[CHAPTER 2] AITAKATTA

Jumat, 06 Januari 2012
moshi moshi readers?
nah chapter 2 udah kelar nih^^
aku bakal usahain satu hari satu chapter xDD hahahaha

nah, biar aku tambah semangat mohon di RCL yaaaah
gomawo:3


Title : AITAKATTA (i wanna see you)

CHAPTER 2

AUTHOR : HASHLINPANDA

cast :

- Ji yeon T-ARA

- Karam DGNA

- Hyunmin DGNA

- Chiharu (OC)

- yoshito (OC)

- dan tokoh pendukung lainnya yang merupakan OC



*OC : original character



Genre :

Romance, comedy, drama,



Rating :

Teen



NO SILENT READERS



CHAPTER 2- THAT GANGSTA BOY
-----------------------------------------------------------------------------






Karam POV

                Pagi ini adalah pelajaran olahraga, dan aku tidak ikut. Yah, alasannya ya karena penyakitku ini, dokter melarangku untuk melakukan hal hal yang berta untuk sementara waktu. Kuharap itu benar benar “sementara waktu”, bukan” selamanya”. Ketika kelas kosong, aku mengganti air pada vas bunga. Sekembalinya dari mengganti air aku melihat jiyeon yang berlari lari kearah kelas.

“anak itu telat” gumamku

                Tiba tiba kejadian beberapa waktu yang lalu terbayang olehku. Waktu itu mereka disuruh memfotocopy selebaran kemudian membagikannya. Aku juga ada disana, yah seperti biasa aku menunggu hyunmin untuk pulang bersama.

“ya! Baka! Tidak bisakah kau sedikit lebih rapi men-steplesnya? Lihat sudut sudut kertas ini tak rapi!” bentak hyunmin seraya mengacung-ngacungkan hasil pekerjaan jiyeon yang sebenernya memang tak rapi begitu.

Jiyeon mendesis”baiklah, baiklah akan kuperbaiki! Dan kau tak perlu meneriakiku seperti itu!”

“cih, lihatlah anak baru yang kau katakan menarik ini,” kata hyunmin kepadaku, yah aku memang penah mengatakan anak baru ini menarik karena dia dari korea. yah, hanya karena kami sama sama berasal dari korea.

Aku terkekeh “oppa! Kenapa kau tertawa!”

“karena kau memang pantas ditertawakan” timbrung hyunmin kemudian,

“min-kun phabo!” seru jiyeon sambil memukul mukul hyunmin

                Begitulah mereka, saling melempar ejekan, terkadang aku iri pada hyunmin yang bisa bicara bebas dengan jiyeon, terkadang aku iri melihat hyunmin yang selalu disentuh jiyeon*tepatnya dipukuli*, mungkin ini yang dinamakan cemburu, iri hati atau apa.

“min-kun, huh?”  desisku

               'Min-kun' kedengaran begitu akrab. Ia memanggilku oppa, entah kenapa karena kata “oppa” itu aku merasakan sebuah jarak yang perlahan lahan terbentuk. Jangan ditanyakan kenapa, karena aku sendiripun tak yakin apa jawabannya. Aku masuk kelas dan melihatnya yang terburu buru.

“ohayou jiyeon-chan” sapaku, ia menoleh dan tersenyum ketika mengetahui yang memanggilnya adalah aku

“ah oppa..baru datang?”

“ iee (tidak) ,,,udah dari tadi..aku baru balik dari ngisi air buat bunga ini”

“ah, kau tak ikut olah raga?”

aku menggeleng

“oo..kalau gitu aku duluan ya..” ia mulai melangkahkan kaki keluar kelas.

“jiyeon-chan” panggilku pelan

iapun berbalik dan menatapku lurus, tiba tiba kepalaku terasa kosong, dan suaraku tercekat. akupun memalingkan wajahku, tidak baik menatapnya langsung. Batinku. Dan tak terasa keheningan sudah berlangsung selama beberapa saat. Ia masih berdiri disana, menunggu apa yang akan kukatakan

 “eum,,bisakah berhenti memanggilku oppa?” akhirnya aku berhasil  membuka mulut

“eh kenapa?” ekspresinya yang tadi penuh senyum tiba tiba berubah heran

“eum, mungkin karena aku tak terbiasa?” hanya itu alasan yang terpikirkan olehku, tidak mungkin aku mengatakan, aku juga ingin seperti halnya kau memanggil hyunmin

Ia terlihat melongo beberapa saat, dan kemudian mengangguk pelan. Kulihat ia mengepalkan kedua tangannya. Apakah ia marah?

