[FF] THE BOYS OF SUPER SPACE PART 3

Rabu, 21 Maret 2012



Title : The Boys Of Super Space


Author : HashlinPanda


Genre : friendship, School, Love


Cast :


- Lee Mika a.k.a Lee Suhoon (DGNA)
- Park Hyun Cheol a.k.a Karam (DGNA)
- Woo Hyunmin (DGNA)
- Lee Injun (DGNA)
- Jeon Jihwan a.k.a Jay (DGNA)
- Amber (F(X))
- Bang Minah (Girl's Day)
- Ji eun a.k.a IU
- Park Gyuri (KARA)
- Jung Nicole (KARA)
- other cast




Resume :


5 sahabat yang menjabat sebagai petinggi osis. Selalu bersama, bahagia, Dan mengerti satu sama lain. Tapi, ternyata mereka masih belum memahami satu sama lain sedalam yang mereka kira. Masih banyak yang disembunyikan, masih banyak yang dipendam, sehingga satu persatu duri itu muncul, dan mengancam persahabatan mereka.


------------------------------------------------------------





HYUNMIN POV

“ya! Kalian mau kemana! Hari ini kita mau latihan drama dulu!” ji eun menghadang ku dan karam ketika akan meninggalkan kelas

“hei, kami ini orang sibuk, kami mau keruangan osis~” alasan karam

“tidak bisa! Kalian sudah bolos pada rapat rapat sebelumnya, jadi paling tidak kalian sudah membaca dialognya!” ujar jie eun seraya memberikan teks skenario pada kami

“ah,,aku tidak mau jadi nenek sihir ji eun-ah” rengek karam, aku memandangi teks skenario. SNOW WHITE lagi, aku benci SNOW WHITE.

Aku mengembalikan teks itu pada jieun, “sudah kubilang aku ini bukan orang yang cocok jadi pangeran, aku tidak mau!” dan melangkah kemudian diikuti oleh karam.

“ya! Kenapa kau berkata begitu? Tidakkah kau lihat ekspresi kecewa anak anak kelas? Bisa bisa kita dikira anak sombong tau!” karam menyodorkan kembali buku teks itu ketika kami dalam perjalanan ke ruang osis

“aku tak suka drama itu karam-ah”

“kenapa? Bukannya dulu kau juga pernah bermain drama ini?”

“bukan, aku Cuma sebagai pianis, dan yang bermain adalah Nicole”

“nicole?”

“yah, dan aku bukan pangeran, aku hanya pianis” aku mempercepat langkahku, sekarang entah kenapa aku jadi muak menyebut nama itu

********

“hyunmin, kau melakukan kesalahan lagi! Ulangi! Omma tak ingin kau membuatku malu saat kontes nanti!”

“hyunmin berapa kali harus kukatakan, berkonsentrasilah!”

“apakau buta akan note note balok ini? Sebetulnya kau ini anak siapa!”

“hyunmin, kali ini kau harus menang “

“permainanmu hebat! Sebentar lagi impian mu akan tercapai!”

“hyunmin! Sebentar lagi resital pertamamu akan di gelar! Mulai sekarang kau harus bekerja keras sayang”

Itu mimpimu, bukan mimpiku

                Sore ini kepala sekolah datang ke ruangan kami, kemudian memintaku untuk memainkan piano saat menyambut kedatangan Tamu sekolah dari jepang. Dan jadilah aku sekarang disini, diruangan musik.

                Aku melangkah pelan ke arah piano, menekan nekankan jari ku  dengan asal ke tuts tuts putih piano, sehingga juga menghasilkan melodi yang asal. Aku berhenti, dan menekan-nekan tuts dengan marah, bising sekali.

Tidak tau kah kau sekarang aku sangat membenci piano? Aku benci piano! Aku tidak ingin memainkannya lagi! Tapi kenapa kalian tetap memaksaku! Aku sudah memutuskan untuk pergi dari pohang! Tapi kenapa setelah di seoul aku masih harus memainkan piano?.

                Menjadi anak guru piano seperti ibuku memang sangat sulit. Dari kecil ia sudah mengenalkanku dengan piano, mengajariku, memotivasiku untuk menjadi pianis.

                Saat kecil, jika ditanya orang lain tentang cita citaku aku akan menjawab aku ingin menjadi pianis. Kenapa? Karena waktu itu aku suka piano, aku suka bunyi yang dikeluarkannya ketika aku menekan tuts tuts-nya. Aku merasa tenang saat mendengarkan dentingan piano yang menggema saat jari jariku memainkannya.

                Aku selalu ikut kontes, dan menang berkali kali, Saat SMP, aku sudah bisa menggelar resital tunggal yah meskipun hanya di hall kecil. Namun lama kelamaan aku sadar, kemana? Kemana kebahagiaan yang selalu bersamaku saat bermain piano dulu.

                Aku merasa kosong saat menekan tuts tus ini, melodi yang keluar  terdengar tak bernyawa dan tak berarti.

“sebentar lagi kau akan dapat beasiswa ke luar negri, dan akhirnya impianmu terwujud!”

Bukan, itu bukan impianku, itu impianmu omma. omma yang selalu memaksaku berlatih piano sepulang sekolah, sehingga aku tak sempat bermain dengan teman teman. Omma yang selalu melarangku pergi jalan jalan dengan teman, karena aku harus berlatih untuk kontes. Omma yang selalu menekanku agar selalu lebih baik setiap harinya. Tidak heran, ketika SD dan SMP aku tak punya banyak teman.

                Saat itu Aku pendiam, tak banyak bicara dan dingin. Aku tidak tau sejak kapan aku jadi takut bersosialisasi begitu. Aku sudah melangkah menjauhi dunia terlalu jauh, sehingga saat itu. Aku merasa sendirian.

“min-ah, kau bisa bermain piano kan?” tanya seorang anak cewe berambut pendek, aku menghentikan kegiatan menulisku. Dan mengangguk.

