nah chapter 2 udah kelar nih^^
aku bakal usahain satu hari satu chapter xDD hahahaha
nah, biar aku tambah semangat mohon di RCL yaaaah
gomawo:3
Title : AITAKATTA (i wanna see you)
CHAPTER 2
AUTHOR : HASHLINPANDA
cast :
- Ji yeon T-ARA
- Karam DGNA
- Hyunmin DGNA
- Chiharu (OC)
- yoshito (OC)
- dan tokoh pendukung lainnya yang merupakan OC
*OC : original character
Genre :
Romance, comedy, drama,
Rating :
Teen
NO SILENT READERS
CHAPTER 2- THAT GANGSTA BOY
-----------------------------------------------------------------------------
Karam
POV
Pagi ini adalah pelajaran
olahraga, dan aku tidak ikut. Yah, alasannya ya karena penyakitku ini, dokter
melarangku untuk melakukan hal hal yang berta untuk sementara waktu. Kuharap
itu benar benar “sementara waktu”, bukan” selamanya”. Ketika kelas kosong, aku
mengganti air pada vas bunga. Sekembalinya dari mengganti air aku melihat
jiyeon yang berlari lari kearah kelas.
“anak
itu telat” gumamku
Tiba tiba kejadian beberapa
waktu yang lalu terbayang olehku. Waktu itu mereka disuruh memfotocopy
selebaran kemudian membagikannya. Aku juga ada disana, yah seperti biasa aku
menunggu hyunmin untuk pulang bersama.
“ya! Baka! Tidak bisakah kau sedikit lebih
rapi men-steplesnya? Lihat sudut sudut kertas ini tak rapi!” bentak hyunmin
seraya mengacung-ngacungkan hasil pekerjaan jiyeon yang sebenernya memang tak
rapi begitu.
Jiyeon mendesis”baiklah, baiklah akan
kuperbaiki! Dan kau tak perlu meneriakiku seperti itu!”
“cih, lihatlah anak baru yang kau katakan
menarik ini,” kata hyunmin kepadaku, yah aku memang penah mengatakan anak baru
ini menarik karena dia dari korea. yah, hanya karena kami sama sama berasal
dari korea.
Aku terkekeh “oppa! Kenapa kau tertawa!”
“karena kau memang pantas ditertawakan”
timbrung hyunmin kemudian,
“min-kun phabo!” seru jiyeon sambil memukul
mukul hyunmin
Begitulah mereka, saling
melempar ejekan, terkadang aku iri pada hyunmin yang bisa bicara bebas dengan
jiyeon, terkadang aku iri melihat hyunmin yang selalu disentuh jiyeon*tepatnya
dipukuli*, mungkin ini yang dinamakan cemburu, iri hati atau apa.
“min-kun,
huh?” desisku
'Min-kun' kedengaran begitu akrab.
Ia memanggilku oppa, entah kenapa karena kata “oppa” itu aku merasakan sebuah
jarak yang perlahan lahan terbentuk. Jangan ditanyakan kenapa, karena aku
sendiripun tak yakin apa jawabannya. Aku masuk kelas dan melihatnya yang
terburu buru.
“ohayou
jiyeon-chan” sapaku, ia menoleh dan tersenyum ketika mengetahui yang
memanggilnya adalah aku
“ah
oppa..baru datang?”
“ iee
(tidak) ,,,udah dari tadi..aku baru balik dari ngisi air buat bunga ini”
“ah,
kau tak ikut olah raga?”
aku
menggeleng
“oo..kalau
gitu aku duluan ya..” ia mulai melangkahkan kaki keluar kelas.
“jiyeon-chan”
panggilku pelan
iapun berbalik dan menatapku lurus, tiba tiba kepalaku
terasa kosong, dan suaraku tercekat. akupun memalingkan wajahku, tidak baik
menatapnya langsung. Batinku. Dan tak terasa keheningan sudah berlangsung
selama beberapa saat. Ia masih berdiri disana, menunggu apa yang akan kukatakan
“eum,,bisakah
berhenti memanggilku oppa?” akhirnya aku berhasil membuka mulut
“eh kenapa?” ekspresinya yang tadi penuh senyum tiba tiba
berubah heran
“eum, mungkin karena aku tak terbiasa?” hanya itu alasan
yang terpikirkan olehku, tidak mungkin aku mengatakan, aku juga ingin seperti
halnya kau memanggil hyunmin
Ia terlihat melongo beberapa saat, dan kemudian mengangguk
pelan. Kulihat ia mengepalkan kedua tangannya. Apakah ia marah?