“eum, kalau begitu mulai sekarang aku akan memanggilmu karam-ah saja atau karam-kun” ucap jiyeon seraya tersenyum

“kalau begitu, matta ne (sampai nanti)” lanjutnya dan melambaikan tangannya kearahku

Aku tau sikapku ini membingungkannya. Bahkan akupun bingung. Aku Cuma ingin lebih dekat denganmu, mencoba lebih dekat, bolehkan?.

***********

“woa,,kau telat?” tanya Mikan ketika melihat aku yang baru masuk lapangan.  Aku mengangguk pelan, anak ini bertanya hal yang tak perlu, jelas jelas aku baru datang.

“kenapa?” tanyanya lagi

“biasalah kesiangan” ujarku nyengir

“wah wah,,ji yeon-chan belom olah raga udah keringatan” timpal hotaru

“erm,,ngomong-ngomong chiharu-chan mana? Kok ngga keliatan?”

“wakaranai (aku tak tau) ,,ngga masuk kali?” jawab hotaru

Dari jauh aku melihat (tentu saja dengan tidak sengaja tertangkap oleh pandanganku), hyunmin yang bersiap siap dalam posisi start, sepertinya hari ini tema olah raganya lari 100m. Peluit berbunyi dan masing masing dari pria tersebut berlari sekencang kencangnya untuk bisa jadi nomor satu. Wahh..terlihat dari sini yang memimpin sepertinya si hyunmin itu. Heh, lumayan hebat tu anak. Dan terdengar juga teriakan riuh cewe-cewe yang menyemangatinya dipinggir lintasan. Well, sepertinya dia juga cukup terkenal.

                “hei hei,,kau tau? Kalau hyunmin dan chiharu pernah berpacaran?” Tanya hotaru yang sepertinya menyadari  kalau aku sedang memperhatikan pertandingan lari yang ada hyunmin-nya.

“oh ya?..” jawabku santai. Jujur saja, aku tidak terlalu kaget, toh aku sama sekali tak peduli, wajar saja kan mereka pernah pacaran. bukan suatu hal yang aneh juga. Kecuali kalau hyunmin pernah pacaran sama cowo, baru aku kaget setengah mati. Kekekeke

“loh? Kenapa reaksimu begitu? Kau tak cemburu?” mikan juga ikut bertanya

“hee? Ce..cemburu? dalam rangka apa? ”

“loh? Bukannya hyunmin suka padamu?” tambah hotaru          
   
“heeeeee?????????” sumpah demi apa, aku tak tau dari mana mereka mengambil kesimpulan seperti itu.

“jangan bercanda hotaru-chan~, yang ada dia selalu marah marah padaku, memangnya kapan kalian pernah melihat kami akrab?” jelasku, bahkan aku tak berbicara padanya kecuali kalau ada urusan kelas.

“bener juga sih..tapi kenapa dia mencalonkanmu sebagai wakil dari cewek? Dari sekian banyak cewek kenapa namamu yang disebutnya?” hotaru kembali mengeluarkan analisisnya, gosh! Sepertinya anak ini terlalu banyak baca komik mentantei conan.

 “emm,,bener juga sih..tapi...namanya juga manusia aneh mana bisa kita tau apa yang ada dipikirannya..”kataku sambil berdiri.muka merekapun heran.

“nama aku di panggil, aku pelari berikutnya”ujarku sambil menunjuk ke arah sensei yang sudah membunyikan peluitnya dari tadi. Dan merekapun men-o kan perkataanku.

**************

                Ya ampun~ yang benar saja! Tadi pagi aku pergi sekolah lari larian dan sekarang? Pelajaran olahraga juga lari larian. Menyebalkan. Aku mencoba mendinginkan kaki ku di keran. Dan duduk sambil membiarkan air dari keran mendinginkan kakiku yang nyut nyut-an.

