Title : AITAKATTA (i wanna see you)
CHAPTER 5
AUTHOR : HASHLINPANDA
cast :
- Ji yeon T-ARA
- Karam DGNA
- Hyunmin DGNA
- Chiharu (OC)
- yoshito (OC)
- jihwan a.k.a jay DGNA
- dan tokoh pendukung lainnya yang merupakan OC
*OC : original character
Genre :
Romance, comedy, drama,
Rating :
Teen
NO SILENT READERS
CHAPTER 5 : Dont Leave Me
--------------------------------------------------------------------------------------
Without you, I can’t(LADY- dae guk nam ah)
Even though I die, I can’t
My tears drop again and again
I can’t do anything
So please don’t leave me
Flashback---beberapa menit yang lalu---
“kau sudah yakin sudah membeli semuanya?” tanya karam ketika
baru keluar dari supermarket, jiyeon mengangguk. Masing masing mereka memegang
satu kantong belanjaan
“kau yakin?” tanya karam lagi dengan tatapan menyelidik,
jiyeon mengacak-ngacak kantong belanjaan mencoba mengingat apa yang belum ia
beli. Kemudian gerakan tangannya berhenti, menyadari sesuatu.
“karamie,,apakah kita sudah membeli kecap?” tanya jiyeon ragu
ragu, karam terkekeh dan mengambil kantong belanjaan yang ada di tangan jiyeon.
“pergilah beli sebentar, aku akan menunggu disini”
Jiyeon tersenyum kemudian segera berlari ke arah supermarket
“i’ll be right back!” soraknya dari kejauhan
********
Jiyeon
sudah kembali dari membeli kecap dan kembali ketempat ia berpisah tadi dengan
karam, ia melihat kesekeliling tapi tak menemukan sosok karam, ia mulai panik
dan mencari keberadaan karam.
“karamie?”
Tidak
ada sahutan, bagaimana ini. Ia mengeluarkan hape dari jacketnya mencoba menghubungi
nomor karam. Apa dia sedang mengerjaiku?
La la la la la la la la la la love bingo!
Jiyeon
dapat mendengar ringtone hape karam, berarti dia ada didekat sini, jiyeon
segera mencari sumber suara. Itu dia! .Karam ternyata sedang duduk ditepi
sungai! Dengan setengah berlari jiyeon mengahampiri karam yang membelakanginya.
“karamie! Tega sekali kau meninggalkanku sendiirian!” seru
jiyeon merajuk
Karam hanya diam, dan terbatuk batuk
“karamie?” jiyeonpun berjalan lebih dekat dan duduk dihadapan
karam, karam telihat berkeringat dingin dengan tangan yang menutupi hidungnya.
“karamie? Daijoubu?” tanya jiyeon cemas seraya menyeka
keringat karam dengan tangannya, karam mengangguk pelan. wajah karam terasa
dingin.
Jiyeon memegang tangan karam yang dari tadi menutupi
hidungnya, karam menatap jiyeon heran.
“singkirkan tanganmu, kau menyembunyikan sesuatu..”
Karam menghindar dan tiba tiba saja ia terbatuk-batuk hebat
dan menyingkir dari tempat duduknya
tadi.
“uhuk uhuk uhukk” karam memegang sebuah pohon yang ada
didekatnya, jiyeon kembali melangkah mendekati karam yang menghindarinya. Ia
langsung membekap mulutnya begitu mengetahui karam muntah darah. Samar samar
jiyeon juga dapat melihat darah yang keluar dari hidung karam.
“karamie!” spontan ia memegang bahu karam kemudian
mendudukkannya dibawah pohon tersebut. Meskipun gelap jiyeon dapat melihat
kalau karam terlihat sangat pucat, Jiyeon dapat memdengar nafas karam yang
tersengal-sengal.
Dengan
cepat ia mengacak-ngacak tas-nya mencari tisu ataupun sapu tangan yang dapat
menyeka darah di wajah karam. Ia tak dapat menahan air matanya. Karam merogoh
sakunya kemudian menyodorkan hapenya ke arah jiyeon.
***********
Jiyeon POV
“tolong,,,hubungi
hyunmin” lirihnya lemah, aku segera mengambil hape itu dan mencoba
mencari nomor hyunmin dengan tangan bergetar. Sementara tangan kananku
menggenggam tangan karamie yang terasa dingin.