“eum, kalau begitu mulai sekarang aku akan memanggilmu
karam-ah saja atau karam-kun” ucap jiyeon seraya tersenyum
“kalau begitu, matta ne (sampai nanti)” lanjutnya dan
melambaikan tangannya kearahku
Aku tau sikapku ini membingungkannya. Bahkan akupun
bingung. Aku Cuma ingin lebih dekat denganmu, mencoba lebih dekat, bolehkan?.
***********
“woa,,kau
telat?” tanya Mikan ketika melihat aku yang baru masuk lapangan. Aku mengangguk pelan, anak ini bertanya hal
yang tak perlu, jelas jelas aku baru datang.
“kenapa?”
tanyanya lagi
“biasalah
kesiangan” ujarku nyengir
“wah
wah,,ji yeon-chan belom olah raga udah keringatan” timpal hotaru
“erm,,ngomong-ngomong
chiharu-chan mana? Kok ngga keliatan?”
“wakaranai
(aku tak tau) ,,ngga masuk kali?” jawab hotaru
Dari jauh aku melihat (tentu saja dengan tidak sengaja tertangkap
oleh pandanganku), hyunmin yang bersiap siap dalam posisi start, sepertinya
hari ini tema olah raganya lari 100m. Peluit berbunyi dan masing masing dari
pria tersebut berlari sekencang kencangnya untuk bisa jadi nomor satu.
Wahh..terlihat dari sini yang memimpin sepertinya si hyunmin itu. Heh, lumayan
hebat tu anak. Dan terdengar juga teriakan riuh cewe-cewe yang menyemangatinya
dipinggir lintasan. Well, sepertinya dia juga cukup terkenal.
“hei hei,,kau tau? Kalau hyunmin
dan chiharu pernah berpacaran?” Tanya hotaru yang sepertinya menyadari kalau aku sedang memperhatikan pertandingan
lari yang ada hyunmin-nya.
“oh
ya?..” jawabku santai. Jujur saja, aku tidak terlalu kaget, toh aku sama sekali
tak peduli, wajar saja kan mereka pernah pacaran. bukan suatu hal yang aneh
juga. Kecuali kalau hyunmin pernah pacaran sama cowo, baru aku kaget setengah
mati. Kekekeke
“loh?
Kenapa reaksimu begitu? Kau tak cemburu?” mikan juga ikut bertanya
“hee?
Ce..cemburu? dalam rangka apa? ”
“loh?
Bukannya hyunmin suka padamu?” tambah hotaru
“heeeeee?????????”
sumpah demi apa, aku tak tau dari mana mereka mengambil kesimpulan seperti itu.
“jangan
bercanda hotaru-chan~, yang ada dia selalu marah marah padaku, memangnya kapan
kalian pernah melihat kami akrab?” jelasku, bahkan aku tak berbicara padanya
kecuali kalau ada urusan kelas.
“bener juga sih..tapi kenapa dia mencalonkanmu sebagai wakil
dari cewek? Dari sekian banyak cewek kenapa namamu yang disebutnya?” hotaru
kembali mengeluarkan analisisnya, gosh! Sepertinya anak ini terlalu banyak baca
komik mentantei conan.
“emm,,bener juga sih..tapi...namanya
juga manusia aneh mana bisa kita tau apa yang ada dipikirannya..”kataku sambil
berdiri.muka merekapun heran.
“nama aku di panggil, aku pelari berikutnya”ujarku sambil
menunjuk ke arah sensei yang sudah membunyikan peluitnya dari tadi. Dan
merekapun men-o kan perkataanku.
**************
Ya
ampun~ yang benar saja! Tadi pagi aku pergi sekolah lari larian dan sekarang?
Pelajaran olahraga juga lari larian. Menyebalkan. Aku mencoba mendinginkan kaki
ku di keran. Dan duduk sambil membiarkan air dari keran mendinginkan kakiku
yang nyut nyut-an.
“hemat air” tiba tiba hyunmin datang dan mematikan air keran
“HEIII!!!!” teriakku kesal dan kembali menghidupkan kerannya
“dasar” ujarnya pendek
“dasar menyebalkan” akupun ikut menimpalinya, ia menatapku
kesal
“kenapa aku yang kau katakan menyebalkan? Kau itu keras
kepala, sudah kubilang hemat air tapi masih saja---“
“masih apa!” potongku yang sudah tak tahan mendengarkan
ceramah sok tau-nya itu
“baka aho! Aku malas bicara dengan orang sepertimu!” desis
hyunmin kesal dan membuka keran kemudian mencuci mukanya.
