F(X))
- Bang Minah (Girl's Day)
- Ji eun a.k.a IU
- Park Gyuri (KARA)
- Jung Nicole (KARA)
- other cast
Resume :
5 sahabat yang menjabat sebagai petinggi osis. Selalu bersama, bahagia, Dan mengerti satu sama lain. Tapi, ternyata mereka masih belum memahami satu sama lain sedalam yang mereka kira. Masih banyak yang disembunyikan, masih banyak yang dipendam, sehingga satu persatu duri itu muncul, dan mengancam persahabatan mereka.
------------------------------------------------------------
HYUNMIN POV
“ya! Kalian mau kemana! Hari ini kita mau latihan drama
dulu!” ji eun menghadang ku dan karam ketika akan meninggalkan kelas
“hei, kami ini orang sibuk, kami mau keruangan osis~” alasan
karam
“tidak bisa! Kalian sudah bolos pada rapat rapat sebelumnya,
jadi paling tidak kalian sudah membaca dialognya!” ujar jie eun seraya
memberikan teks skenario pada kami
“ah,,aku tidak mau jadi nenek sihir ji eun-ah” rengek karam,
aku memandangi teks skenario. SNOW WHITE lagi, aku benci SNOW WHITE.
Aku mengembalikan teks itu pada jieun, “sudah kubilang aku
ini bukan orang yang cocok jadi pangeran, aku tidak mau!” dan melangkah
kemudian diikuti oleh karam.
“ya! Kenapa kau berkata begitu? Tidakkah kau lihat ekspresi
kecewa anak anak kelas? Bisa bisa kita dikira anak sombong tau!” karam
menyodorkan kembali buku teks itu ketika kami dalam perjalanan ke ruang osis
“aku tak suka drama itu karam-ah”
“kenapa? Bukannya dulu kau juga pernah bermain drama ini?”
“bukan, aku Cuma sebagai pianis, dan yang bermain adalah
Nicole”
“nicole?”
“yah, dan aku bukan pangeran, aku hanya pianis” aku
mempercepat langkahku, sekarang entah kenapa aku jadi muak menyebut nama itu
********
“hyunmin, kau
melakukan kesalahan lagi! Ulangi! Omma tak ingin kau membuatku malu saat kontes
nanti!”
“hyunmin berapa kali
harus kukatakan, berkonsentrasilah!”
“apakau buta akan note
note balok ini? Sebetulnya kau ini anak siapa!”
“hyunmin, kali ini kau
harus menang “
“permainanmu hebat!
Sebentar lagi impian mu akan tercapai!”
“hyunmin! Sebentar
lagi resital pertamamu akan di gelar! Mulai sekarang kau harus bekerja keras
sayang”
Itu mimpimu, bukan mimpiku
Sore
ini kepala sekolah datang ke ruangan kami, kemudian memintaku untuk memainkan piano
saat menyambut kedatangan Tamu sekolah dari jepang. Dan jadilah aku sekarang
disini, diruangan musik.
Aku
melangkah pelan ke arah piano, menekan nekankan jari ku dengan asal ke tuts tuts putih piano, sehingga
juga menghasilkan melodi yang asal. Aku berhenti, dan menekan-nekan tuts dengan
marah, bising sekali.
Tidak tau kah kau sekarang aku sangat membenci piano? Aku
benci piano! Aku tidak ingin memainkannya lagi! Tapi kenapa kalian tetap
memaksaku! Aku sudah memutuskan untuk pergi dari pohang! Tapi kenapa setelah di
seoul aku masih harus memainkan piano?.
Menjadi
anak guru piano seperti ibuku memang sangat sulit. Dari kecil ia sudah
mengenalkanku dengan piano, mengajariku, memotivasiku untuk menjadi pianis.
Saat
kecil, jika ditanya orang lain tentang cita citaku aku akan menjawab aku ingin menjadi pianis. Kenapa?
Karena waktu itu aku suka piano, aku suka bunyi yang dikeluarkannya ketika aku menekan
tuts tuts-nya. Aku merasa tenang saat mendengarkan dentingan piano yang menggema
saat jari jariku memainkannya.
Aku
selalu ikut kontes, dan menang berkali kali, Saat SMP, aku sudah bisa menggelar
resital tunggal yah meskipun hanya di hall kecil. Namun lama kelamaan aku sadar, kemana? Kemana kebahagiaan yang
selalu bersamaku saat bermain piano dulu.
Aku
merasa kosong saat menekan tuts tus ini, melodi yang keluar terdengar tak bernyawa dan tak berarti.
“sebentar lagi kau
akan dapat beasiswa ke luar negri, dan akhirnya impianmu terwujud!”
Bukan, itu bukan impianku, itu impianmu omma. omma yang
selalu memaksaku berlatih piano sepulang sekolah, sehingga aku tak sempat
bermain dengan teman teman. Omma yang selalu melarangku pergi jalan jalan
dengan teman, karena aku harus berlatih untuk kontes. Omma yang selalu
menekanku agar selalu lebih baik setiap harinya. Tidak heran, ketika SD dan SMP
aku tak punya banyak teman.
Saat
itu Aku pendiam, tak banyak bicara dan dingin. Aku tidak tau sejak kapan aku
jadi takut bersosialisasi begitu. Aku sudah melangkah menjauhi dunia terlalu
jauh, sehingga saat itu. Aku merasa sendirian.
“min-ah, kau bisa
bermain piano kan?” tanya seorang anak cewe berambut pendek, aku menghentikan
kegiatan menulisku. Dan mengangguk.
“kalau begitu kau mau
bermain piano untuk drama kelas kita?, kemaren saat rapat kau tidak bisa
datang, makanya kukatakan sekarang”
Aku menatapnya heran
“kumohon, dikelas ini
Cuma kau yang bisa main piano” ujar anak itu memelas, dan akupun dapat melihat
tatapan anak sekelas yang berharap padaku.