“kalau begitu kau mau bermain piano untuk drama kelas kita?, kemaren saat rapat kau tidak bisa datang, makanya kukatakan sekarang”

Aku menatapnya heran

“kumohon, dikelas ini Cuma kau yang bisa main piano” ujar anak itu memelas, dan akupun dapat melihat tatapan anak sekelas yang berharap padaku.

“baiklah, lagu apa yang kalian inginkan, tapi maaf aku tidak bisa ikut latihan setiap hari..”

“benarkah? Benarkah? Terimakasih min-ah! Tidak apa apa kalau kau tidak datang latihan setiap hari, kami tau kau sibuk! Kyaa! Jeongmal gomawoyo min-ah!” ujar anak itu seraya mengenggam kedua tanganku dan berjingkrak  jingkrak. Anak anak yang lain tersenyum seraya bertepuk tangan. 

*****

“nah, sebentar lagi makan malam, omma akan menyiapkan makan malam dulu, kau teruslah berlatih sampai jam makan malam ya”

“omma”

“ya?”

“hari ini teman teman sekelas mengajakku untuk ikut drama kelas” ujarku

Omma menatapku heran “min-ah, sebentar lagi kontes akan dimulai, kali ini hadiahnya beasiswa untuk sekolah ke paris loh, “

“aku akan tetap latihan kok! Aku berjanji ini tidak akan menganggu jadwal latihanku” ujarku semangat

Omma tersenyum “baiklah, nah lanjutkanlah berlatih”

********

“min-ah, tadi seonsaengnim sudah memberikan lagunya, “ ujar anak itu seraya menyodorkan score music, ia menghampiri mejaku di kantin sekolah

aKupun mengangguk ngangguk “baiklah, drama apa yang akan kalian mainkan?”

Anak itu tersenyum kemudian duduk dikursii didepanku “SNOW WHITE, drama yang bagus bukan?”

Aku mengangguk ngangguk

“kau tau ceritanya?”

“tau, sedikit”

Anak itupun hening, dan memperhatikan wajahku “ada apa?” tanyaku yang merasa mulai risih

“umurmu berapa?”

“13 tahun”

“whoa ternyata seumuran denganku!” ujarnya seraya memukul pelan meja

“tentu saja, kitakan satu kelas!” teriakku dalam hati, tapi aku diajari omma untuk tidak berkata sembarangan, sebelum berbicara kita harus berpikir dulu, kata apa yang akan diucapkan.

Aku kembali menyendokkan makanan ke mulutku, tapi Dia masih saja menatapku, aku balik menatapnya dan mengangkat sebelah alis.

Ia tersenyum “baru kali ini aku melihat anak yang seumuran dengan ku sedewasa dirimu”

Aku tersenyum miring,”terimakasih” ucapku meskipun aku tak tau itu pujian atau ejekan

Ia mengulurkan tangannya “aku jung nicole, kau boleh memanggilku nicole, dan mulai sekarang kita adalah teman”

Aku menatapnya heran, kenapa anak ini tiba tiba mengajakku berteman. Karena capek menunggu respunku yang lama, anak itupun menarik tanganku, dan menyalaminya.

Aku mengela nafas, anak yang aneh. “ya, kau juga harus memperkenalkan dirmu!” serunya kemudian

“buat apa? Kau kan sudah mengenalku”

“itu peraturannya ketika dua orang bersalaman!” alasannya

Aku menggeleng geleng “aku woo hyunmin, senang berkenalan denganmu”

********

                Sejak saat itu kami menjadi dekat.aku jadi punya teman bicara saat istarahat atau makan di kantin sekolah. Sekolah jadi begitu menyenangkan karenanya.

                Sekarang kami diruang musik sekolah, aku duduk dikursi piano, memainkan jariku, menikmati alunan piano yang kumainkan. Sementara anak itu menopang dagu dipiano seraya memejamkan matanya. Rambut pendeknya berayun ayun, karena ia menggoyangkan kepalanya saat menikmati alunan piano.

“indah sekali min-ah!” ia bertepuk tangan dengan hebohnya, aku hanya tersenyum simpul

“kau tidak latihan drama?” tanyaku, setauku ia mendapat peran snow white, sangat berbahaya kalau peran utama tidak hadir kan

Ia tersenyum, kemudian duduk disampingku dan menekan nekan tuts piano. “aku tidak akan pergi sebelum kau mengajariku”

“mengajarimu? Ya!”

“kumohoon sebentar sajaaa” ujarnya seraya mengatupkan kedua tangannyadengan tampang memelas

Aku mengehela nafas “baiklah, kau perhatikan ya, aku akan mengajarimu lagi yang mudah saja”
Iapu n menganggik ngangguk seperti anak anjing

Aku mulai memainkan twinkle twinkle litle star, lagu pertama yang omma ajarkan padaku

“whoaa! Aku tau lagu ini” ia mulai bernyanyi

Twinkle twinkle little star,
How I wonder what you are,
Up above the world so high,
Like a diamond in the sky,

                tiba tiba ia berhenti bernyanyi, akupun menghentikan permainan pianoku, dan menatapnya. Ia terlihat murung.

“kau kenapa?”

“min-ah,,apa kau benar benar tau cerita SNOW WHITE?”

Aku mangangguk

 “apa kau tau bagaimana pangeran membangunkan putri yang tertidur?”

Aku mengangguk lagi “putri akan bangun jika ia di cium oleh pangeran”

Ia menatapku dengan kesal

“eh? Kalian akan berciuman sungguhan di drama itu?” akupun menyadari apa yang ia maksudkan, ia mengangguk dan menunduk dalam

“aku gugup, aku belum pernah berciuman sebelumnya” tumben sekali, drama anak SMP diselipkan adegan ciuman singguhan

“aku tau itu Cuma menempelkan bibir saja, tapi tiu tetap saja ciuman, first kiss ku!”

