[CHAPTER 5] AITAKATTA

Selasa, 10 Januari 2012


Title : AITAKATTA (i wanna see you)



CHAPTER 5



AUTHOR : HASHLINPANDA

cast :

- Ji yeon T-ARA

- Karam DGNA

- Hyunmin DGNA

- Chiharu (OC)

- yoshito (OC)

- jihwan a.k.a jay DGNA

- dan tokoh pendukung lainnya yang merupakan OC


*OC : original character



Genre :

Romance, comedy, drama,


Rating :

Teen


NO SILENT READERS


CHAPTER 5 : Dont Leave Me
--------------------------------------------------------------------------------------

Without you, I can’t
Even though I die, I can’t
My tears drop again and again
I can’t do anything
So please don’t leave me
(LADY- dae guk nam ah)



Flashback---beberapa menit yang lalu---

“kau sudah yakin sudah membeli semuanya?” tanya karam ketika baru keluar dari supermarket, jiyeon mengangguk. Masing masing mereka memegang satu kantong belanjaan

“kau yakin?” tanya karam lagi dengan tatapan menyelidik, jiyeon mengacak-ngacak kantong belanjaan mencoba mengingat apa yang belum ia beli. Kemudian gerakan tangannya berhenti, menyadari sesuatu.

“karamie,,apakah kita sudah membeli kecap?” tanya jiyeon ragu ragu, karam terkekeh dan mengambil kantong belanjaan yang ada di tangan jiyeon. “pergilah beli sebentar, aku akan menunggu disini”

Jiyeon tersenyum kemudian segera berlari ke arah supermarket “i’ll be right back!” soraknya dari kejauhan

********

                Jiyeon sudah kembali dari membeli kecap dan kembali ketempat ia berpisah tadi dengan karam, ia melihat kesekeliling tapi tak menemukan sosok karam, ia mulai panik dan mencari keberadaan karam.

“karamie?”

                Tidak ada sahutan, bagaimana ini. Ia mengeluarkan hape dari jacketnya mencoba menghubungi nomor karam. Apa dia sedang mengerjaiku?

La la la la la la la la la la love bingo!

                Jiyeon dapat mendengar ringtone hape karam, berarti dia ada didekat sini, jiyeon segera mencari sumber suara. Itu dia! .Karam ternyata sedang duduk ditepi sungai! Dengan setengah berlari jiyeon mengahampiri karam yang membelakanginya.

“karamie! Tega sekali kau meninggalkanku sendiirian!” seru jiyeon merajuk

Karam hanya diam, dan terbatuk batuk

“karamie?” jiyeonpun berjalan lebih dekat dan duduk dihadapan karam, karam telihat berkeringat dingin dengan tangan yang menutupi hidungnya.

“karamie? Daijoubu?” tanya jiyeon cemas seraya menyeka keringat karam dengan tangannya, karam mengangguk pelan. wajah karam terasa dingin.

Jiyeon memegang tangan karam yang dari tadi menutupi hidungnya, karam menatap jiyeon heran.

“singkirkan tanganmu, kau menyembunyikan sesuatu..”

Karam menghindar dan tiba tiba saja ia terbatuk-batuk hebat dan  menyingkir dari tempat duduknya tadi.

“uhuk uhuk uhukk” karam memegang sebuah pohon yang ada didekatnya, jiyeon kembali melangkah mendekati karam yang menghindarinya. Ia langsung membekap mulutnya begitu mengetahui karam muntah darah. Samar samar jiyeon juga dapat melihat darah yang keluar dari hidung karam.

“karamie!” spontan ia memegang bahu karam kemudian mendudukkannya dibawah pohon tersebut. Meskipun gelap jiyeon dapat melihat kalau karam terlihat sangat pucat, Jiyeon dapat memdengar nafas karam yang tersengal-sengal.

                Dengan cepat ia mengacak-ngacak tas-nya mencari tisu ataupun sapu tangan yang dapat menyeka darah di wajah karam. Ia tak dapat menahan air matanya. Karam merogoh sakunya kemudian menyodorkan hapenya ke arah jiyeon.

***********

Jiyeon POV

“tolong,,,hubungi  hyunmin” lirihnya lemah, aku segera mengambil hape itu dan mencoba mencari nomor hyunmin dengan tangan bergetar. Sementara tangan kananku menggenggam tangan karamie yang terasa dingin.