“baiklah, lagu apa
yang kalian inginkan, tapi maaf aku tidak bisa ikut latihan setiap hari..”
“benarkah? Benarkah?
Terimakasih min-ah! Tidak apa apa kalau kau tidak datang latihan setiap
hari, kami tau kau sibuk! Kyaa! Jeongmal gomawoyo min-ah!” ujar anak itu
seraya mengenggam kedua tanganku dan berjingkrak jingkrak. Anak anak yang lain tersenyum
seraya bertepuk tangan.
*****
“nah, sebentar lagi
makan malam, omma akan menyiapkan makan malam dulu, kau teruslah berlatih
sampai jam makan malam ya”
“omma”
“ya?”
“hari ini teman teman
sekelas mengajakku untuk ikut drama kelas” ujarku
Omma menatapku heran
“min-ah, sebentar lagi kontes akan dimulai, kali ini hadiahnya beasiswa untuk
sekolah ke paris loh, “
“aku akan tetap
latihan kok! Aku berjanji ini tidak akan menganggu jadwal latihanku” ujarku
semangat
Omma tersenyum
“baiklah, nah lanjutkanlah berlatih”
********
“min-ah, tadi
seonsaengnim sudah memberikan lagunya, “ ujar anak itu seraya menyodorkan score
music, ia menghampiri mejaku di kantin sekolah
aKupun mengangguk
ngangguk “baiklah, drama apa yang akan kalian mainkan?”
Anak itu tersenyum
kemudian duduk dikursii didepanku “SNOW WHITE, drama yang bagus bukan?”
Aku mengangguk
ngangguk
“kau tau ceritanya?”
“tau, sedikit”
Anak itupun hening,
dan memperhatikan wajahku “ada apa?” tanyaku yang merasa mulai risih
“umurmu berapa?”
“13 tahun”
“whoa ternyata
seumuran denganku!” ujarnya seraya memukul pelan meja
“tentu saja, kitakan
satu kelas!” teriakku dalam hati, tapi aku diajari omma untuk tidak berkata
sembarangan, sebelum berbicara kita harus berpikir dulu, kata apa yang akan
diucapkan.
Aku kembali
menyendokkan makanan ke mulutku, tapi Dia masih saja menatapku, aku balik
menatapnya dan mengangkat sebelah alis.
Ia tersenyum “baru
kali ini aku melihat anak yang seumuran dengan ku sedewasa dirimu”
Aku tersenyum
miring,”terimakasih” ucapku meskipun aku tak tau itu pujian atau ejekan
Ia mengulurkan
tangannya “aku jung nicole, kau boleh memanggilku nicole, dan mulai sekarang
kita adalah teman”
Aku menatapnya heran,
kenapa anak ini tiba tiba mengajakku berteman. Karena capek menunggu respunku
yang lama, anak itupun menarik tanganku, dan menyalaminya.
Aku mengela nafas,
anak yang aneh. “ya, kau juga harus memperkenalkan dirmu!” serunya kemudian
“buat apa? Kau kan
sudah mengenalku”
“itu peraturannya ketika
dua orang bersalaman!” alasannya
Aku menggeleng geleng
“aku woo hyunmin, senang berkenalan denganmu”
********
Sejak saat itu kami menjadi
dekat.aku jadi punya teman bicara saat istarahat atau makan di kantin sekolah.
Sekolah jadi begitu menyenangkan karenanya.
Sekarang kami diruang musik
sekolah, aku duduk dikursi piano, memainkan jariku, menikmati alunan piano yang
kumainkan. Sementara anak itu menopang dagu dipiano seraya memejamkan matanya.
Rambut pendeknya berayun ayun, karena ia menggoyangkan kepalanya saat menikmati
alunan piano.
“indah sekali min-ah!”
ia bertepuk tangan dengan hebohnya, aku hanya tersenyum simpul
“kau tidak latihan
drama?” tanyaku, setauku ia mendapat peran snow white, sangat berbahaya kalau peran
utama tidak hadir kan
“mengajarimu? Ya!”
“kumohoon sebentar
sajaaa” ujarnya seraya mengatupkan kedua tangannyadengan tampang memelas
Aku mengehela nafas
“baiklah, kau perhatikan ya, aku akan mengajarimu lagi yang mudah saja”
Iapu n menganggik
ngangguk seperti anak anjing
Aku mulai memainkan
twinkle twinkle litle star, lagu pertama yang omma ajarkan padaku
“whoaa! Aku tau lagu
ini” ia mulai bernyanyi
Twinkle twinkle little
star,
How I wonder what you are,
Up above the world so high,
Like a diamond in the sky,
How I wonder what you are,
Up above the world so high,
Like a diamond in the sky,
tiba tiba ia berhenti bernyanyi, akupun
menghentikan permainan pianoku, dan menatapnya. Ia terlihat murung.
“kau kenapa?”
“min-ah,,apa kau benar
benar tau cerita SNOW WHITE?”
Aku mangangguk
“apa kau tau bagaimana pangeran membangunkan
putri yang tertidur?”
Aku mengangguk lagi
“putri akan bangun jika ia di cium oleh pangeran”
Ia menatapku dengan
kesal
“eh? Kalian akan
berciuman sungguhan di drama itu?” akupun menyadari apa yang ia maksudkan, ia
mengangguk dan menunduk dalam
“aku gugup, aku belum
pernah berciuman sebelumnya” tumben sekali, drama anak SMP diselipkan adegan
ciuman singguhan
“aku tau itu Cuma
menempelkan bibir saja, tapi tiu tetap saja ciuman, first kiss ku!”
Aku hanya diam, aku
tidak tau bagaimana cara menenangkan seorang gadis remaja yang sedang mengkhwatirkan first
kiss-nya.
Ia menatapku,
menatapku dengan matanya yang bulat dan jernih. “dia bukan pangeranku”
“siapa? Junho?” yah,
setauku yang memerankan si pangeran itu ya si junho
Ia mengangguk
“lalu?”