“daijoubu,,nakainaide,,aku baik baik saja” ujar karam sambil
tersenyum bermaksud menenangkanku, tapi usaha itu tak berhasil, tangisku
semakin deras ketika melihatnya yang sudah kesakitan begitu masih tersenyum.
Kenapa min-kun tidak mengangkat telfonnya? Batinku panik.
“uhuk uhuk” karam kembali terbatuk-batuk dan memper-erat
genggaman tangannya. Akhirnya telefon diangkat juga
“min-kun!” pekikku sebelum ia mengucapka halo
“nani? Apa yang kau lakukan dengan hape onii-chanku?”
tanyanya sinis
“aniyoo,,,karamie,,karamie,,karamie muntah darah..” suaraku
nyaris tak jelas karena menangis
“nani? Berhentilah menangis dan katakan dengan jelas?” suara
hyunmin terdengar mulai panik
Aku menghela nafas mencoba menenagkan diri “ karamie muntah
darah, cepatlah kesini!!!”
Setelah
menyebutkan lokasi kami aku memutuskan sambungan telepon dan kembali menatap
karam. Ia ter-engah engah sambil sesekali terbatuk batuk. Aku membelai rambutnya,
menyingkirkan rambutnya yang acak acakan menutupi wajahnya. Kemudian
membersihkan darah yang menempel diwajahnya.
“sebentar lagi hyunmin akan datang, bertahan lah” lirihku
tertahan, karam menyentuh pipiku dengan tangannya. ia tersenyum samar.
“aku tak apa apa, ku mohon jangan menangis
lagi,,onegaishimasu”
Tapi
air mataku tak mau berhenti, ia mengalir tanpa kuperintahkan, aku memegang
tangan karamie yang menyentuh pipiku kemudian memejamkan mataku. Tuhan,,semoga
karamie baik baik saja.
“saranghae” ucapnya pelan
“na do,,saranghae” balasku dan iapun tertawa kecil
**********
Sudah
hampir satu jam aku duduk disini. Diruang tunggu rumah sakit. Aku masih bisa
merasakan tubuhku gemetaran. Pandanganku tak fokus dan pikiranku entah
melayang kemana. Satu jam yang lalu aku melihat karamie yang muntah darah, ia
terlihat sangat kesakitan, pucat dan dingin. Aku takut, aku takut kalau kalau
aku tak dapat bertemu dengannya lagi. Bahkan aku tak dapat merasakan air mata
yang jatuh lagi, air mata ini terus jatuh dan jatuh.
Tanpa
kusadari hyunmin mengahampiri dan duduk disampingku. Ia menatapku yang masih
menunduk dan sesegukan.
“oniichan sudah tak apa apa, keadaannya sudah stabil,tapi
sekarang ia sedang istirahat dan tak boleh diganggu” jelas hyunmin pelan, aku
langsung mengangkat kepala
“benarkah? Syukurlah...” akupun menyeka air mataku, tiba
tiba hyunmin menahan tanganku
“dia sudah baik baik saja, dan kau berhentilah menangis” ujar hyunmin dan menyeka air mataku dengan
tangannya
“lihatlah kau jadi sangat jelek begini, bahkan aku heran
kenapa oniichan bisa suka padamu” ejeknya seraya merenggangkan kedua pipiku
dengan kedua tangannya*ngertikan maksudnya? Hehe*
“aau..miii-kuuun” keluhku tak jelas dan memukul dadanya,
“dasar kau pacar yang tak manis” ujarnya sinis setelah
melepaskan tangannya
“dan kau adik yang sama sekali tak manis,” balasku sambil
menggosok gosok pipiku, rasanya pipiku jadi melebar gara gara anak ini
“ingatlah, suatu saat nanti aku akan jadi kakak iparmu, dan
saat itu adalah hari keruntuhanmu!” ancamku, hyunmin bergidik geli
“aku tak dapat membayangkan akan memiliki kakak ipar
sepertimu,,,hiii” hyunmin mengekspresikan ke-engganan-nya secara berlebihan,
aku pun tertwa kecil, bagaimana bisa 2 orang yang begitu berbeda ini berasal
dari keluarga yang sama. Tanpa kusadari hyunmin juga tersenyum samar ketika
melihatku tertawa.
“inikah park jiyeon?”
Aku menoleh ke arah suara, lelaki setengah baya yang kira
kira berumur 40 tahunan. Aku mengangguk pelan.