Sebenarnya hyunmin tergolong
cakep. Rambut pendek tapi tertata keren. Walaupun tak seputih karam, kulitnya
mulus dan tinggi. Sedangkan karam rambutnya agak sedikit panjang kayak artis
artis korea yang tampan itu. Kulitnya sangat putih cenderung pucat, dia tinggi
tapi hyunmin tetep lebih tinggi darinya. Sekilas perbandinganku anatar mereka
dari segi fisik.hha
Tiba tiba analisis hotaru
terlintas dikepalaku. Itu loh, pendapat mereka soal hyunmin yang suka padaku.
Sebenarnya aku tak peduli, hanya saja aku merasa harus menanyakannya, sebelum
gosip menyebar luas.
“hyunmin-ah, kau suka padaku?”
tanyaku tiba tiba
“bbhuuahhh, uhuk” Hyunmin yang
tadi sedang kumur kumur jadi menyemburkan air dimulutnya karena kaget. Aku
berusaha menatapnya dengan tatapan datar.
“What the?!” serunya setelah
berhasil menenangkan dirinya dari peristiwa penyemburan tadi
“benar atau tidak?” tanyaku lagi,
“gossip dari mana tuh? Apa ini taktik terbaru cewek cewek
merebut hati cowok?” ujarnya sok pede, aku mendesis
“ya! Teruslah bermimpi!”
Hyunmin
memalingkan wajahnya, dan mematikan keran yang tadi belum sempat dimatikannya.
See? Dia juga boros air.
“teman teman sekelas heran kenapa kau memilihku sebagai
wakilmu..” ujarku sangat pelan
“kau jangan berbesar hati dulu, aku memilihmu hanya karena
saat itu Cuma kau yang ku kenal, jadi katakan juga pada teman temanmu itu
jangan membuat gosip sembarang” dia berbicara dengan ekspresi meremehkan
“wagatta! Kau tak perlu memandangku dengan tatapan
merendahkan begitu!” sorakku kesal dan beranjak pergi. Benarkan? Tak perlu
kupastikan semuanya sudah jelas. Aku dan anak itu, saling membenci.
Aku
menghentikan langkahku. Tiba tiba aku teringat sesuatu. Cuma aku yang dia
kenal? Lalu bagaimana dengan chiharu ex-nya sendiri? Well, kurasa itu bukanlah
hal yang haru kupikirkan dengan serius.
Sedangkan ditempat tadi hyunmin
masih terdiam, sepertinya ia menyesal dengan perlakuannya tadi pada jiyeon.
Tapi ia juga tak punya keberanian yang cukup untuk memperbaiki benang kusut
antara ia dan jiyeon. Sepertinya jiyeon benar benar membencinya . “hufft..apa
yang harus ku lakukan”
******
Hari
ini hari minggu, rencananya seharian ini aku akan bermalas malasan. Tapi karena
kecerobohanku. Aku terjatuh ketika menuruni tangga dengan kons=disi setangan
tidur. Karena itulah sekarang aku dirumah sakit. Tanganku terkilir dan sekarang
di gips.
“tunggu disini ya, otosan akan mengambil obatnya dulu” ujar
otosan, dan akupun mengangguk.
Aku
menghela nafas panjang kemudian menatap gips-ku. Kenapa aku bisa seceroboh ini?
Lihat akibatnya, tanganku jadi di beri gips begini. Terlihat sangat menganggu.
“nuna, bolehkah aku menggambar di gips-mu itu?” tanya
jihwan-adikku- tiba tiba seraya menaik naikkan alisnya
“andwee! kau sudah 3 SMP kelakuanmu masih saja seperti anak
SD! Phabo!” seruku
“hahaha..benar aku masih muda, dan kau yang sudah tua!”
ejeknya, gezz, aku baru akan menjambak rambutnya ketika seseorang memanggilku
dari belakang.