“aku tidak akan bangun
sebelum pangeranku menciumku”
Aku menatapnya heran,
tumben sekali nicole berbicara serius begini
“karena,,pangeranku
adalah kau, woo hyunmin”lanjutnya
DEG, aku terkena
serangan jantung mendadak, ba ba barusan dia bilang apa?
“eh? Pangeran?”
tanyaku pada nicole yang wajahnya sekarang Cuma beberapa senti dihadapanku
“aku ingin first-kiss
ku dengan pangeran ku yang sesungguhnya, pangeran yang aku cintai” ujarnya
kemudian mencium pelan bibirku
Akupun mundur beberapa
senti saking kagetnya “ni,,,nicole-ah?”
“kenapa? Kau tidak
menyukaiku?” ujarnya dengan tampang ngambeknya
“bu,,bukan
begitu,,tapi..”aku menatap matanya, aku dapat membaca perasaannya dari matanya,
matanya yang memandangku dengan penuh cinta
Aku menggengan
mergelangan tangannya, Pelan pelan aku mendekati wajahnya, iapun menutup matanya,
kami berciuman. Berciuman dihadapan piano, piano yang sangat aku sukai.
********
“omma, hari sabtu
depan sekolahku akan ada festival kebudayaan, orang tua diundang” ujarku ketika
makan malam
“kau ikut hyunmin-ah?”
tanya appa
“ya, aku memainkan
piano”
“wah,,baguslah, appa
kira kau akan bermain peran”
Aku tertawa seraya
menggeleng
“appa akan pergi
bersama omma kan?” tanyaku lagi
Appa mengangguk,
akupun mengalihkan pandangan ke arah omma “mian hyunmin-ah, omma tidak
bisa..ingat kontesmu hari minggu kan”
“omma ku mohon, jebal”
ujarku seraya memelas
Omma menghela nafas.
“baiklah” ujarnya kemudian
**********
“hyunmin, berusaha
lah! Hwaithing!” ujar nicole sebelum kami memulai pementasan
Aku tersenyum “kau
juga”
“nanti jangan cemburu
ya” godanya seraya mencubit hidungku
“iyaaaaa” seruku
seraya mengelus hidungku yang dicubitnya
“kau harus percaya
padaku”
Aku mengangguk dan
membelai rambut halusnya, sementara anak anak yang lain sudah sibuk meledek
kami.
Akupun mulai memasuki
panggung, dan memberi hormat. Kemudian melihat kesekelililng, akupun menemukan
appa yang melambai lamabai dengan kamera ditangannya. Tapi aku tak melihat
omma.
Aku sedikit kecewa,
tapi aku harus tetap bermain.
Dramapun dimulai dengan alunan pianoku sebagai
latarnya. Aku memainkannya dengan serius. Aku tidak ingin ada kesalahan
sedikitpun. Aku tidak ingin usaha teman temanku yang sudah berlatih dengan
serius akan gagal karena ku. Dan, pertunjukan pun berakhir dengan tepuk tangan
yang meriah.
**************
“kau woo hyunmin?”
tanya seorang paruh baya ketika omma sedang memasangkan dasi kupu kupu padaku.
Aku menoleh dan
mengangguk, “ah, Jinyoung-nim!” seru omma, kemudian omma sedikit membungkuk
pada orang itu.
“aku penah melihatmu
dikontes beberapa tahun yang lalu, kau pianis muda yang berbakat!” pujinya
Aku tersenyum, senang
sekali saat menerima pujian dari orang yang terlihat jenius musik ini
“aku menantikan
penampilanmu, kebetulan aku adalah salah satu juri malam ini, nah berusalah
ya!” ujarnya seraya menepuk-nepuk pundakku.
********
Giliranku sudah selasai, aku
memainkannya dengan sempurna, serius tanpa cacat sedikitpun seperti yang diajarkan
omma. Dan aku yakin, aku akan memenangkan Kontes seperti biasanya.
Tapi ternyata, aku hanya
mendapat peringkat 2. Aku tidak mendapatkan beasiswa itu. Aku dapat menangkap
guratan kecewa dari wajah omma, aku benar benar merasa bersalah.
Akupun mencari
Jinyoung ajushi untuk menayakan alasannya, kenapa? Kenapa bukan aku yang
menang?.
“jinyoung ajushi!” aku
menemukannya ketika ia hendak memasuki mobil, ia menoleh, kemudian tersenyum.
Akupun berlari mendekatinya.
“ada apa?” tanyanya
ramah
“oh ya, selamat ya
sudah juara 2” ia mengulurkan tangannya padaku, aku membalasnya dengan tatapan
kesal
“kenapa? Kenapa aku
kalah dibandingkan anak itu? Kau tau ia melakukan beberapa kesalahan tadi!
Kenaopa dia yang menang?”
Jinyoung ajushi
menatapku heran kemudian tersenyum “disitulah letak kesalahanmu hyunmin-ah”
“kesalahanku?”
“semua not not yang
kau lantunkan itu memang benar, tapi itu hanyalah not, tidak bernyawa,
hampa, dan kosong. Ketika kau memainkan piano, yang harus kau perhatikan adalah
melodi melodi yang akan kau lantunkan, bermain dengan penuh perasaan, sehingga
orang orang yang mendengarkan ikut terbawa”
“.....”
“aku menemukan hal itu
pada dirimu dua tahun yang lalu, tapi dirimu hari ini benar benar kosong,
kemampuanmu memang semakin hebat, hanya saja, kau tidak menuangkan perasaanm pada alunan pianomu, sesungguhnya aku kecewa”
“aku,,aku,,”
Jinyoung ajushi
membelai kepalaku, akupun mendongakkan sedikit kepalaku “lakukanlah segalanya
dengan hati, jika kau menyukai sesuatu kau pasti akan melakukannya dengan
sepenuh hati kan? Jangan pernah paksakan dirimu untuk melakukan sesuatu yang
tidak kau inginkan, ”
Aku jadi meyadari
sesuatu, sesungguhnya yang menginginkan selalu menang kontes itu siapa? Yang
ingin bersekolah ke luar negri itu siapa? Yang ingin mengadakan resital itu
siapa? Aku atau omma-ku. Alasanku bermain piano selama ini? Karena ommaku
menyuruhku untuk melakukannya. Semua terasa hampa dan kosong.