“daijoubu,,nakainaide,,aku baik baik saja” ujar karam sambil tersenyum bermaksud menenangkanku, tapi usaha itu tak berhasil, tangisku semakin deras ketika melihatnya yang sudah kesakitan begitu masih tersenyum.

Kenapa min-kun tidak mengangkat telfonnya? Batinku panik.

“uhuk uhuk” karam kembali terbatuk-batuk dan memper-erat genggaman tangannya. Akhirnya telefon diangkat juga

“min-kun!” pekikku sebelum ia mengucapka halo

“nani? Apa yang kau lakukan dengan hape onii-chanku?” tanyanya sinis

“aniyoo,,,karamie,,karamie,,karamie muntah darah..” suaraku nyaris tak jelas karena menangis

“nani? Berhentilah menangis dan katakan dengan jelas?” suara hyunmin terdengar mulai panik

Aku menghela nafas mencoba menenagkan diri “ karamie muntah darah, cepatlah kesini!!!”

                Setelah menyebutkan lokasi kami aku memutuskan sambungan telepon dan kembali menatap karam. Ia ter-engah engah sambil sesekali terbatuk batuk. Aku membelai rambutnya, menyingkirkan rambutnya yang acak acakan menutupi wajahnya. Kemudian membersihkan darah yang menempel diwajahnya.

“sebentar lagi hyunmin akan datang, bertahan lah” lirihku tertahan, karam menyentuh pipiku dengan tangannya. ia tersenyum samar.

“aku tak apa apa, ku mohon jangan menangis lagi,,onegaishimasu”

                Tapi air mataku tak mau berhenti, ia mengalir tanpa kuperintahkan, aku memegang tangan karamie yang menyentuh pipiku kemudian memejamkan mataku. Tuhan,,semoga karamie baik baik saja.

“saranghae” ucapnya pelan

“na do,,saranghae” balasku dan iapun tertawa kecil

**********

                Sudah hampir satu jam aku duduk disini. Diruang tunggu rumah sakit. Aku masih bisa merasakan tubuhku gemetaran. Pandanganku tak fokus dan pikiranku entah melayang kemana. Satu jam yang lalu aku melihat karamie yang muntah darah, ia terlihat sangat kesakitan, pucat dan dingin. Aku takut, aku takut kalau kalau aku tak dapat bertemu dengannya lagi. Bahkan aku tak dapat merasakan air mata yang jatuh lagi, air mata ini terus jatuh dan jatuh.

                Tanpa kusadari hyunmin mengahampiri dan duduk disampingku. Ia menatapku yang masih menunduk dan sesegukan.

“oniichan sudah tak apa apa, keadaannya sudah stabil,tapi sekarang ia sedang istirahat dan tak boleh diganggu” jelas hyunmin pelan, aku langsung mengangkat kepala

“benarkah? Syukurlah...” akupun menyeka air mataku, tiba tiba hyunmin menahan tanganku

“dia sudah baik baik saja, dan kau berhentilah menangis”  ujar hyunmin dan menyeka air mataku dengan tangannya

“lihatlah kau jadi sangat jelek begini, bahkan aku heran kenapa oniichan bisa suka padamu” ejeknya seraya merenggangkan kedua pipiku dengan kedua tangannya*ngertikan maksudnya? Hehe*

“aau..miii-kuuun” keluhku tak jelas dan memukul dadanya,

“dasar kau pacar yang tak manis” ujarnya sinis setelah melepaskan tangannya

“dan kau adik yang sama sekali tak manis,” balasku sambil menggosok gosok pipiku, rasanya pipiku jadi melebar gara gara anak ini

“ingatlah, suatu saat nanti aku akan jadi kakak iparmu, dan saat itu adalah hari keruntuhanmu!” ancamku, hyunmin bergidik geli

“aku tak dapat membayangkan akan memiliki kakak ipar sepertimu,,,hiii” hyunmin mengekspresikan ke-engganan-nya secara berlebihan, aku pun tertwa kecil, bagaimana bisa 2 orang yang begitu berbeda ini berasal dari keluarga yang sama. Tanpa kusadari hyunmin juga tersenyum samar ketika melihatku tertawa.

 “inikah park jiyeon?”

Aku menoleh ke arah suara, lelaki setengah baya yang kira kira berumur 40 tahunan. Aku mengangguk pelan.