“otosan, kau sudah datang?” seru hyunmin, ojisan(paman) itu
tersenyum ke arah hyunmin dan membelai rambutnya. “Kau sudah berusaha,
arigatou” ujar paman itu pelan, aku
bersumpah aku melihat mata hyunmin berkaca kaca! Whao,, sampai beberapa detik
tadi ia terlihat begitu tegar.
“okasan?” tanyanya kemudian
“sedang bersama karam,”
“agashi...kau mau pulang dulu atau bagaimana? Apakah perlu ku
telfon okasanmu agar ia tak khawatir?” tawar paman itu
Aku menggeleng “ aku tinggal bersama appa, mereka sudah
bercerai”
“oh sumimasen, kalau begitu aku akan menelfon appamu? “ lagi
lagi aku menggeleng, sekarang sudah terlalu larut malam, appa bisa bisa marah
besar kalau aku pulang jam segini.
“appaku sudah tau kalau aku akan menginap dirumah teman
malam ini”
“kalau begitu ayo pulang bersama kami saja, kau juga tak
bisa pulang sekarang, lihatlah bajumu berlumuran darah begitu” saran hyunmin, akupun baru sadar kalau di hoodie
pink-ku banyak darah yang menempel
Hyunmin
memegang bahuku dan menuntunku dari belakang menuju parkiran. Yaaah.. acara
menginap hari ini tidak seindah yang kubayangkan. Bahkan sangat buruk. Samar
samar aku mendengar hyunmin yang berceloteh tentang chiharu dan yoshito yang
sudah pulang, tak lama kemudian mobil otosannya hyunmin-pun datang.
**********
Ketika
membuka mata aku langsung melihat foto foto yang tertempel didinding. Salah
satunya ada fotoku saat kami didanau dulu. aku menatap foto foto itu menerawang,
saat ini otakku tak bisa memproses apapun.
Aku menarik selimut dan meraih hape yang kuletakkan didekatku. Jam 11.
Sudah sesiang ini dan aku masih belum beranjak bangun. Aku mengeliat dan
melilitkan diri dalam selimut .
Aku
baru saja akan menutup mataku kembali ketika
seseorang menguncang-nguncang tubuhku.
“jihwan-aah~ nuna-mu ini masih mau tiduur”
Tapi guncangan itu bukannya berhenti namun semakin kencang,
aku dapat merasakan kasur yang bergoyang, cih jihwan naik ke tempat tidurku.
“jihwan-ah~~~ biarkan nuna mu inii” rengekku, dan sekarang
ia malah menarik narik selimutku,
“ya! Kau tuli! Nuna mu ini masih mengantuk dan ingin melanjutkan
tidurnya!!!!” teriakku sambil membuka selimut yang dari tadi menutup wajahku.
Oh my GOD, itu bukan jihwan namdongsaengku, tapi Woo
hyunmin, ia mengernyitkan matanya
“kau sudah sadar? Bangun dan sarapan!” teriaknya kemudian
pergi berbalik, aku memegang kedua pipiku dan mengedarkan pandangan
kesekeliling. Bagaimana aku bisa lupa kalau malam tadi aku menginap dirumah
karam!.
Aku menatap cermin yang ada diseberang tempat tidur. Gyaahh
baik wajah maupun rambutku terlihat sangat berantakan! Whooa, ini penghinaan
bagi seorang gadis 17 tahun yang dibangunkan oleh cowok ketika bangun tidur.
Kenapa aku tak bisa tetap cantik ketika bangun tidur? Umpatku.
*******
“waah akhirnya nuna bangun jugaa..” ledek hyunnmin ketika
melihatku melangkah menuju meja makan, aku hanya mem-pout-kan bibirku, kemudian
menarik kursi yang ada dihadapannya dan duduk.
Hyunmin
mengambil roti dan mengoleskan selai, kemudian menyodorkannya padaku.
“makanlah,,tadi malam kau juga tak makankan?”
Aku menatapnya dan mengangguk “gomawo”
Ia terkekeh “cheonma”
Aku sedang menggigit potongan besar roti ketika mendengar
hyunmin berkata begitu “kau bisa bahasa korea?” tanyaku dengan mulut yang penuh
makanan
“ewwww..menjijikkan..not really,,buktinya aku masih tak
mengerti eranganmu tadi pagi,, jihwan itu nama adikmu?”
Aku mengangguk, apakah tadi pagi aku marah marah dalam
bahasa korea?. “otasan dan okasanmu mana?”