*******
Sepanjang perjalanan pulang aku
hanya bisa menangis sesegukan. Omma tidak berbicara sepatah katapun sejak
pengumuman pemenang tadi. Sedangkan appa berusaha menenangkanku dengan kata kata
“juara dua itu sudah sangat hebat”, "sekali sekali merasakan juara dua itu bagus
juga, jadi kau bisa lebih berusaha nantinya”, ‘baguslah kau tidk jadi ke paris,
appa senang kau tidak jadi meninggalkan appa” dan kalimat kalimat lain yang
membuat hatiku sedikit lapang.
Ketika sampai dirumah, aku
langsung turun dari mobil, aku ingin langsung ke kamar dan menangis sejadinya.
Tapi langkahku terhenti, ketika melihat seorang anak yang sedang menulis-nulis
di tanah di dekat pintu masuk rumahku.
Di dekatnya ada sebuah Tas besar
bewarna abu abu, anak itu memakai topi sehingga aku tidak dapat melihat
wajahnya dengan jelas.tapi aku tau siapa anak itu.
“jihwan-ah?” panggilku
Ia langsung
mengadahkan kepalanya “hyunmin-hyung!!!”
Ia segera berlari dan
memelukku. “ya! Tanganmu itu berpasir! Nanti Bajuku kotor!”
Juhwan mem-pout-kan bibirnya,
“apa yang kau lakukan disini?” tanyaku kemudian
“aku---”
“jihwanie?” panggil omma
“oh!
Samchu!Imo!annyeong!” ujar jihwan seraya melambai lambai
Pandangan omma
mengarah ke tas besar yang dibawa jihwan “kau mau menginap?”
Jihwan mengangguk
kencang “boleh kah?”
“kau tidak sekolah?
Omma mu sudah tau?”
Jihwan mengangguk lagi
“nah, hyunmin hyung ayo kita ke kamarmu kemudian pergi bermain ke pantai!!!”
serunya seraya menarikku ke dalam rumah
*******
“aigoo,,capek sekali,
perjalanan dari seoul ke pohang itu benar benar melelahkan!” seru jihwan seraya
membaringkan tubuhnya ke kasurku, hei minggir aku juga mau tiduran.
“kau kabur lagi?”
tanyaku
Jihwan terdiam “whoa,
hyunmin-hyung, kata kata kau itu terlalu langsung”
“kenapa aku harus basa
basi kepadamu?” aku melepaskan jas dan melemparnya ke kursi
“hyung dari mana?habis
kontes ya?rapi begitu”
Aku mengangguk seraya
melepaskan dasi kupu kupu yang dari tadi melilit leherku.
“menang lagi pasti ya”
“ani, aku peringkat 2”
“he,,tumben sekali”
Aku hanya mengangkat
bahu. Sejujurnya aku sangat malas untuk membahas masalah ini sekarang, dan juga
aku harus membatalkan rencanaku untuk menangis dikamar, karena sekarang ada
jihwan. Malu sekali jika ketahuan menangis olehnya.
“kalau begitu ayo kita
bermain ke pantai dan merayakannya!”
“merayakan? Aku tidak
juara, apa yang harus dirayakan?”
“phabo! Juara dua itu
juga juara tau! Nah ayo kepantai dan makan es seruuut!!!” serunya bersemangat
********
“yahaaaa!!!!! Tempat
ini masih saja kereen!! Pantaai! Pantai! Yeyyyyy!!!” sorak jihwan kegirangan
dan berlari lari menuju ombak, aku memilih duduk dipasir. Aku sekarang tidak
sedang bersemangat untuk melakukan apapun.
“yaa!! Sepatuku!
Sepatuku basaaah!!! Sialan kau ombak!” teriaknya kemudian, akupun terkekeh.
Phabo, baru beberapa detik yang lalu ia memuji ombak, sekarang ia malah
mengutukinya. tak lama kemudian ia berlari lari kecil ke arahku sambil menenteng
sepatu yang sudah dibukanya.
“hyung, titip ya..”
Aku mengangguk
“kau tidak mau ikut
bermain?”
Aku menggeleng
“kenapa?” ia
memanyunkan bibirnya lagi
“nanti, aku masih
capek”
Jihwan membentuk O
dengan mulutnya, kemudian kembali berlari girang mengejar ombak
Aku merebahkan tubuhku
dipasir pantai, memejamkan mata dan membiarkan matahari sore menerpa wajahku.
Aku kecewa, aku ingin menangis, aku ingin berteriak. Tapi aku tak bisa. Aku
harus bagaimana agar perasaan ini hilang dari hatiku.
“hai pangeran, apa kau
perlu ku cium agar bangun dari tidurmu” tiba tiba sebuah suara berdengung
ditelingaku, akupun membuka mata dan menemukan jung nicole yang tersenyum
lebar.
Aku langsung duduk
“apa yang kau lakukan disini?” tanyaku spontan
“appa ku punya cafe di
dekat pantai, jadi aku membantunya”
“ooh”
Nicole menyentuh
rambutku“rambutmu penuh pasir tuh, nanti kepalamu gatal gatal”
Ia pun membersihkan
rambutku yang penuh pasir. “gomawo” ujarku seraya tersenyum
Ia menatapku, kemudian
hening sejenak “kau kenapa?”
“eh?”