“otosan, kau sudah datang?” seru hyunmin, ojisan(paman) itu tersenyum ke arah hyunmin dan membelai rambutnya. “Kau sudah berusaha, arigatou”  ujar paman itu pelan, aku bersumpah aku melihat mata hyunmin berkaca kaca! Whao,, sampai beberapa detik tadi ia terlihat begitu tegar.

“okasan?” tanyanya kemudian

“sedang bersama karam,”

“agashi...kau mau pulang dulu atau bagaimana? Apakah perlu ku telfon okasanmu agar ia tak khawatir?” tawar paman itu

Aku menggeleng “ aku tinggal bersama appa, mereka sudah bercerai”

“oh sumimasen, kalau begitu aku akan menelfon appamu? “ lagi lagi aku menggeleng, sekarang sudah terlalu larut malam, appa bisa bisa marah besar kalau aku pulang jam segini.

“appaku sudah tau kalau aku akan menginap dirumah teman malam ini”

“kalau begitu ayo pulang bersama kami saja, kau juga tak bisa pulang sekarang, lihatlah bajumu berlumuran darah begitu”  saran hyunmin, akupun baru sadar kalau di hoodie pink-ku banyak darah yang menempel

                Hyunmin memegang bahuku dan menuntunku dari belakang menuju parkiran. Yaaah.. acara menginap hari ini tidak seindah yang kubayangkan. Bahkan sangat buruk. Samar samar aku mendengar hyunmin yang berceloteh tentang chiharu dan yoshito yang sudah pulang, tak lama kemudian mobil otosannya hyunmin-pun datang.

**********

                Ketika membuka mata aku langsung melihat foto foto yang tertempel didinding. Salah satunya ada fotoku saat kami didanau dulu. aku menatap foto foto itu menerawang, saat ini otakku tak bisa memproses apapun.  Aku menarik selimut dan meraih hape yang kuletakkan didekatku. Jam 11. Sudah sesiang ini dan aku masih belum beranjak bangun. Aku mengeliat dan melilitkan diri dalam selimut .

                Aku baru saja  akan menutup mataku kembali ketika seseorang menguncang-nguncang tubuhku.

“jihwan-aah~ nuna-mu ini masih mau tiduur”

Tapi guncangan itu bukannya berhenti namun semakin kencang, aku dapat merasakan kasur yang bergoyang, cih jihwan naik ke tempat tidurku.

“jihwan-ah~~~ biarkan nuna mu inii” rengekku, dan sekarang ia malah menarik narik selimutku,

“ya! Kau tuli! Nuna mu ini masih mengantuk dan ingin melanjutkan tidurnya!!!!” teriakku sambil membuka selimut yang dari tadi menutup wajahku.

Oh my GOD, itu bukan jihwan namdongsaengku, tapi Woo hyunmin, ia mengernyitkan matanya

“kau sudah sadar? Bangun dan sarapan!” teriaknya kemudian pergi berbalik, aku memegang kedua pipiku dan mengedarkan pandangan kesekeliling. Bagaimana aku bisa lupa kalau malam tadi aku menginap dirumah karam!.

Aku menatap cermin yang ada diseberang tempat tidur. Gyaahh baik wajah maupun rambutku terlihat sangat berantakan! Whooa, ini penghinaan bagi seorang gadis 17 tahun yang dibangunkan oleh cowok ketika bangun tidur. Kenapa aku tak bisa tetap cantik ketika bangun tidur? Umpatku.

*******

“waah akhirnya nuna bangun jugaa..” ledek hyunnmin ketika melihatku melangkah menuju meja makan, aku hanya mem-pout-kan bibirku, kemudian menarik kursi yang ada dihadapannya dan duduk.

                Hyunmin mengambil roti dan mengoleskan selai, kemudian menyodorkannya padaku. “makanlah,,tadi malam kau juga tak makankan?”

Aku menatapnya dan mengangguk “gomawo”

Ia terkekeh “cheonma”

Aku sedang menggigit potongan besar roti ketika mendengar hyunmin berkata begitu “kau bisa bahasa korea?” tanyaku dengan mulut yang penuh makanan

“ewwww..menjijikkan..not really,,buktinya aku masih tak mengerti eranganmu tadi pagi,, jihwan itu nama adikmu?”

Aku mengangguk, apakah tadi pagi aku marah marah dalam bahasa korea?. “otasan dan okasanmu mana?”