“jiyeon-chan?” akupun menoleh dan itu adalah karam
“ka,,karam o--- eh, karam-ah? Apa yang kau lakukan disini?”
tanyaku spontan,
“erm? Aku? Aku ada sedikit urusan, eoh? Tanganmu kenapa?”
tanyanya ketika menemukan tanganku dibaluti gips
“ia berjalan sambil tidur dan jatuh dari tangga” timpal
jihwan sebelum aku menjawabnya sendiri
“ya! Kau jangan asal bicara!” aku mencubit ke dua pipinya
“ha..hampu,,nuwnaa,,,” ujarnya tak jelas
“ah,,ngomong-ngomong ini adikku jihwan” ujarku setelah
selesai membalaskan dendamku pada jihwan
“hajimimashite..” ujar karam seraya tersenyum “ora wa karam
desu”
“ah, hai, ore wa jihwan desu, apa kau benar orang jepang?”
tanya jay, yah sepertinya wajah karam terlihat seperti bukan orang jepang
baginya
Karam terkekeh dan mengangguk “ayahku orang korea, sementara
ibuku setengah korea, jadi aku seperempat korea?” ujarnya sendiri heran
“whoa? Kau bisa bahasa korea?”
“sedikit, hehe”
Jihwan-pun mengangguk-ngangguk sok mengerti.
“loh? Jiyeon-ah? Anata no tomodachi?” tanya otosan yang
ternyata sudah kembali
Aku mengangguk “kochira wa karam desu, teman sekelasku”
ujarku memperkenalkan karam, karam membungkuk, dibalas oleh senyum otosan,
kemudian otosan menatapku sambil tersenyum, aku balik menatap bingung.
“nah, jiyeon-ah, kau mau bermain dulu dengan temanmu? Kalo
begitu otosan dan jihwan pulang duluan yahh” tawar otosan
“ah,,otosan!” seruku, rupanya ini arti dari tatapan aneh
otosan tadi! Aku sangat malu >///<
“maaf,,otosanku----“
“daijoubu, kenapa kita tidak pergi bermain sebentar”
“nah kalo begitu, yoroshiku, kami pulang dulu yah” kata
otosan sambil menarik jihwan
Aku menghela nafas.
“kalau kau mau pulang brsama otosan-mu juga tak apa” ujar
karam pelan
“a,,ani,,daijoubu,,ikuze!”(tak apa apa, ayo pergi)
“ah,,tapi mau kah kau menunggu sebentar, pemeriksaannya
belum selesai” tanyanya seraya mengatupkan kedua tangannya
“eoh? Baiklah..” selama apapun itu aku akan menunggumu, kekeke “tapi
kita mau kemana” tanyaku kemudian
Dia memutar bola matanya kemudian berkata “mengambil
beberapa gambar bagus, aku membawa kamera,” ia tersenyum, entah kenapa mulai
sekarang aku merasa harus melindungi senyum itu agar tak pernah hilang dari
wajahnya.
********
Whoa,,,
karam benar benar pintar memilih tempat. Dia mengajakku kedanau—yang sepertinya
danau buatan—yang sangat indah, danaunya dikelilingi rumputan hijau dan
beberapa pohon sakura yang mulai bermekaran. Beruntung sekali aku bisa melihat
bunga sakura.
“bagaimana pendapatmu?” tanyanya seraya mengeluarkan kameranya
“hmm? Sa,,sangat indah,,kireii(cantik),,”
Karam tak berkata apa apa, ia hanya menatapku sambil
tersenyum, ia kemudian bangkit dan mulai sibuk dengan mengambil gambar.
Untuk
kesekiannya lagi aku menatap gips sialan ini. Kenapa? Kenapa harus tangan
kananku yang harus bernasip seperti ini. Well, sebagai pelajar tentu saja aku
akan kesulitan untuk menulis. Menyebalkan! Aku sudah cukup kesulitan karena
perbedaan bahasa, dan sekarang? Aku bahkan tak bisa menulis!.
“jiyeon-chan!” panggil karam dan aku mengalihkan pandanganku
ke arah sumber suara
Click
Ia langsung memetik kameranya seketika ketika aku menoleh
“karam-ah!” seruku dan berlari kearahnya, aku tidak mau tau!
Aku akan mendeletenya! Aku harus mendelete-nya! Aku yakin foto tadi terlihat
aneh! Pasti.
Karam
yang merasa terancam malah melarikan diri menghindariku dan tertawa tawa,
gyaa,,ini tak lucu!. Akhirnya ia berhenti dan terduduk, sepertinya ia kehabisan
nafas, tapi derai tawanya masih belum berhenti.