“matamu mengatakan
padaku kalau ada sesuatu yang salah”
“eh?” bagaimana anak
ini bisa tau perasaanku sekarang
“tidak ada”
“kau bohong” ia
memanyunkan bibirnya
“aku kalah dalam
kontes kali ini” ujarku akhirnya
“benarkah,,waaah,,sayang
sekali”
Aku mengangguk
“kalau begitu, kau
akan ku traktir di cafe appa ku bagaimana?”
“apa disana ada es
serut?” secara ajaib jihwan ada di antara kami
“a,,,ada..” jawab
nicole yang kaget
“jihwanie! Kau
membuatku kaget!!” seruku
Jihwan tertawa diikuti
oleh nicole.
“oh ya, perkenalkan
ini sepupuku, jihwan”
“hai aku jeon jihwan,
dan kau?”
“aku jung nicole”
“yeojachingu mu?”
tanya jihwan padaku, aku mengangguk. Yah, dia,,yeoja chingu yang sangat
kusayangi.
*******
“waaah! Es serut tadi
enak sekali!” seru jihwan, kami sekarang dalam perjalan pulang kerumah, hari
mulai gelap sehingga jalanan sekarang penuh oleh lampu lampu
“hyunmin-hyung! Yeoja
chingu mu tadi baik sekali! Cantik lagi!” pujinya, padahal aku tau, ia berkata
begitu karena ia boleh makan 5 mangkuk es serut secara gratis. Apa perutnya
tidak sakit? Aku saja hanya makan satu tapi lidahku sudah terasa beku.
“jihwan, itu mobil
omma mu kan?” ujarku yang melihat mobil yang terpakir didepan rumah
Jihwan langsung
menarikku bersembunyi di tiang listrik terdekat “bagaimana ini, kenapa kali ini
cepat sekali omma menemukanmu”
“tentu saja, lain kali
kalau kau mau kabur jangan ke rumah saudara, aku yakin tadi ommaku menelpon
omma mu”
Ia memukul jidatnya
dan menyadari kebodohannya. “aku harus bagaimana hyunmin hyung?”
“omma mu sudah menjemputmu,
jadi pulang lah, lagian kita sudah bersenang senangkan?” bujukku
“shireo!”
“wae?”
“aku benci dirumah,
dirumah sepi!”
Jihwan anak tunggal
yang hanya tinggal bersama ommanya bersama pelayan pelayannya dirumah yang
besar. Omma-nya selalu sibuk bekerja, otomatis ia sering ditinggal sendiri.
Appanya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
“jihwan-ah..”
“hyung, apa kau juga
muak dengan keadaan rumah?”
Aku hanya diam, aku
memang muak dengan keadaan rumah, sangat muak, tapi apa yang bisa kulakukan? Aku
tak bisa melakukan apa apa. Aku hanya anak berumur 13 tahun yang setiap detik
hiduopnya di atur oleh omma.
Aku menarik jihwan
“kita tidak punya tempat lari, yang dibutuhkan hanyalah kesabaran”
Jihwan menahan
tarikanku “shireo! Aku sudah cukup bersabar hyung! Aku tidak mau lagi kerumah
itu! Aku benci rumah itu!” ia mengeluarkan air matanya, padahal sampai beberapa
menit yang lalu ia masih tertawa dengan leluasa, tapi sekarang, ia terlihat
sangat terluka
Aku menghela nafas dan
berkata “aku akan ikut bersama mu”
“eh?” tangisan jihwan
berhenti dalam sekejap
“aku akan ke seoul,
aku muak disini” akhirnya aku mengatakannya
“hyung,,,”
“disaat ini
yang kita butuhkan adalah keberanian bukan kesabaran”
Aku kembali menarik
lengan jihwan “sekarang mari kita mencoba menghadapinya”
*********
Kami dimarahi habis habisan
malam itu. Jihwan yang kabur dari rumah, aku yang berniat pergi dirumah. Omma
yang memakiku. Appa yang berusaha menenangkan omma. Sudah kuduga, aku sudah
tidak bisa disini lagi.
“hyunmin-ah, kau tidak
apa apa?” tanya omma-nya jihwan padaku
Aku mengangguk Dan
mulai memasukkan koper dan barang barangku kedalam mobilnya dibantu jihwan dan
appa.
“omma mu hanya marah
sesaat, jika suasana sudah tenang, datanglah kembali” ujar appa seraya menepuk
nepuk kepalaku. aku mengangguk
“nuna, aku titip
hyunmin ya” ujar appa kemudian, omma-nya jihwan alias imo-ku itupun mengangguk
dan mereka mulai berbicara hal hal menyangkut aku untuk kedepannya. Jihwan
melangkah mendekatiku.
“kau benar tak apa apa
hyunmin-hyung?”
Sekali lagi aku
mengangguk. Aku rasa aku tidak apa apa, keadaan sekarang masih lebih baik dari pada
keadaanku di hari hari sebelumnya. Akhirnya, aku lepas dari belengu ini.
“untuk kepindahan
sekolahmu akan appa urus hari ini, dan nanti di seoul kau akan bersekolah disekolah
yang sama dengan jihwan”
Sekolah? Jung nicole,
bagaimana aku bisa melupakannya? Aku belum memberitahukannya akan kepindahanku.
“imo, bisakah tunggu
sebentar? Aku ada urusan sebentar”
“eh? Urusan?”
“aku akan lembali
sebentar lagi” ujarku seraya berlari meninggalkan mereka yang kebingungan
******
Tuuttt tuttt tutttt
Aku mencoba
menghubungi hape nicole, tidak diangkat, tentu saja, sekarang sedang jam
pelajaran. Aku mencoba menghubunginya kembali walaupun nafasku masih belum
beraturan gara gara berlarian tadi.
“halo? Min-ah kenapa
kau me-nelp sekarang? Kau tidak sekolah?” ia berbisik di seberang sana
“aku,,sekarang di
gerbang sekarang, bisa kita bertemu sebentar?” aku tau ini akan merepotkannya,
tapi aku ingin melihatnya, karena di masa yang akan datang mungkin akan sulit
bagiku untuk menemuinya lagi
“ada apa?”