“hemat air” tiba tiba hyunmin datang dan mematikan air keran

“HEIII!!!!” teriakku kesal dan kembali menghidupkan kerannya

“dasar” ujarnya pendek

“dasar menyebalkan” akupun ikut menimpalinya, ia menatapku kesal

“kenapa aku yang kau katakan menyebalkan? Kau itu keras kepala, sudah kubilang hemat air tapi masih saja---“

“masih apa!” potongku yang sudah tak tahan mendengarkan ceramah sok tau-nya itu

“baka aho! Aku malas bicara dengan orang sepertimu!” desis hyunmin kesal dan membuka keran kemudian mencuci mukanya.

Sebenarnya hyunmin tergolong cakep. Rambut pendek tapi tertata keren. Walaupun tak seputih karam, kulitnya mulus dan tinggi. Sedangkan karam rambutnya agak sedikit panjang kayak artis artis korea yang tampan itu. Kulitnya sangat putih cenderung pucat, dia tinggi tapi hyunmin tetep lebih tinggi darinya. Sekilas perbandinganku anatar mereka dari segi fisik.hha

Tiba tiba analisis hotaru terlintas dikepalaku. Itu loh, pendapat mereka soal hyunmin yang suka padaku. Sebenarnya aku tak peduli, hanya saja aku merasa harus menanyakannya, sebelum gosip menyebar luas.

“hyunmin-ah, kau suka padaku?” tanyaku tiba tiba

“bbhuuahhh, uhuk” Hyunmin yang tadi sedang kumur kumur jadi menyemburkan air dimulutnya karena kaget. Aku berusaha menatapnya dengan tatapan datar.

“What the?!” serunya setelah berhasil menenangkan dirinya dari peristiwa penyemburan tadi

“benar atau tidak?” tanyaku lagi,

“gossip dari mana tuh? Apa ini taktik terbaru cewek cewek merebut hati cowok?” ujarnya sok pede, aku mendesis

“ya! Teruslah bermimpi!”

                Hyunmin memalingkan wajahnya, dan mematikan keran yang tadi belum sempat dimatikannya. See? Dia juga boros air.

“teman teman sekelas heran kenapa kau memilihku sebagai wakilmu..” ujarku sangat pelan

“kau jangan berbesar hati dulu, aku memilihmu hanya karena saat itu Cuma kau yang ku kenal, jadi katakan juga pada teman temanmu itu jangan membuat gosip sembarang” dia berbicara dengan ekspresi meremehkan

“wagatta! Kau tak perlu memandangku dengan tatapan merendahkan begitu!” sorakku kesal dan beranjak pergi. Benarkan? Tak perlu kupastikan semuanya sudah jelas. Aku dan anak itu, saling membenci.

                Aku menghentikan langkahku. Tiba tiba aku teringat sesuatu. Cuma aku yang dia kenal? Lalu bagaimana dengan chiharu ex-nya sendiri? Well, kurasa itu bukanlah hal yang haru kupikirkan dengan serius.

Sedangkan ditempat tadi hyunmin masih terdiam, sepertinya ia menyesal dengan perlakuannya tadi pada jiyeon. Tapi ia juga tak punya keberanian yang cukup untuk memperbaiki benang kusut antara ia dan jiyeon. Sepertinya jiyeon benar benar membencinya . “hufft..apa yang harus ku lakukan”

******

                Hari ini hari minggu, rencananya seharian ini aku akan bermalas malasan. Tapi karena kecerobohanku. Aku terjatuh ketika menuruni tangga dengan kons=disi setangan tidur. Karena itulah sekarang aku dirumah sakit. Tanganku terkilir dan sekarang di gips.

“tunggu disini ya, otosan akan mengambil obatnya dulu” ujar otosan, dan akupun mengangguk.

                Aku menghela nafas panjang kemudian menatap gips-ku. Kenapa aku bisa seceroboh ini? Lihat akibatnya, tanganku jadi di beri gips begini. Terlihat sangat menganggu.

“nuna, bolehkah aku menggambar di gips-mu itu?” tanya jihwan-adikku- tiba tiba seraya menaik naikkan alisnya

“andwee! kau sudah 3 SMP kelakuanmu masih saja seperti anak SD! Phabo!” seruku

“hahaha..benar aku masih muda, dan kau yang sudah tua!” ejeknya, gezz, aku baru akan menjambak rambutnya ketika seseorang memanggilku dari belakang.