“kemarikan” ujarku ketika sudah sampai dihadapannya
“hai hai hai,,,dozo,,” ia menyerahkan kameranya kepadaku,
dengan segera aku merebutnya, dan mencoba melihat hasil jepretannya tadi. Aku
tertegun, ternyata tidak seburuk yang kubayangkan.
“jangan di delete” ia tiba tiba berdiri dan mengenggam
tangan kiriku yang sedang memegang kamera. Aku menatapnya.
“aku tak pernah men-delete satu fotopun,,” ujarnya lagi
Glup. Aku menelan ludah. “ba..baiklah” dengan segera aku
memberikan kembali kameranya dan berbalik. Aku yakin mukaku sangat merah
sekarang, jangan sampai ia melihatnya.
“kau marah?” dan sekarang ia malah merangkul bahuku
Aku mengeleng cepat” ma,,mana mungkin aku marah”
“baguslah..apa tanganmu itu masih sakit?” tanyanya seraya
melepaskan rangkulannya, sejujurnya aku sedikit kecewa, tapi baguslah, aku tak
perlu merasakan jantungku yang sepertinya hendak meloncat keluar.
“se..sedikit” bohong, sebenarnya sudah tidak terasa sakit
lagi sejak bertemu denganmu
“kalau kau butuh bantuan katakan saja padaku” tawarnya, aku
mengangguk
“gomapta..”
Karam terkekeh, aku menatapnya dengan tatapan heran.
“lagi lagi kau kelepasan bahasa korea” ujarnya kemudian, aku
Cuma nyengir kuda, mau gimana lagi? Aku masih belum terbiasa dengan bahasa
jepang.
Beberapa
saat kemudian ia kembali sibuk dengan kameranya. Suasana hening.oh tidak,
sungguh aku harus menemukan bahan pembicaraan.
“kau,,sejak kapan suka fotografi” pertanyaan basi
“eoh? Erm,, waktu dirumah sakit dulu aku pernah bertemu
dengan pasien lain, dia yang mengajariku fotografi. Kami sering pergi memotret
bersama, yah kawasannya ya Cuma sekitar rumah sakit. Awalnya aku hanya ikut
ikutan sekaligus mengisi waktu luang, tapi sekarang aku benar benar menyukai
fotografi” jelasnya bersemangat
“aah,,kalau begitu kau masih sering pergi memotret dengan
orang itu?” tanyaku yang juga jadi bersemangat, tapi tiba-tiba raut wajah karam
berubah drastis.
“dia sudah meninggal” ujarnya setelah hening beberapa detik
“ah,,,mianhe,,jeongmal mianhe,,aku tak tau kalau----“
“daijoubu” potongnya, ia menatapku sambil tersenyum kemudian
mengacak-ngacak rambutku.
“kau tau? Kau ini terlalu mencemaskan orang lain” komentarnya
Aku
mem-pout-kan bibirku, kemudian membetulkan rambutku yang sudah diacaknya dengan
tangan kiriku, yah, tangan kananku sama sekali tak berfungsi sekarang.
“tapi,,walaupun seorang manusia mati, ia akan tetap hidup
dihati orang orang yang menyayanginya” aku menatap karam, ia mengatakan hal itu
seraya menarawang jauh ke arah danau. Ia mengambil batu yang ada didekatnya kemudian
melemparkannya ketengah danau.
“apa aku juga akan seperti itu?” ujarnya lirih
“semua orang pasti akan mati” kalau boleh jujur aku tidak
suka dengan topik pembicaraan seperti ini
“memang benar..tapii----“ karam tak melanjutkan perkataannya
“tapi apa?”
“ah sudahlah,,ayo pulang” ia pun berdiri dan menarik
tanganku. Akupun hanya bisa mengikutinya. Kami berjalan menyusuri tepi danau
sambil bergandengan tangan. Tak ada yang
bicara, kecuali suara orang orang
disekitar kami.
Kami menikmati suasana diam ini,
tangannya yang hangat tidak pernah dilepaskannya sepanjang perjalanan pulang.
Dan aku sadar aku sangat menyukainya . Dan aku berpikir apakah karam punya
pikiran yang sama denganku.
Kami tenggelam dalam pikiran
masing masing. Aku tak tau apa yang karam pikirkan, tapi aku tau persis apa
yang ada dipikaranku saat ini, semua nya penuh dengannya. Hanya karam yang ada dipikiranku saat ini.
***********
*TBC*
0 comment:
Posting Komentar