“aku..hari ini aku
akan ke seoul”
“hee? Benarkah? Kau
mau pergi liburan? Atau kontes piano?”
“bukan”
“bukan?”
“aku,,,akan pindah ke
seoul hari ini”
“...........”
“nicole? Nicole-ah?
Kau masih disana?”
“........”
“nicole-ah?”
Tutt tutt tutt
Aku menatap layar
hape-ku tak percaya, nicole memutuskan sambungan telepon? Kenapa? Apa dia
sangat marah karena kepindahanku yang tiba tiba ini?.
Aku melayangkan pandangan ke
gedung sekolahku, padahal sampai kemarin pagi belum pernah terpikirkan olehku
untuk pergi dari sekolah ini. Tapi dalam sekejap semuanya berubah, aku akan
pergi tanpa sempat memberitahukan teman teman tentang kepindahanku.
Aku menghela nafas, aku tak bisa
membiarkan imo dan jihwan menunggu lama, akupun mulai melangkahkan kakiku. Tiba
tiba aku menderngar derap langkah, apakah itu nicole?. Tapi aku tak berani
memalingkan wajah, karena aku takut, kalau ternyata itu hanyalah perasaanku.
“YAAAAA!!!! WOO
HYUNMIN!!!!!! TUNGGUUUUU!!!!!”
Nicole-ah? Itu benar nicole-ah?
Kenapa dia bisa keluar kelas ditengah jam pelajaran begini?. Akupun berpaling,
dan ia langsung menghambur kepelukanku. Ia memelukku, memelukku dengan
erat.akupun balas memeluknya.
“Min-ah, kau mau pergi?”
Aku mengangguk “iya”
“ke seoul?”
“iya”
“hari ini?”
“ya, pagi ini”
Ia melonggarkan
pelukannya dan menatapku “kenapa begitu tiba tiba”
Aku tersenyum pahit
“ada sedikit masalah”
“omma mu?”
Aku tak menjawab, tapi
aku tau nicole mengerti apa yang aku maksudkan, ia menunduk dalam
“kau menangis?” aku
menyingkirkan poni yang menutupi matanya
Ia menggeleng kencang
sampai sampai aku takut kalau lehernya tidak bisa lurus kembali
“bohong, kau menangis”
ujarku pelan seraya menyeka air matanya dengan jariku, ia mengenggam tanganku
dan meletakkannya dipipi.
“apa aku boleh
menunggumu?”
“kau,,tidak apa apa
menungguku?”
Nicole mengangguk, aku
tersenyum tipis dan ikut mengangguk “suatu saat aku akan kembali menjadi orang
yang lebih baik, aku akan sering menghubungimu”
Nicole tersenyum
kemudian ia melingkarkan kelingkingnya di jari kelingkingku.
“berjanjilah padaku
untuk tidak melihat cewe lain disana” ujarnya usil
********
“hyunmin-ssi! Ya! Hyunmin-ssi! Yaaaaa!!!!!”
Aku mengerjap ngerjapkan mataku, dan melihat sekeliling
dengan pandangan kabur, dihadapanku ada siluet seorang cewe.
“ya! Kau sudah bangun? kalau sudah menyingkirlah!”
Aku menggosok-gosokkan mataku agar aku bisa melihat siapa
sosok cewek yang berani beraninya meneriakiku. “apa....masa,,lahmu?” tanyaku
seperti orang menggigau
“masalahku adalah, kau tidur diatas piano yang akan
digunakan untuk aku latihan!!!!”
Oke, sekarang orang itu sudah terlihat jelas “kau han ji
eun?”
“iya aku han ji eun! Kau mau apa? kau lupa pada teman
sekelasmu sendiri?”
“ya! Berhentilah berteriak!!! Kenapa aku harus menyingkir
uintukmu?!”
Ia berdecak dengan kedua tangan dipinggangnya “kau tuli ?
aku tadi sudah bilang, aku mau latihan disini, aku akan bernyanyi dan kevin
akan memainkan pianonya!”
Aku tertegun beberapa saat “sayang sekali pianis-nya adalah
aku, kevin tidak bisa ikut karena dia ada kontes dihari yang sama.” Jadi anak
yang akan bernyanyi itu dia?
Ji eun menganga lebar, membuatku ingin melemparkan sesuatu
kemulutnya. Ji eun menepuk nepuk jidatnya seolah ia ditinggal mati kucingnya
tadi pagi.
“kau? Kau yang jadi pianisnya?”
Aku mengangguk
“aku tidak mau bekerja sama denganmu!”
“oke fine” aku bangkit dari kursi piano, “sebaiknya kau
memang harus mencari partner yang lain, karena selain aku tak suka denganmu,
aku juga muak dengan piano”
Akupun berlalu pergi meninggalkan ji eun yang
menghentak-hentakkan kakinya karena kesal.
Tapi yang tadi itu,,,sungguh mimpi yang menyakitkan
********
“nah..snow wait yang cantik makan,,ini apel,,untukmu”
“Stop! Stop! Stop! Cut!!!!!” seru jinwoon yang sepertinya
tak tahan melihat akting karam, iapun melangkah ke arah karam yang sedang
menggaruk garuk kepalanya.
“kau sudah membaca naskahnya belum? Ini sudah 10 kali kau
gagal, lagi pula namanya snow white, bukan snow wait!!”
“sno,,,sno,,snow white” karam mencoba melafalkannya
“aish sudahku bilang, aku tak mau jadi nenek sihir!”
lanjutnya
Jinwon memukul jidatnya “lalu apa kakek sihir?”
“boo,,,itu sama sajaaaaa” protes karam
“sportiflah karam-ah, kau mendapatkannya dari kertas yang
kau pilih sendiri kaaan” ledekku
“ya! Hyunmin-ah!”