Aku hanya diam, aku tidak tau bagaimana cara menenangkan seorang gadis remaja yang sedang mengkhwatirkan first kiss-nya.

Ia menatapku, menatapku dengan matanya yang bulat dan jernih. “dia bukan pangeranku”

“siapa? Junho?” yah, setauku yang memerankan si pangeran itu ya si junho

Ia mengangguk

“lalu?”

“aku tidak akan bangun sebelum pangeranku menciumku”

Aku menatapnya heran, tumben sekali nicole berbicara serius begini

“karena,,pangeranku adalah kau, woo hyunmin”lanjutnya

DEG, aku terkena serangan jantung mendadak, ba ba barusan dia bilang apa?

“eh? Pangeran?” tanyaku pada nicole yang wajahnya sekarang Cuma beberapa senti dihadapanku

“aku ingin first-kiss ku dengan pangeran ku yang sesungguhnya, pangeran yang aku cintai” ujarnya kemudian mencium pelan bibirku

Akupun mundur beberapa senti saking kagetnya “ni,,,nicole-ah?”

“kenapa? Kau tidak menyukaiku?” ujarnya dengan tampang ngambeknya

“bu,,bukan begitu,,tapi..”aku menatap matanya, aku dapat membaca perasaannya dari matanya, matanya yang memandangku dengan penuh cinta

Aku menggengan mergelangan tangannya, Pelan pelan aku mendekati wajahnya, iapun menutup matanya, kami berciuman. Berciuman dihadapan piano, piano yang sangat aku sukai.

********

“omma, hari sabtu depan sekolahku akan ada festival kebudayaan, orang tua diundang” ujarku ketika makan malam

“kau ikut hyunmin-ah?” tanya appa

“ya, aku memainkan piano”

“wah,,baguslah, appa kira kau akan bermain peran”

Aku tertawa seraya menggeleng

“appa akan pergi bersama omma kan?” tanyaku lagi

Appa mengangguk, akupun mengalihkan pandangan ke arah omma “mian hyunmin-ah, omma tidak bisa..ingat kontesmu hari minggu kan”

“omma ku mohon, jebal” ujarku seraya memelas

Omma menghela nafas. “baiklah” ujarnya kemudian

**********

“hyunmin, berusaha lah! Hwaithing!” ujar nicole sebelum kami memulai pementasan

Aku tersenyum “kau juga”

“nanti jangan cemburu ya” godanya seraya mencubit hidungku

“iyaaaaa” seruku seraya mengelus hidungku yang dicubitnya

“kau harus percaya padaku”

Aku mengangguk dan membelai rambut halusnya, sementara anak anak yang lain sudah sibuk meledek kami.

Akupun mulai memasuki panggung, dan memberi hormat. Kemudian melihat kesekelililng, akupun menemukan appa yang melambai lamabai dengan kamera ditangannya. Tapi aku tak melihat omma.
Aku sedikit kecewa, tapi aku harus tetap bermain. 

Dramapun dimulai dengan alunan pianoku sebagai latarnya. Aku memainkannya dengan serius. Aku tidak ingin ada kesalahan sedikitpun. Aku tidak ingin usaha teman temanku yang sudah berlatih dengan serius akan gagal karena ku. Dan, pertunjukan pun berakhir dengan tepuk tangan yang meriah.

**************

“kau woo hyunmin?” tanya seorang paruh baya ketika omma sedang memasangkan dasi kupu kupu padaku.

Aku menoleh dan mengangguk, “ah, Jinyoung-nim!” seru omma, kemudian omma sedikit membungkuk pada orang itu.

“aku penah melihatmu dikontes beberapa tahun yang lalu, kau pianis muda yang berbakat!” pujinya
Aku tersenyum, senang sekali saat menerima pujian dari orang yang terlihat jenius musik ini

“aku menantikan penampilanmu, kebetulan aku adalah salah satu juri malam ini, nah berusalah ya!” ujarnya seraya menepuk-nepuk pundakku.

********

                Giliranku sudah selasai, aku memainkannya dengan sempurna, serius tanpa cacat sedikitpun seperti yang diajarkan omma. Dan aku yakin, aku akan memenangkan Kontes seperti biasanya.

                Tapi ternyata, aku hanya mendapat peringkat 2. Aku tidak mendapatkan beasiswa itu. Aku dapat menangkap guratan kecewa dari wajah omma, aku benar benar merasa bersalah. 

Akupun mencari Jinyoung ajushi untuk menayakan alasannya, kenapa? Kenapa bukan aku yang menang?.

“jinyoung ajushi!” aku menemukannya ketika ia hendak memasuki mobil, ia menoleh, kemudian tersenyum. Akupun berlari mendekatinya.

“ada apa?” tanyanya ramah

“oh ya, selamat ya sudah juara 2” ia mengulurkan tangannya padaku, aku membalasnya dengan tatapan kesal

“kenapa? Kenapa aku kalah dibandingkan anak itu? Kau tau ia melakukan beberapa kesalahan tadi! Kenaopa dia yang menang?”

Jinyoung ajushi menatapku heran kemudian tersenyum “disitulah letak kesalahanmu hyunmin-ah”

“kesalahanku?”

“semua not not yang kau lantunkan itu memang benar, tapi itu hanyalah not, tidak bernyawa, hampa, dan kosong. Ketika kau memainkan piano, yang harus kau perhatikan adalah melodi melodi yang akan kau lantunkan, bermain dengan penuh perasaan, sehingga orang orang yang mendengarkan ikut terbawa”

“.....”