“jiyeon-chan?” akupun menoleh dan itu adalah karam

“ka,,karam o--- eh, karam-ah? Apa yang kau lakukan disini?” tanyaku spontan,

“erm? Aku? Aku ada sedikit urusan, eoh? Tanganmu kenapa?” tanyanya ketika menemukan tanganku dibaluti gips

“ia berjalan sambil tidur dan jatuh dari tangga” timpal jihwan sebelum aku menjawabnya sendiri

“ya! Kau jangan asal bicara!” aku mencubit ke dua pipinya

“ha..hampu,,nuwnaa,,,” ujarnya tak jelas

“ah,,ngomong-ngomong ini adikku jihwan” ujarku setelah selesai membalaskan dendamku pada jihwan

“hajimimashite..” ujar karam seraya tersenyum “ora wa karam desu”

“ah, hai, ore wa jihwan desu, apa kau benar orang jepang?” tanya jay, yah sepertinya wajah karam terlihat seperti bukan orang jepang baginya

Karam terkekeh dan mengangguk “ayahku orang korea, sementara ibuku setengah korea, jadi aku seperempat korea?” ujarnya sendiri heran

“whoa? Kau bisa bahasa korea?”

“sedikit, hehe”

Jihwan-pun mengangguk-ngangguk sok mengerti.

“loh? Jiyeon-ah? Anata no tomodachi?” tanya otosan yang ternyata sudah kembali

Aku mengangguk “kochira wa karam desu, teman sekelasku” ujarku memperkenalkan karam, karam membungkuk, dibalas oleh senyum otosan, kemudian otosan menatapku sambil tersenyum, aku balik menatap bingung.

“nah, jiyeon-ah, kau mau bermain dulu dengan temanmu? Kalo begitu otosan dan jihwan pulang duluan yahh” tawar otosan

“ah,,otosan!” seruku, rupanya ini arti dari tatapan aneh otosan tadi! Aku sangat malu >///<

“maaf,,otosanku----“

“daijoubu, kenapa kita tidak pergi bermain sebentar”

“nah kalo begitu, yoroshiku, kami pulang dulu yah” kata otosan sambil menarik jihwan

Aku menghela nafas.

“kalau kau mau pulang brsama otosan-mu juga tak apa” ujar karam pelan

“a,,ani,,daijoubu,,ikuze!”(tak apa apa, ayo pergi)

“ah,,tapi mau kah kau menunggu sebentar, pemeriksaannya belum selesai” tanyanya seraya mengatupkan kedua tangannya

“eoh? Baiklah..” selama apapun itu aku akan menunggumu, kekeke “tapi kita mau kemana” tanyaku kemudian

Dia memutar bola matanya kemudian berkata “mengambil beberapa gambar bagus, aku membawa kamera,” ia tersenyum, entah kenapa mulai sekarang aku merasa harus melindungi senyum itu agar tak pernah hilang dari wajahnya.

********
                Whoa,,, karam benar benar pintar memilih tempat. Dia mengajakku kedanau—yang sepertinya danau buatan—yang sangat indah, danaunya dikelilingi rumputan hijau dan beberapa pohon sakura yang mulai bermekaran. Beruntung sekali aku bisa melihat bunga sakura.

“bagaimana pendapatmu?” tanyanya seraya mengeluarkan kameranya

“hmm? Sa,,sangat indah,,kireii(cantik),,”

Karam tak berkata apa apa, ia hanya menatapku sambil tersenyum, ia kemudian bangkit dan mulai sibuk dengan mengambil gambar.

                Untuk kesekiannya lagi aku menatap gips sialan ini. Kenapa? Kenapa harus tangan kananku yang harus bernasip seperti ini. Well, sebagai pelajar tentu saja aku akan kesulitan untuk menulis. Menyebalkan! Aku sudah cukup kesulitan karena perbedaan bahasa, dan sekarang? Aku bahkan tak bisa menulis!.

“jiyeon-chan!” panggil karam dan aku mengalihkan pandanganku ke arah sumber suara

Click

Ia langsung memetik kameranya seketika ketika aku menoleh

“karam-ah!” seruku dan berlari kearahnya, aku tidak mau tau! Aku akan mendeletenya! Aku harus mendelete-nya! Aku yakin foto tadi terlihat aneh! Pasti.

                Karam yang merasa terancam malah melarikan diri menghindariku dan tertawa tawa, gyaa,,ini tak lucu!. Akhirnya ia berhenti dan terduduk, sepertinya ia kehabisan nafas, tapi derai tawanya masih belum berhenti.