“karam-hyung dan hyunmin-hyung-nya ada?” tiba tiba sebuah
suara terdengar dari pintu kelas
“oh, jay!!!!!!” seruku dan karam serempak
“maaf kami ada rapat!” ujarku cepat dan menyambar tas,
begitu pula dengan karam. Kami melarikan diri dari kelas tanpa meminta
persetujuan yang lainnya. Akupun menarik jay yang kebingungan ke luar kelas.
*******
“ya ya ya! Hyung! Kenapa menarikku? Kita kan tidak ada
rapat! tadi aku ke kelas hanya untuk menayakan kalian mau makan siang apa!”
protes jay
“aku tau~” ujarku santai
“terimakasih sudah mampir jay~~”
“ya, kalian kenapa sih?” jay geli melihat gelagat aneh kami
“hyung! Bukankah kalian latihan drama?” tiba tiba injun
datang dengan setumpuk kertas2 yang bahkan hampir menutupi wajahnya
“whoa! Kenapa kau membawa sebanyak itu?” karam segera
berlari ke arah injun dan mengambil setengah dari beban injun diikuti oleh jay.
“lagi lagi kau memaksakan diri injun-ah” pintaku seraya
membukakan pintu ruang osis untuk mereka mereka yang tangannya penuh oleh
kertas ini
“sama sekali tak berat kok hyung”
“aku saja membawa segini sudah berat loh hyung!” protes jay
“kalau kau tak mau membantuku ya sudah tak apa apa” balas
injun kesal, jay mem-poutkan bibirnya
“aku kan Cuma bercanda”
“kalian berhentilah berisik atau mika hyung akan marah” aku
membuka pintu lebar lebar dan terkejut dengan apa yang kulihat.
Mika hyung dan
seorang yeoja, mereka duduk dikursi. Mika hyung langsung menyadari kehadiranku
dan tersenyum, dan yeoja itu. Yeoja itu meskipun ia membelakangiku, aku mengenali sosok yeoja berambut pendek itu.
“nii,nicole-ah?” ujarku terbata bata tak yakin
Ia menoleh, dan segera berdiri, Ia tersenyum lebar seperti
biasanya. Senyum yang sangat aku rindukan.
“lama tak bertemu, hyunmin-ssi”
Perasaan bahagiaku langsung luntur, sakit. Aku tak tau
kenapa begitu sakit ketika ia memanggilku begitu. Biasanya dia memanggilku
dengan min-ah. Sejak pertama kali kami berbicara, ia selalu memanggilku dengan
nama itu., tapi sekarang?
“ya! Hyung bisa kah kau menyingkir dari pintu? Kami sudah
keberatan nih!” protes injun
“oh,,mian mian..” akupun menyingkir
“waaah,,nicole nuna!” seru jay
Nicole menatap jay dengan bingung “aku jihwan, sepupu
hyunmin-hyung, kita pernah bertemu sekali :D” jelas jay
“aah,,annyeong jihwan, aku sudah bertambah besar ya”
“hai aku injun!!!!! pasti tadi membosankan menunggu dengan
mika hyung kan?” ujar injun mengenalkan diri, mika-hyung melempar injun dengan
penghapus yang ada didekatnya
“annyeong, tidak juga, mika-ssi sudah sangat membantuku”
jawab nicole, kemudian matanya menatap karam yang sibuk memisahkan kertas
kertas yang kami bawa tadi
“ya! Hyuncheol, perkenalkanlah dirimu!” tegur mika-hyung
“namanya hyun cheol?” nicole menutup mulutnya menahan tawa.
Karam menatap mika hyung kesal
“panggil aku karam”
“ya! Karam-ah apa nama mu semacam magic word yang bisa
membuat semua orang tertawa? Deokjin malah lebih aneh lagi” ejekku, karam
memang paling kesal kalau namanya sudah diejek begini
Tawaku terhenti ketika menyadari nicole juga ada disini, aku
sengara mengalihkan pandanganku padanya. Benar saja , ia menatapku tak percaya.
Aku berdeham, dan mereka semua jadi tertawa.
“mampus,,anehnya ketahuan” sindir mika hyung, ingin rasanya
aku membantingnya dari jendela lantai 3 ini
“bisa kita bicara sebentar? Berdua saja?” tanya nicole
Aku mengangguk “apa perlu ku usir anak anak ini keluar?”
“yaa!!!!!” teriak mereka serempak, nicole terbahak
“sebaiknya kita yang keluar” ujarnya dalam tawa
********
“teman teman mu sangat lucu” nicole masih belum menghentikan
tawanya
“mereka bukan temanku”
“aish, kalau dengar mereka bisa marah loh”
Aku hanya mengangkat bahu, dan berjalan menuju vending
machine didekat kami. “kau mau minum sesuatu?”
“boleh,,aku mau---“
“ini, jus semangka kan?” potongku seraya menyodorkan kaleng
jus semangka
Ia menerimanya “kau masih ingat”
Aku mengangguk “sampai sekarang aku masih heran kenapa kau
suka dengan jus yang rasanya aneh begitu”
Ia memukul kepalaku pelan dengan jus kalengan itu
“awww, sebenarnya ada apa kau kesini?” tanyaku langsung
“whoaa,,hyunmin-ssi,,kau benar benar berubah”
“berubah? Hah?”
“dulu kau tak pernah bertanya langsung seperti ini padaku”
Aku hanya tersenyum kemudian menenguk cola-ku. Aku menyadari
tatapan nicole yang dari tadi menatapku,
akupun menoleh dengan pandangan heran.
“dan kau berubah jadi semakin keren” ia tersenyum dengan
sangat manis, ya, kau juga semakin cantik
“banyak yang bilang begitu” balasku
“phhuah!!!!!” nicole menyemburkan jus semangka yang ada
dimulutnya
“ya! Kenapa?”
Ia mengelap bibirnya sambil tertawa tawa “seorang woo
hyunmin sedang memuji dirinya sendiri? Apa kau terbentur sesuatu???!!!!