“aku menemukan hal itu pada dirimu dua tahun yang lalu, tapi dirimu hari ini benar benar kosong, kemampuanmu memang semakin hebat, hanya saja, kau tidak menuangkan perasaanm pada alunan pianomu, sesungguhnya aku kecewa”

“aku,,aku,,”

Jinyoung ajushi membelai kepalaku, akupun mendongakkan sedikit kepalaku “lakukanlah segalanya dengan hati, jika kau menyukai sesuatu kau pasti akan melakukannya dengan sepenuh hati kan? Jangan pernah paksakan dirimu untuk melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan, ”

Aku jadi meyadari sesuatu, sesungguhnya yang menginginkan selalu menang kontes itu siapa? Yang ingin bersekolah ke luar negri itu siapa? Yang ingin mengadakan resital itu siapa? Aku atau omma-ku. Alasanku bermain piano selama ini? Karena ommaku menyuruhku untuk melakukannya. Semua terasa hampa dan kosong.

*******

                Sepanjang perjalanan pulang aku hanya bisa menangis sesegukan. Omma tidak berbicara sepatah katapun sejak pengumuman pemenang tadi. Sedangkan appa berusaha menenangkanku dengan kata kata “juara dua itu sudah sangat hebat”, "sekali sekali merasakan juara dua itu bagus juga, jadi kau bisa lebih berusaha nantinya”, ‘baguslah kau tidk jadi ke paris, appa senang kau tidak jadi meninggalkan appa” dan kalimat kalimat lain yang membuat hatiku sedikit lapang.

                Ketika sampai dirumah, aku langsung turun dari mobil, aku ingin langsung ke kamar dan menangis sejadinya. Tapi langkahku terhenti, ketika melihat seorang anak yang sedang menulis-nulis di tanah di dekat pintu masuk rumahku.

                Di dekatnya ada sebuah Tas besar bewarna abu abu, anak itu memakai topi sehingga aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas.tapi aku tau siapa anak itu.

“jihwan-ah?” panggilku

Ia langsung mengadahkan kepalanya “hyunmin-hyung!!!”

Ia segera berlari dan memelukku. “ya! Tanganmu itu berpasir! Nanti Bajuku kotor!”

Juhwan mem-pout-kan bibirnya, “apa yang kau lakukan disini?” tanyaku kemudian

“aku---”

“jihwanie?” panggil omma

“oh! Samchu!Imo!annyeong!” ujar jihwan seraya melambai lambai

Pandangan omma mengarah ke tas besar yang dibawa jihwan “kau mau menginap?”

Jihwan mengangguk kencang “boleh kah?”

“kau tidak sekolah? Omma mu sudah tau?”

Jihwan mengangguk lagi “nah, hyunmin hyung ayo kita ke kamarmu kemudian pergi bermain ke pantai!!!” serunya seraya menarikku ke dalam rumah

*******

“aigoo,,capek sekali, perjalanan dari seoul ke pohang itu benar benar melelahkan!” seru jihwan seraya membaringkan tubuhnya ke kasurku, hei minggir aku juga mau tiduran.

“kau kabur lagi?” tanyaku

Jihwan terdiam “whoa, hyunmin-hyung, kata kata kau itu terlalu langsung”

“kenapa aku harus basa basi kepadamu?” aku melepaskan jas dan melemparnya ke kursi

“hyung dari mana?habis kontes ya?rapi begitu”

Aku mengangguk seraya melepaskan dasi kupu kupu yang dari tadi melilit leherku.

“menang lagi pasti ya”

“ani, aku peringkat 2”

“he,,tumben sekali”

Aku hanya mengangkat bahu. Sejujurnya aku sangat malas untuk membahas masalah ini sekarang, dan juga aku harus membatalkan rencanaku untuk menangis dikamar, karena sekarang ada jihwan. Malu sekali jika ketahuan menangis olehnya.

“kalau begitu ayo kita bermain ke pantai dan merayakannya!”

“merayakan? Aku tidak juara, apa yang harus dirayakan?”

“phabo! Juara dua itu juga juara tau! Nah ayo kepantai dan makan es seruuut!!!” serunya bersemangat

********

“yahaaaa!!!!! Tempat ini masih saja kereen!! Pantaai! Pantai! Yeyyyyy!!!” sorak jihwan kegirangan dan berlari lari menuju ombak, aku memilih duduk dipasir. Aku sekarang tidak sedang bersemangat untuk melakukan apapun.

“yaa!! Sepatuku! Sepatuku basaaah!!! Sialan kau ombak!” teriaknya kemudian, akupun terkekeh. Phabo, baru beberapa detik yang lalu ia memuji ombak, sekarang ia malah mengutukinya. tak lama kemudian ia berlari lari kecil ke arahku sambil menenteng sepatu yang sudah dibukanya.

“hyung, titip ya..”

Aku mengangguk

“kau tidak mau ikut bermain?”

Aku menggeleng

“kenapa?” ia memanyunkan bibirnya lagi

“nanti, aku masih capek”

Jihwan membentuk O dengan mulutnya, kemudian kembali berlari girang mengejar ombak
Aku merebahkan tubuhku dipasir pantai, memejamkan mata dan membiarkan matahari sore menerpa wajahku. Aku kecewa, aku ingin menangis, aku ingin berteriak. Tapi aku tak bisa. Aku harus bagaimana agar perasaan ini hilang dari hatiku.

“hai pangeran, apa kau perlu ku cium agar bangun dari tidurmu” tiba tiba sebuah suara berdengung ditelingaku, akupun membuka mata dan menemukan jung nicole yang tersenyum lebar.

Aku langsung duduk “apa yang kau lakukan disini?” tanyaku spontan

“appa ku punya cafe di dekat pantai, jadi aku membantunya”

“ooh”

Nicole menyentuh rambutku“rambutmu penuh pasir tuh, nanti kepalamu gatal gatal”

Ia pun membersihkan rambutku yang penuh pasir. “gomawo” ujarku seraya tersenyum

Ia menatapku, kemudian hening sejenak “kau kenapa?”

“eh?”

