III. I WISH MY SISTER WILL NEVER EXIST IN THIS WORLD
Pagi ini haejin bangun dengan mata yang sembab, yah kemaren ia menangis karena rencana pemberian hadiah peringatan hari ke-100-nya dengan Hyuncheol gagal total. Padahal Ia sudah membawa kotak itu kemana-mana selama jam istirahat, ke kelas Hyuncheol, ke kantin, ke taman sekolah dan menyusuri lorong lorong, tapi tetap saja Hyuncheol bagaikan tertelan godzilla sehingga Haejin tak menemukannya sampai jam sekolah berakhir. Dan sebagai pelengkap pagi yang buruk haejin juga dipaksa adikknya untuk menemaninya berkeliling Seoul.
“Haeri-ah~ sepertinya hujan akan turun” ujar Haejin seraya melihat ke langit yang terlihat mendung
“Terus? Ngga masalah kan?” balas Haeri yang sibuk memakan Ttopoki yang dibelinya barusan
Haejin menghela nafas, ternyata tadi memang ia lebih baik pergi sekolah, pergi jalan jalan dengan adiknya sama sekali tak menyenangkan. Adiknya hanya ingin pergi belanja ini itu ke mall dan pusat perbelanjaan lainnya. Haejin mengurut urut kakinya yang pegal setelah mengitari Times Square Shopping Center, mall terbesar di Korea Selatan.
“Setelah ini kita akan kemana?” lagi lagi Haejin bertanya dengan bahasa Indonesianya yang kaku, sekarang ia menyesal kenapa sebelumnya ia tidak berusaha mengingat-ingat lagi yang pernah ia gunakan ketika tinggal disana dulu.
“Gue mau belanja lagi sih, mall apa lagi yang bagus?”
Mendadak lutut Haejin terasa menghentak hentak, seakan menolak untuk melakukan perjalanan sia-sia yang lebih jauh lagi, bagaimana tidak sia-sia, ia hanya menemani adiknya berbelanja dan tak membeli apapun karena tak ada uang. “Jangan ke mall lagi, bagaimana kita mengunjungi istana istana ? seperti drama? Bagaimana? Suka?”
Haeri terlihat berpikir, Haejin menaik-naikkan alisnya berusaha membujuk Haeri agar berpikiran yang sama dengannya. “Gue jarang nonton drama, yah, terserah lo aja sih, asal bagus”. Haejin bersalto dalam pikirannya, yesh! Aku tak perlu mengitari mall yang barangnya tak satupun bisa ku bawa pulang!.
********
Haejin sedang mengikat ke atas rambutnya yang lumayan panjang itu, kemudian ia mengalihkan pandangan kepada adiknya yang sudah jalan didepan dengan kantong belanjaan di tangan kanan dan kirinya. Ia bahkan terlihat sangat cantik dari belakang, rambutnya terawat dan ikal diujungnya. Haejin mengambil beberapa helai rambutnya dan menatapnya frustasi, Lurus hitam dan terlihat culun.
“Kak lo punya pacar?” tanya Haeri yang tiba tiba menoleh ke belakang dan menatapnya. Haejin menggeleng, Haeri menaikkan sebelas alisnya dan melangkah mendekat. “Tapi lo pernah punya pacar kan?”
Haejin mengangguk, Haeri-pun tersenyum “Berarti bener dugaan gue, foto cowok yang ada di atas meja belajar lo itu mantan cowok lo yah?”
“Ah?” Haeri berbicara begitu cepat, membuat Haejin tidak mengerti dengan bahasa-nya. Haeri memasang muka bete “Foto di atas meja belajarmu itu adalah foto mantan pacar mu kan?” ulangnya dengan nada yang lambat yang malah membuat Haejin kesal, memangnya aku anak TK yang sedang belajar mengeja apa
“Iya, memangnya kenapa?”
Haeri memain mainkan poninya dan tersipu “Dia..keren...kak, ajak dia ketemuan sama gue dong” ia memegang kedua tangan haejin dan membiarkan kantong belanjaannya jatuh ke jalanan
Haejin membelakkan matanya “eh?” ia merasa tolol karena dari tadi hanya ber-ah-eh-ah-eh saja. “Kenalin gue ama dia~ pas gue lihat fotonya tadi gila cakep plus manis banget, gue pengen liat yang aslinya plisss”
“Shirreo! Tidak mau!”
“Looh..kenapa? plis yah yah yah kak...dia kan Cuma mantan elo,,lagian Cuma buat ketemu doang kok”. Haejin tetap menggeleng mempertahankan pendapatnya kalau ia tak akan mengabulkan keinginan Haeri. Haeri menghentakkan kakinya “Kaaak~ plis banget deh gila mantan lu itu sumpah cakep beneran, gue aja heran kenapa dia mau sama elo, ya ka plis”
Haejin merasa sekrup sekrup yang ada dikepalanya lepas satu persatu, dia memang tak begitu mengerti apa yang dikatakan Haeri dalam bahasa indonesianya yang kelewat gaul dan diucapkan dengan sangat cepat itu. Tapi ia tau, ia tau kalau barusan haeri mengatakan kalau Hyuncheol itu terlalu bagus untuknya. Haejin melepaskan tangan Haeri dengan kasar.
“SHIRREOOOO!!!!!!” teriaknya dan kemudian pergi melangkah cepat meninggalkan Haeri yang juga memasang muka kesal.