“kemarikan” ujarku ketika sudah sampai dihadapannya

“hai hai hai,,,dozo,,” ia menyerahkan kameranya kepadaku, dengan segera aku merebutnya, dan mencoba melihat hasil jepretannya tadi. Aku tertegun, ternyata tidak seburuk yang kubayangkan.

“jangan di delete” ia tiba tiba berdiri dan mengenggam tangan kiriku yang sedang memegang kamera. Aku menatapnya.

“aku tak pernah men-delete satu fotopun,,” ujarnya lagi

Glup. Aku menelan ludah. “ba..baiklah” dengan segera aku memberikan kembali kameranya dan berbalik. Aku yakin mukaku sangat merah sekarang, jangan sampai ia melihatnya.

“kau marah?” dan sekarang ia malah merangkul bahuku

Aku mengeleng cepat” ma,,mana mungkin aku marah”

“baguslah..apa tanganmu itu masih sakit?” tanyanya seraya melepaskan rangkulannya, sejujurnya aku sedikit kecewa, tapi baguslah, aku tak perlu merasakan jantungku yang sepertinya hendak meloncat keluar.

“se..sedikit” bohong, sebenarnya sudah tidak terasa sakit lagi sejak bertemu denganmu

“kalau kau butuh bantuan katakan saja padaku” tawarnya, aku mengangguk

“gomapta..”

Karam terkekeh, aku menatapnya dengan tatapan heran.

“lagi lagi kau kelepasan bahasa korea” ujarnya kemudian, aku Cuma nyengir kuda, mau gimana lagi? Aku masih belum terbiasa dengan bahasa jepang.

                Beberapa saat kemudian ia kembali sibuk dengan kameranya. Suasana hening.oh tidak, sungguh aku harus menemukan bahan pembicaraan.

“kau,,sejak kapan suka fotografi” pertanyaan basi

“eoh? Erm,, waktu dirumah sakit dulu aku pernah bertemu dengan pasien lain, dia yang mengajariku fotografi. Kami sering pergi memotret bersama, yah kawasannya ya Cuma sekitar rumah sakit. Awalnya aku hanya ikut ikutan sekaligus mengisi waktu luang, tapi sekarang aku benar benar menyukai fotografi” jelasnya bersemangat

“aah,,kalau begitu kau masih sering pergi memotret dengan orang itu?” tanyaku yang juga jadi bersemangat, tapi tiba-tiba raut wajah karam berubah drastis.

“dia sudah meninggal” ujarnya setelah hening beberapa detik

“ah,,,mianhe,,jeongmal mianhe,,aku tak tau kalau----“

“daijoubu” potongnya, ia menatapku sambil tersenyum kemudian mengacak-ngacak rambutku.

“kau tau? Kau ini terlalu mencemaskan orang lain”  komentarnya

                Aku mem-pout-kan bibirku, kemudian membetulkan rambutku yang sudah diacaknya dengan tangan kiriku, yah, tangan kananku sama sekali tak berfungsi sekarang.

“tapi,,walaupun seorang manusia mati, ia akan tetap hidup dihati orang orang yang menyayanginya” aku menatap karam, ia mengatakan hal itu seraya menarawang jauh ke arah danau. Ia mengambil batu yang ada didekatnya kemudian melemparkannya ketengah danau.

“apa aku juga akan seperti itu?” ujarnya lirih

“semua orang pasti akan mati” kalau boleh jujur aku tidak suka dengan topik pembicaraan seperti ini

“memang benar..tapii----“ karam tak melanjutkan perkataannya

“tapi apa?”

“ah sudahlah,,ayo pulang” ia pun berdiri dan menarik tanganku. Akupun hanya bisa mengikutinya. Kami berjalan menyusuri tepi danau sambil  bergandengan tangan. Tak ada yang bicara, kecuali suara  orang orang disekitar kami.

Kami menikmati suasana diam ini, tangannya yang hangat tidak pernah dilepaskannya sepanjang perjalanan pulang. Dan aku sadar aku sangat menyukainya . Dan aku berpikir apakah karam punya pikiran yang sama denganku.

Kami tenggelam dalam pikiran masing masing. Aku tak tau apa yang karam pikirkan, tapi aku tau persis apa yang ada dipikaranku saat ini, semua nya penuh dengannya.   Hanya karam yang ada dipikiranku saat ini.

***********

*TBC*

0 comment:

Posting Komentar