“ke rumah sakit..” jawab hyunmin pendek seraya menengguk
habis susu di gelasnya
Aku menunduk, pandanganku kembali kabur, di otakku adegan
saat karam penuh darah terulang terus secara otomatis .
“see? Baru ngomong rumah sakit saja muka mu sudah seperti
orang yang menangis” ejek hyunmin, akupun tersadar dan membuang muka. Aku sedang
tak ada mood untuk membuat rusuh dengan orang ini.
Hyunmin terkekeh dan bangkit dari tempat duduknya
“namida de nijindeeee~~~~~~”(mataku penuh dengan air
mata~*lagu wasurenai-daikoku danji) ia
bersenandung dengan suara husky-nya, tujuannya ya untuk menyindirku
“kenapa kau tak bisa bahasa korea?” tanyaku mengalihkan
pembicaraan,
“aku tak pernah tinggal dikorea, berbeda dengan oniichan, ia
pernah tinggal dikorea waktu SD dulu”jawabnya seraya membuka kulkas
“eh? Bagaimana bisa?”
“hmm? Otosan punya perusahaan dikorea, tapi okasan tak bisa
ikut ke korea karena pekerjaan juga, jadi aku ikut okasan dan karam-niichan
ikut otosan” hyunmin menuangkan susu yang diambilnya dari kulkas ke gelas.
Akupun manggut manggut tanda mengerti.
“min-kun sebenarnya karamie sakit apa”
Hyunmin menatapku datar dan menyodorkan gelas berisi susu
yang barusan dituangnya. “lebih baik dia yang mengatakan langsung padamu...”
*************
Sekarang
aku sudah dirumah, aku berbohong pada appa kalau aku menginap dirumah chiharu.
Tadi chiharu juga sudah menelponku menayakan keadaan karam. Yah aku hanya
menjawab hal hal yang aku ketahui.
“Jihwan-ah! KAU BERMAIN LAGI? TIDAK BELAJAR? KENAPA KAU
MALAS SEKALI HAH?” tiba tiba terdengar suara ribut ribut dari sebelah
kamarku—kamar jihwan--.
Akupun
bangkit dari tempat tidur. Appa marah marah lagi?. Jihwan bandel sih. Tiba tiba
aku mendengar suara barang yang pecah disusul dengan teriakan jihwan. Akupun
langsung berlari ke kamarnya.
“appa..bunyi apa itu?” seruku, aku melihat tape yang sudah
tak karuan bentuknya, well sepertinya barang inilah yang menyebabkan bunyi
berisik barusan. Aku menatap jihwan. Ia sudah seperti orang yang tersedot
nyawanya.
“ji,,jihwan-ah..gwenchanaseyo?” tanyaku pelan seraya
memegang bahunya
“jika kau mendapat nilai yang bagus pada test berikutnya
appa akan membelikanmu yang baru, jadi sekarang belajarlah!” perintah appa
sebelum meninggalkan kami berdua dikamar, jihwan menatap geram ke arah pintu.
“siapa yang peduli dengan peringkat bagus? Siapa yang peduli
dengan nilai bagus? Mulai hari ini aku akan mogok makan! Mogok mandi! Dan mogok
bicara!” gumamnya penuh amarah.
-_____- wah jihwan adikku benar benar anak muda yang labil.
“jihwan-ah jangan seperti itu..” bujukku, ia tak
mendengarkanku dan melompat menuju tempat tidurnya kemudian menggulung diri
didalam selimut.
“aishh,,kau benar benar kekanak-kanakkan” ejekku, dia diam
saja, well, mungkin aksi mogok bicaranya sudah dimulai
“baguslah kau mogok bicara..keadaan akan tentram dalam
beberapa hari ini,,” pancingku, berharap ia akan protes atau sebagainya,
ternyata tidak.
Aku baru
akan membujuknya lagi ketika hapeku berbunyi. Sebuah pesan. Pesan dari karam-a.
Bisa kebawah sebentar?
Karam
Aku
menatap layar hape-ku heran dan membaca SMS itu berulang-ulang. Apa maksudnya?.
Akupun melangkahkan kaki menuju jendela, benar saja dibawah sana sudah ada
karamie. Akupun lanjgsung berlari keluar dari kamar jihwan. Samar samar aku
mendengar seruan jihwan “ya! Nuna! Odiegasoyoo?” haha,,anak labil.
*********
*TBC*
0 comment:
Posting Komentar