“ke rumah sakit..” jawab hyunmin pendek seraya menengguk habis susu di gelasnya
Aku menunduk, pandanganku kembali kabur, di otakku adegan saat karam penuh darah terulang terus secara otomatis .

“see? Baru ngomong rumah sakit saja muka mu sudah seperti orang yang menangis” ejek hyunmin, akupun tersadar dan membuang muka. Aku sedang tak ada mood untuk membuat rusuh dengan orang ini.

Hyunmin terkekeh dan bangkit dari tempat duduknya

“namida de nijindeeee~~~~~~”(mataku penuh dengan air mata~*lagu wasurenai-daikoku danji)  ia bersenandung dengan suara husky-nya, tujuannya ya untuk menyindirku

“kenapa kau tak bisa bahasa korea?” tanyaku mengalihkan pembicaraan,

“aku tak pernah tinggal dikorea, berbeda dengan oniichan, ia pernah tinggal dikorea waktu SD dulu”jawabnya seraya membuka kulkas

“eh? Bagaimana bisa?”

“hmm? Otosan punya perusahaan dikorea, tapi okasan tak bisa ikut ke korea karena pekerjaan juga, jadi aku ikut okasan dan karam-niichan ikut otosan” hyunmin menuangkan susu yang diambilnya dari kulkas ke gelas. Akupun manggut manggut tanda mengerti.

“min-kun sebenarnya karamie sakit apa”

Hyunmin menatapku datar dan menyodorkan gelas berisi susu yang barusan dituangnya. “lebih baik dia yang mengatakan langsung padamu...”

*************

                Sekarang aku sudah dirumah, aku berbohong pada appa kalau aku menginap dirumah chiharu. Tadi chiharu juga sudah menelponku menayakan keadaan karam. Yah aku hanya menjawab hal hal yang aku ketahui.

“Jihwan-ah! KAU BERMAIN LAGI? TIDAK BELAJAR? KENAPA KAU MALAS SEKALI HAH?” tiba tiba terdengar suara ribut ribut dari sebelah kamarku—kamar jihwan--.

                Akupun bangkit dari tempat tidur. Appa marah marah lagi?. Jihwan bandel sih. Tiba tiba aku mendengar suara barang yang pecah disusul dengan teriakan jihwan. Akupun langsung berlari ke kamarnya.

“appa..bunyi apa itu?” seruku, aku melihat tape yang sudah tak karuan bentuknya, well sepertinya barang inilah yang menyebabkan bunyi berisik barusan. Aku menatap jihwan. Ia sudah seperti orang yang tersedot nyawanya.

“ji,,jihwan-ah..gwenchanaseyo?” tanyaku pelan seraya memegang bahunya

“jika kau mendapat nilai yang bagus pada test berikutnya appa akan membelikanmu yang baru, jadi sekarang belajarlah!” perintah appa sebelum meninggalkan kami berdua dikamar, jihwan menatap geram ke arah pintu.

“siapa yang peduli dengan peringkat bagus? Siapa yang peduli dengan nilai bagus? Mulai hari ini aku akan mogok makan! Mogok mandi! Dan mogok bicara!” gumamnya penuh amarah.

-_____- wah jihwan adikku benar benar anak muda yang labil.

“jihwan-ah jangan seperti itu..” bujukku, ia tak mendengarkanku dan melompat menuju tempat tidurnya kemudian menggulung diri didalam selimut.

“aishh,,kau benar benar kekanak-kanakkan” ejekku, dia diam saja, well, mungkin aksi mogok bicaranya sudah dimulai

“baguslah kau mogok bicara..keadaan akan tentram dalam beberapa hari ini,,” pancingku, berharap ia akan protes atau sebagainya, ternyata tidak.

                Aku baru akan membujuknya lagi ketika hapeku berbunyi. Sebuah pesan. Pesan dari karam-a.

Bisa kebawah sebentar?
Karam

                Aku menatap layar hape-ku heran dan membaca SMS itu berulang-ulang. Apa maksudnya?. Akupun melangkahkan kaki menuju jendela, benar saja dibawah sana sudah ada karamie. Akupun lanjgsung berlari keluar dari kamar jihwan. Samar samar aku mendengar seruan jihwan “ya! Nuna! Odiegasoyoo?” haha,,anak labil.

*********

*TBC*

0 comment:

Posting Komentar