Hahahahah”
Aku mem-pout-kan bibirku, nicole berhenti tertawa dan
keadaan jadi hening
“hyunmin-ssi” ujarnya akhirnya,
Aku kembali menoleh, menatap mata jernihnya. “mianhe”
aku menaikkan sebelah alisku “kau kesini hanya untuk
mengatakan maaf?”
“aku,,merasa sangat bersalah padamu..aku---“
“kau tak salah, aku lah yang salah” potongku
Nicole menggelng “ini karena aku tidak sabar, karena aku
tidak mau mengerti keadaanmu disini, aku terus menekanmu untuk menghubungiku
setiap hari, aku---“
“stop nicole-ah” seruku
“aku bukan orang yang tak tahan akan tekanan, karena aku
tumbuh dengan begitu banyak tekanan, jadi kau tak perlu khawatir”
“hyunmin-ssi”
“karena aku sudah terbiasa”
“hyunmin-ssi,,”
“pulanglah, nanti pacarmu mengkhawatirkanmu”
“kami sekarang sedang study tour di seoul,,jadi,,”
“oh, pantas saja aku merasa aneh tiba tiba kau
mengunjungiku, ternayata sedang study tour, apa pangeranmu juga ikut?” oke, aku
mulai merasa kesal
“hyunmin-ssi! Jangan berkata begitu”
Aku menatapnya, ia menatapku dengan mata yang sudah berkaca
kaca, oh tuhan. Aku sudah berjanji pada diriku agar tidak membuat anak ini
menagis lagi. Akupun menghelanafas dan tersenyum padanya seraya membelai
rambutnya.
“nah, putri, sekarang pulanglah, pangeranmu sudah
menunggumu” ujarku lembut, dan kemudian beranjak pergi
“hyunmin-ssi! Sampai kapanpun kau adalah pangeranku dan aku
adalah putrimu!” serunya ketika aku mulai menjauh, aku kembali menoleh
“aku bukan pangeranmu, dan kau juga bukan putri-ku. Dongeng
sudah berakhir nicole-ssi, sekarang mari kita kembali ke dunia nyata”
“bagiku itu sama sekali bukan dongeng!”
“baiklah itu bukan dongeng, tapi itu adalah sejarah,
sekarang pulanglah, kita sudah punya kehidupan masing masing”
Ia menunduk dalam, sial, apakah aku menyakitinya lagi? Apa
aku mengucapkan kata kata yang menyakitinya
“nicole-ah” panggilku
Ia kembali mengangkat kepalanya, dan menatapku dari kejauhan
“terimakasih sudah pernah menjadi putri yang selalu menemaniku, selalu mengerti
aku meskipun aku tak mengatakan apa apa, terimakasih, tapi sekarang aku
bukanlah pangeranmu, aku Cuma seorang pianis yang sudah muak dengan piano, aku
bahagia pernah mengenalmu, 5 tahun bersama bukanlah waktu yang singkat” aku
mengatakannya dengan penuh senyum walaupun sebenarnya sakit
Yah,
seminggu yang lalu ia menelpon-kun dan mengatakan kalau ia menyukai orang lain.
Hatiku sangat sakit. Setelah berpacaran 5 tahun dengannya, dan semuanya
berakhir begitu saja lewat telfon. Memang sudah setahun aku tidak mengunjunginya ke pohang, memang akhir akhir ini aku sangat sibuk sehingga jarang menghubunginya. Tapi bukan berarti aku tak menyayanginya. Aku sangat mengayanginya,,tapi,,yah,,ini kesalahanku juga. Aku tak ingin ia menderita karena aku lagi.
lalu, Yang lebih menyakitkan lagi, ia meninggalkanku
karena junho. Junho yang menjadi pangerannya ketika drama snow white dulu.
Yah,
sedari awal aku bukanlah pangeran, aku hanya seorang pianis. Bahkan sekarang
aku juga tak pantas untuk menyebut diriku sebagai pianis.
Aku
menatap keluar jendela, melihat langit yang perlahan lahan berubah menjadi
orange. Apa benar aku sudah berubah? Kalau begitu apa aku yang sekarang lebih
baik dari aku yang dulu? Atau malah sebaliknya?. Omma, apakah tidak apa apa
anakmu menjadi seperti ini? Aku suka menjadi diriku yang ini.
*********
Aku
membuka pintu ruangan osis, aneh suasana begitu tenang. Mereka berempat duduk
dibangku dan langsung berdiri begitu melihatku datang. Injun langsung mendekat
ke arahku.
“kau tak apa hyung?” tanyanya
“dia bilang apa” karam juga ikut bertanya
Aku tersenyum “kalian mencemaskanku?”
“bodoh! Mana mungkin kami men---“ mika-hyung menutup mulut
karam
“jadi bagaimana?” tanyanya kemudian
“aku tidak apa apa”
“kalian balikan?”
Aku menggeleng , mereka menatapku dengan pandangan sedih
“hei, jangan pandangi aku dengan tatapan seperti itu, aku bukan anak anjing
yang sedang dibuang majikannya”
“dasar hyung ini” kata injun seraya menyikut pelan lenganku
“loh, jay? Kau tak menanyakan sesuatu padaku? Kenapa kau
diam saja?”
Jay mengangkat kepalanya yang dari tadi tertunduk “syukurlah
hyung baik baik saja, tadi aku benar benar cemas” ujarnya seraya tersenyum
pahit, anak ini terlalu gampang merasa cemas.
“ya sudah, dari pada murung2 begini ayo kita pergi makan!
Aku yang traktir!” sorakku bersemangat diikuti yang lain.
Yah,
aku bahagia bersama anak anak ini. Mereka yang selalu ada untukku, mereka
selalu membuatku nyaman menjadi diri sendiri, mereka yang selalu mendukungku,
mereka bukan temanku, tapi mereka adalah saudaraku. mereka sudah ku anggap
saudaraku sendiri. Aku juga akan selalu bersama kalian.
0 comment:
Posting Komentar