“matamu mengatakan padaku kalau ada sesuatu yang salah”

“eh?” bagaimana anak ini bisa tau perasaanku sekarang

“tidak ada”

“kau bohong” ia memanyunkan bibirnya

“aku kalah dalam kontes kali ini” ujarku akhirnya

“benarkah,,waaah,,sayang sekali”

Aku mengangguk

“kalau begitu, kau akan ku traktir di cafe appa ku bagaimana?”

“apa disana ada es serut?” secara ajaib jihwan ada di antara kami

“a,,,ada..” jawab nicole yang kaget

“jihwanie! Kau membuatku kaget!!” seruku

Jihwan tertawa diikuti oleh nicole.

“oh ya, perkenalkan ini sepupuku, jihwan”

“hai aku jeon jihwan, dan kau?”

“aku jung nicole”

“yeojachingu mu?” tanya jihwan padaku, aku mengangguk. Yah, dia,,yeoja chingu yang sangat kusayangi.

*******

“waaah! Es serut tadi enak sekali!” seru jihwan, kami sekarang dalam perjalan pulang kerumah, hari mulai gelap sehingga jalanan sekarang penuh oleh lampu lampu

“hyunmin-hyung! Yeoja chingu mu tadi baik sekali! Cantik lagi!” pujinya, padahal aku tau, ia berkata begitu karena ia boleh makan 5 mangkuk es serut secara gratis. Apa perutnya tidak sakit? Aku saja hanya makan satu tapi lidahku sudah terasa beku.

“jihwan, itu mobil omma mu kan?” ujarku yang melihat mobil yang terpakir didepan rumah

Jihwan langsung menarikku bersembunyi di tiang listrik terdekat “bagaimana ini, kenapa kali ini cepat sekali omma menemukanmu”

“tentu saja, lain kali kalau kau mau kabur jangan ke rumah saudara, aku yakin tadi ommaku menelpon omma mu”

Ia memukul jidatnya dan menyadari kebodohannya. “aku harus bagaimana hyunmin hyung?”

“omma mu sudah menjemputmu, jadi pulang lah, lagian kita sudah bersenang senangkan?” bujukku

“shireo!”

“wae?”

“aku benci dirumah, dirumah sepi!”

Jihwan anak tunggal yang hanya tinggal bersama ommanya bersama pelayan pelayannya dirumah yang besar. Omma-nya selalu sibuk bekerja, otomatis ia sering ditinggal sendiri. Appanya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.

“jihwan-ah..”

“hyung, apa kau juga muak dengan keadaan rumah?”

Aku hanya diam, aku memang muak dengan keadaan rumah, sangat muak, tapi apa yang bisa kulakukan? Aku tak bisa melakukan apa apa. Aku hanya anak berumur 13 tahun yang setiap detik hiduopnya di atur oleh omma.

Aku menarik jihwan “kita tidak punya tempat lari, yang dibutuhkan hanyalah kesabaran”

Jihwan menahan tarikanku “shireo! Aku sudah cukup bersabar hyung! Aku tidak mau lagi kerumah itu! Aku benci rumah itu!” ia mengeluarkan air matanya, padahal sampai beberapa menit yang lalu ia masih tertawa dengan leluasa, tapi sekarang, ia terlihat sangat terluka

Aku menghela nafas dan berkata “aku akan ikut bersama mu”

“eh?” tangisan jihwan berhenti dalam sekejap

“aku akan ke seoul, aku muak disini” akhirnya aku mengatakannya

“hyung,,,”

“disaat ini yang kita butuhkan adalah keberanian bukan kesabaran”

Aku kembali menarik lengan jihwan “sekarang mari kita mencoba menghadapinya”

*********


                Kami dimarahi habis habisan malam itu. Jihwan yang kabur dari rumah, aku yang berniat pergi dirumah. Omma yang memakiku. Appa yang berusaha menenangkan omma. Sudah kuduga, aku sudah tidak bisa disini lagi.

“hyunmin-ah, kau tidak apa apa?” tanya omma-nya jihwan padaku

Aku mengangguk Dan mulai memasukkan koper dan barang barangku kedalam mobilnya dibantu jihwan dan appa.

“omma mu hanya marah sesaat, jika suasana sudah tenang, datanglah kembali” ujar appa seraya menepuk nepuk kepalaku.  aku mengangguk

“nuna, aku titip hyunmin ya” ujar appa kemudian, omma-nya jihwan alias imo-ku itupun mengangguk dan mereka mulai berbicara hal hal menyangkut aku untuk kedepannya. Jihwan melangkah mendekatiku.

“kau benar tak apa apa hyunmin-hyung?”

Sekali lagi aku mengangguk. Aku rasa aku tidak apa apa, keadaan sekarang masih lebih baik dari pada keadaanku di hari hari sebelumnya. Akhirnya, aku lepas dari belengu ini.

“untuk kepindahan sekolahmu akan appa urus hari ini, dan nanti di seoul kau akan bersekolah disekolah yang sama dengan jihwan”

Sekolah? Jung nicole, bagaimana aku bisa melupakannya? Aku belum memberitahukannya akan kepindahanku.

“imo, bisakah tunggu sebentar? Aku ada urusan sebentar”

“eh? Urusan?”

“aku akan lembali sebentar lagi” ujarku seraya berlari meninggalkan mereka yang kebingungan

******

Tuuttt tuttt tutttt

Aku mencoba menghubungi hape nicole, tidak diangkat, tentu saja, sekarang sedang jam pelajaran. Aku mencoba menghubunginya kembali walaupun nafasku masih belum beraturan gara gara berlarian tadi.

“halo? Min-ah kenapa kau me-nelp sekarang? Kau tidak sekolah?” ia berbisik di seberang sana

“aku,,sekarang di gerbang sekarang, bisa kita bertemu sebentar?” aku tau ini akan merepotkannya, tapi aku ingin melihatnya, karena di masa yang akan datang mungkin akan sulit bagiku untuk menemuinya lagi

“ada apa?”

“aku..hari ini aku akan ke seoul”

“hee? Benarkah? Kau mau pergi liburan? Atau kontes piano?”

“bukan”

“bukan?”

“aku,,,akan pindah ke seoul hari ini”

“...........”

“nicole? Nicole-ah? Kau masih disana?”

“........”

“nicole-ah?”

Tutt tutt tutt

Aku menatap layar hape-ku tak percaya, nicole memutuskan sambungan telepon? Kenapa? Apa dia sangat marah karena kepindahanku yang tiba tiba ini?.

                Aku melayangkan pandangan ke gedung sekolahku, padahal sampai kemarin pagi belum pernah terpikirkan olehku untuk pergi dari sekolah ini. Tapi dalam sekejap semuanya berubah, aku akan pergi tanpa sempat memberitahukan teman teman tentang kepindahanku.

                Aku menghela nafas, aku tak bisa membiarkan imo dan jihwan menunggu lama, akupun mulai melangkahkan kakiku. Tiba tiba aku menderngar derap langkah, apakah itu nicole?. Tapi aku tak berani memalingkan wajah, karena aku takut, kalau ternyata itu hanyalah perasaanku.

“YAAAAA!!!! WOO HYUNMIN!!!!!! TUNGGUUUUU!!!!!”

                Nicole-ah? Itu benar nicole-ah? Kenapa dia bisa keluar kelas ditengah jam pelajaran begini?. Akupun berpaling, dan ia langsung menghambur kepelukanku. Ia memelukku, memelukku dengan erat.akupun balas memeluknya.

“Min-ah, kau mau pergi?”

Aku mengangguk “iya”

“ke seoul?”

“iya”

“hari ini?”

“ya, pagi ini”

Ia melonggarkan pelukannya dan menatapku “kenapa begitu tiba tiba”

Aku tersenyum pahit “ada sedikit masalah”

“omma mu?”

Aku tak menjawab, tapi aku tau nicole mengerti apa yang aku maksudkan, ia menunduk dalam
“kau menangis?” aku menyingkirkan poni yang menutupi matanya

Ia menggeleng kencang sampai sampai aku takut kalau lehernya tidak bisa lurus kembali

“bohong, kau menangis” ujarku pelan seraya menyeka air matanya dengan jariku, ia mengenggam tanganku dan meletakkannya dipipi.

“apa aku boleh menunggumu?”

“kau,,tidak apa apa menungguku?”

Nicole mengangguk, aku tersenyum tipis dan ikut mengangguk “suatu saat aku akan kembali menjadi orang yang lebih baik, aku akan sering menghubungimu”

Nicole tersenyum kemudian ia melingkarkan kelingkingnya di jari kelingkingku.
“berjanjilah padaku untuk tidak melihat cewe lain disana” ujarnya usil

********

“hyunmin-ssi! Ya! Hyunmin-ssi! Yaaaaa!!!!!”

Aku mengerjap ngerjapkan mataku, dan melihat sekeliling dengan pandangan kabur, dihadapanku ada siluet seorang cewe.

“ya! Kau sudah bangun? kalau sudah menyingkirlah!”

Aku menggosok-gosokkan mataku agar aku bisa melihat siapa sosok cewek yang berani beraninya meneriakiku. “apa....masa,,lahmu?” tanyaku seperti orang menggigau

“masalahku adalah, kau tidur diatas piano yang akan digunakan untuk aku latihan!!!!”

Oke, sekarang orang itu sudah terlihat jelas “kau han ji eun?”

“iya aku han ji eun! Kau mau apa? kau lupa pada teman sekelasmu sendiri?”

“ya! Berhentilah berteriak!!! Kenapa aku harus menyingkir uintukmu?!”

Ia berdecak dengan kedua tangan dipinggangnya “kau tuli ? aku tadi sudah bilang, aku mau latihan disini, aku akan bernyanyi dan kevin akan memainkan pianonya!”

Aku tertegun beberapa saat “sayang sekali pianis-nya adalah aku, kevin tidak bisa ikut karena dia ada kontes dihari yang sama.” Jadi anak yang akan bernyanyi itu dia?

Ji eun menganga lebar, membuatku ingin melemparkan sesuatu kemulutnya. Ji eun menepuk nepuk jidatnya seolah ia ditinggal mati kucingnya tadi pagi.

“kau? Kau yang jadi pianisnya?”

Aku mengangguk

“aku tidak mau bekerja sama denganmu!”

“oke fine” aku bangkit dari kursi piano, “sebaiknya kau memang harus mencari partner yang lain, karena selain aku tak suka denganmu, aku juga muak dengan piano”

Akupun berlalu pergi meninggalkan ji eun yang menghentak-hentakkan kakinya karena kesal.

Tapi yang tadi itu,,,sungguh mimpi yang menyakitkan

********

“nah..snow wait yang cantik makan,,ini apel,,untukmu”

“Stop! Stop! Stop! Cut!!!!!” seru jinwoon yang sepertinya tak tahan melihat akting karam, iapun melangkah ke arah karam yang sedang menggaruk garuk kepalanya.

“kau sudah membaca naskahnya belum? Ini sudah 10 kali kau gagal, lagi pula namanya snow white, bukan snow wait!!”

“sno,,,sno,,snow white” karam mencoba melafalkannya

“aish sudahku bilang, aku tak mau jadi nenek sihir!” lanjutnya

Jinwon memukul jidatnya “lalu apa kakek sihir?”

“boo,,,itu sama sajaaaaa” protes karam

“sportiflah karam-ah, kau mendapatkannya dari kertas yang kau pilih sendiri kaaan” ledekku

“ya! Hyunmin-ah!”

“karam-hyung dan hyunmin-hyung-nya ada?” tiba tiba sebuah suara terdengar dari pintu kelas

“oh, jay!!!!!!” seruku dan karam serempak

“maaf kami ada rapat!” ujarku cepat dan menyambar tas, begitu pula dengan karam. Kami melarikan diri dari kelas tanpa meminta persetujuan yang lainnya. Akupun menarik jay yang kebingungan ke luar kelas.

*******

“ya ya ya! Hyung! Kenapa menarikku? Kita kan tidak ada rapat! tadi aku ke kelas hanya untuk menayakan kalian mau makan siang apa!” protes jay

“aku tau~” ujarku santai

“terimakasih sudah mampir jay~~”

“ya, kalian kenapa sih?” jay geli melihat gelagat aneh kami

“hyung! Bukankah kalian latihan drama?” tiba tiba injun datang dengan setumpuk kertas2 yang bahkan hampir menutupi wajahnya

“whoa! Kenapa kau membawa sebanyak itu?” karam segera berlari ke arah injun dan mengambil setengah dari beban injun diikuti oleh jay.

“lagi lagi kau memaksakan diri injun-ah” pintaku seraya membukakan pintu ruang osis untuk mereka mereka yang tangannya penuh oleh kertas ini

“sama sekali tak berat kok hyung”

“aku saja membawa segini sudah berat loh hyung!” protes jay

“kalau kau tak mau membantuku ya sudah tak apa apa” balas injun kesal, jay mem-poutkan bibirnya

“aku kan Cuma bercanda”

“kalian berhentilah berisik atau mika hyung akan marah” aku membuka pintu lebar lebar dan terkejut dengan apa yang kulihat. 

Mika hyung dan seorang yeoja, mereka duduk dikursi. Mika hyung langsung menyadari kehadiranku dan tersenyum, dan yeoja itu. Yeoja itu meskipun ia membelakangiku, aku mengenali sosok yeoja berambut pendek itu.

“nii,nicole-ah?” ujarku terbata bata tak yakin

Ia menoleh, dan segera berdiri, Ia tersenyum lebar seperti biasanya. Senyum yang sangat aku rindukan.
“lama tak bertemu, hyunmin-ssi”

Perasaan bahagiaku langsung luntur, sakit. Aku tak tau kenapa begitu sakit ketika ia memanggilku begitu. Biasanya dia memanggilku dengan min-ah. Sejak pertama kali kami berbicara, ia selalu memanggilku dengan nama itu., tapi sekarang?

“ya! Hyung bisa kah kau menyingkir dari pintu? Kami sudah keberatan nih!” protes injun

“oh,,mian mian..” akupun menyingkir


“waaah,,nicole nuna!” seru jay

Nicole menatap jay dengan bingung “aku jihwan, sepupu hyunmin-hyung, kita pernah bertemu sekali :D” jelas jay

“aah,,annyeong jihwan, aku sudah bertambah besar ya”

“hai aku injun!!!!! pasti tadi membosankan menunggu dengan mika hyung kan?” ujar injun mengenalkan diri, mika-hyung melempar injun dengan penghapus yang ada didekatnya

“annyeong, tidak juga, mika-ssi sudah sangat membantuku” jawab nicole, kemudian matanya menatap karam yang sibuk memisahkan kertas kertas yang kami bawa tadi

“ya! Hyuncheol, perkenalkanlah dirimu!” tegur mika-hyung

“namanya hyun cheol?” nicole menutup mulutnya menahan tawa. Karam menatap mika hyung kesal

“panggil aku karam”

“ya! Karam-ah apa nama mu semacam magic word yang bisa membuat semua orang tertawa? Deokjin malah lebih aneh lagi” ejekku, karam memang paling kesal kalau namanya sudah diejek begini

Tawaku terhenti ketika menyadari nicole juga ada disini, aku sengara mengalihkan pandanganku padanya. Benar saja , ia menatapku tak percaya. Aku berdeham, dan mereka semua jadi tertawa.

“mampus,,anehnya ketahuan” sindir mika hyung, ingin rasanya aku membantingnya dari jendela lantai 3 ini

“bisa kita bicara sebentar? Berdua saja?” tanya nicole

Aku mengangguk “apa perlu ku usir anak anak ini keluar?”

“yaa!!!!!” teriak mereka serempak, nicole terbahak

“sebaiknya kita yang keluar” ujarnya dalam tawa

********

“teman teman mu sangat lucu” nicole masih belum menghentikan tawanya

“mereka bukan temanku”

“aish, kalau dengar mereka bisa marah loh”

Aku hanya mengangkat bahu, dan berjalan menuju vending machine didekat kami. “kau mau minum sesuatu?”

“boleh,,aku mau---“

“ini, jus semangka kan?” potongku seraya menyodorkan kaleng jus semangka

Ia menerimanya “kau masih ingat”

Aku mengangguk “sampai sekarang aku masih heran kenapa kau suka dengan jus yang rasanya aneh begitu”
Ia memukul kepalaku pelan dengan jus kalengan itu

“awww, sebenarnya ada apa kau kesini?” tanyaku langsung

“whoaa,,hyunmin-ssi,,kau benar benar berubah”

“berubah? Hah?”

“dulu kau tak pernah bertanya langsung seperti ini padaku”

Aku hanya tersenyum kemudian menenguk cola-ku. Aku menyadari tatapan  nicole yang dari tadi menatapku, akupun menoleh dengan pandangan heran.

“dan kau berubah jadi semakin keren” ia tersenyum dengan sangat manis, ya, kau juga semakin cantik

“banyak yang bilang begitu” balasku

“phhuah!!!!!” nicole menyemburkan jus semangka yang ada dimulutnya

“ya! Kenapa?”

Ia mengelap bibirnya sambil tertawa tawa “seorang woo hyunmin sedang memuji dirinya sendiri? Apa kau terbentur sesuatu???!!!! Hahahahah”

Aku mem-pout-kan bibirku, nicole berhenti tertawa dan keadaan jadi hening

“hyunmin-ssi” ujarnya akhirnya,

Aku kembali menoleh, menatap mata jernihnya. “mianhe”

aku menaikkan sebelah alisku “kau kesini hanya untuk mengatakan maaf?”

“aku,,merasa sangat bersalah padamu..aku---“

“kau tak salah, aku lah yang salah” potongku

Nicole menggelng “ini karena aku tidak sabar, karena aku tidak mau mengerti keadaanmu disini, aku terus menekanmu untuk menghubungiku setiap hari, aku---“

“stop nicole-ah” seruku

“aku bukan orang yang tak tahan akan tekanan, karena aku tumbuh dengan begitu banyak tekanan, jadi kau tak perlu khawatir”

“hyunmin-ssi”

“karena aku sudah terbiasa”

“hyunmin-ssi,,”

“pulanglah, nanti pacarmu mengkhawatirkanmu”

“kami sekarang sedang study tour di seoul,,jadi,,”

“oh, pantas saja aku merasa aneh tiba tiba kau mengunjungiku, ternayata sedang study tour, apa pangeranmu juga ikut?” oke, aku mulai merasa kesal

“hyunmin-ssi! Jangan berkata begitu”

Aku menatapnya, ia menatapku dengan mata yang sudah berkaca kaca, oh tuhan. Aku sudah berjanji pada diriku agar tidak membuat anak ini menagis lagi. Akupun menghelanafas dan tersenyum padanya seraya membelai rambutnya.

“nah, putri, sekarang pulanglah, pangeranmu sudah menunggumu” ujarku lembut, dan kemudian beranjak pergi

“hyunmin-ssi! Sampai kapanpun kau adalah pangeranku dan aku adalah putrimu!” serunya ketika aku mulai menjauh, aku kembali menoleh

“aku bukan pangeranmu, dan kau juga bukan putri-ku. Dongeng sudah berakhir nicole-ssi, sekarang mari kita kembali ke dunia nyata”

“bagiku itu sama sekali bukan dongeng!”

“baiklah itu bukan dongeng, tapi itu adalah sejarah, sekarang pulanglah, kita sudah punya kehidupan masing masing”

Ia menunduk dalam, sial, apakah aku menyakitinya lagi? Apa aku mengucapkan kata kata yang menyakitinya

“nicole-ah” panggilku

Ia kembali mengangkat kepalanya, dan menatapku dari kejauhan “terimakasih sudah pernah menjadi putri yang selalu menemaniku, selalu mengerti aku meskipun aku tak mengatakan apa apa, terimakasih, tapi sekarang aku bukanlah pangeranmu, aku Cuma seorang pianis yang sudah muak dengan piano, aku bahagia pernah mengenalmu, 5 tahun bersama bukanlah waktu yang singkat” aku mengatakannya dengan penuh senyum walaupun sebenarnya sakit

                Yah, seminggu yang lalu ia menelpon-kun dan mengatakan kalau ia menyukai orang lain. Hatiku sangat sakit. Setelah berpacaran 5 tahun dengannya, dan semuanya berakhir begitu saja lewat telfon. Memang sudah setahun aku tidak mengunjunginya ke pohang, memang akhir akhir ini aku sangat sibuk sehingga jarang menghubunginya. Tapi bukan berarti aku tak menyayanginya. Aku sangat mengayanginya,,tapi,,yah,,ini kesalahanku juga. Aku tak ingin ia menderita karena aku lagi.

lalu, Yang lebih menyakitkan lagi, ia meninggalkanku karena junho. Junho yang menjadi pangerannya ketika drama snow white dulu.

                Yah, sedari awal aku bukanlah pangeran, aku hanya seorang pianis. Bahkan sekarang aku juga tak pantas untuk menyebut diriku sebagai pianis.

                Aku menatap keluar jendela, melihat langit yang perlahan lahan berubah menjadi orange. Apa benar aku sudah berubah? Kalau begitu apa aku yang sekarang lebih baik dari aku yang dulu? Atau malah sebaliknya?. Omma, apakah tidak apa apa anakmu menjadi seperti ini? Aku suka menjadi diriku yang ini.

*********

                Aku membuka pintu ruangan osis, aneh suasana begitu tenang. Mereka berempat duduk dibangku dan langsung berdiri begitu melihatku datang. Injun langsung mendekat ke arahku.

“kau tak apa hyung?” tanyanya

“dia bilang apa” karam juga ikut bertanya

Aku tersenyum “kalian mencemaskanku?”

“bodoh! Mana mungkin kami men---“ mika-hyung menutup mulut karam

“jadi bagaimana?” tanyanya kemudian

“aku tidak apa apa”

“kalian balikan?”

Aku menggeleng , mereka menatapku dengan pandangan sedih “hei, jangan pandangi aku dengan tatapan seperti itu, aku bukan anak anjing yang sedang dibuang majikannya”

“dasar hyung ini” kata injun seraya menyikut pelan lenganku

“loh, jay? Kau tak menanyakan sesuatu padaku? Kenapa kau diam saja?”

Jay mengangkat kepalanya yang dari tadi tertunduk “syukurlah hyung baik baik saja, tadi aku benar benar cemas” ujarnya seraya tersenyum pahit, anak ini terlalu gampang merasa cemas.

“ya sudah, dari pada murung2 begini ayo kita pergi makan! Aku yang traktir!” sorakku bersemangat diikuti yang lain.

                Yah, aku bahagia bersama anak anak ini. Mereka yang selalu ada untukku, mereka selalu membuatku nyaman menjadi diri sendiri, mereka yang selalu mendukungku, mereka bukan temanku, tapi mereka adalah saudaraku. mereka sudah ku anggap saudaraku sendiri. Aku juga akan selalu bersama kalian.

0 comment:

Posting Komentar