*******
BUK BUK BUK BUK BUK
Haejin terus memukuli bantalnya dikamar, bahkan sekali-kali menendangi dan membantingnya dengan kasar seperti yang dilakukan atlit gulat. Ia benar-benar kesal dengan kelakuan Haeri hari ini. Haeri memang sudah menyebalkan sejak ia terlahir ke dunia ini, tapi tadi adalah puncak kekesalan Haejin padanya! Dia bahkan juga berminat pada Hyuncheol dan mengatakan aku sama sekali tak cocok dengan Hyuncheol?! Aku tau aku ini tak cantik! Aku tak pintar! Aku tak punya banayak uang sepertimu! Tapi sebagai adikku apa kah kau pantas merendahkanku seperti itu hah? Pantas tidaaak!!!!!!???? Haejin memekik dalam hati .
Ia baru saja akan memberikan sikutan pada bantal ketika seseorang mengetuk pintunya, setelah menenangkan nafas, mengelap keringat dan merasa sudah terlihat normal ia pun membuka pintu kamarnya, ternyata omma dan Haeri dibelakangnya.
“Ada apa?” tanya Haejin santai
“Kenapa kau meninggalkan Haeri dijalanan?” tanya omma dengan tampang yang sepertinya akan meledak sebentar lagi
“Eh? Aku tidak meninggalkannya, aku hanya berjalan lebih cepat sedikit didepannya”
“Itu sama saja dengan meninggalkannya! Kau tau tadi itu sudah malam! Harusnya kau sadar bagaimana bahayanya kalau cewek jalan sendirian malam malam, apalagi Haeri tidak tau Seoul dan tak bisa bahasa Korea! Apa kau bisa bayangkan bagaimana kalu dia kehilangan jejakmu kemudian tersesat hah?”
“Aku tidak berjalan sejauh itu, aku juga tidak meninggalkannya, dia saja yang melebih lebihkan agar omma memarahiku” balasnya kesal, oke aku ingin melempar anak ini kesungai han dan hanyut disana
“Apa kau tak bisa berkelakuan baik pada adikmu sedikit? Kau jarang bertemu dengannya, harusnya kau berhenti dengan sifat egoismu itu!”
“Egois apanya? Dari hari pertama datang aku sudah cukup baik pada anak itu, bahkan aku diperlakukan seperti pesuruhnya! omma! kenapa kau begini? Kenapa terus menyalahkanku!”
“Aku tak menyalahkanmu, aku hanya memberitahu kesalahanmu!”
“Omma!” teriakku kesal
“Kenapa kau meneriaki orang tua mu seperti itu!!!!”
“Apa aku anak tirimu hah? Kenapa kau selalu memandang rendah aku? Kenapa aku seperti tak ada apa apanya bagimu? WAE??!!”
“Kau diam lah, dan sadari apa kesalahanmu!!!!” ujar omma dengan nada tertahan saking marahnya kemudian pergi dengan tatapan yang menyeramkan, haeri melempar pandangan kepada haejin yang sudah berlinang air mata sebentar dan tersenyum sinis. AKU TAK BUTUH ADIK SEPERTIMU!. AKU BENCI KAU!.
*******
IV. I JUST REALIZED
Haejin selalu merasa air matanya berkaca kaca bila ingat kejadian semalam, hidupnya sudah cukup kacau dan adiknya yang sekali-kalinya muncul semakin membuat semuanya berantakan.
Haejin merasa tak cantik, bola matanya tak terlalu besar, wajahnya tak terlalu mulus dan putih, potongan rambutnya kuno dan ketinggalan jaman, ia juga tak pintar, tak punya prestasi apa apa, tak punya kelebihan apa apa. Haejin benar benar merasa krisis percaya diri sekarang.
Setelah dipikir pikir ia tak punya orang yang benar benar mencintainya didunia ini. Omma-nya selalu menuntutnya untuk belajar dan melakukan ini itu, Appa-nya di Indonesia dan jarang sekali menanyakan kabarnya, Adiknya hanya membuatnya kesal dan ia sudah tak punya pacar lagi. Yah, yang ia Cuma punya sekarang yaitu sahabat tercintanya Chaekyung.
Haejin menutup lockernya setelah menatap kardus--yang tadinya akan jadi hadiah untuk hyuncheol-- cukup lama. Ia menyusuri lorong sekolah yang masih sepi, hanya satu dua orang yang terlihat olehnya berjalan di lorong ini. Ia sedang melihat dengan iseng ketika menemukan Hyuncheol menghapus papan tulis di kelasnya. Tanpa di komando, Haejin langsung masuk kedalam kelas Hyuncheol.
“Hyuncheol sunbae” panggilnya, membuat Hyuncheol kaget sehingga menjatuhkan penghapus papan tulis dan mengenai blazze-rnya, sekarang blazzer-nya terkena butiran butiran debu kapur.
“Ah! Mianhe” Haejin langsung berlari kedekat Hyuncheol tapi Hyuncheol memberikan isyarat kalau haejin tak perlu mendekat. “Ada apa? Kau membuatku kaget” ujar Hyuncheol dengan senyum garing
Haejin menatap Hyuncheol sebentar kemudian menggeleng pelan “Aku hanya khwawatir,..karena akhir akhir ini aku tidak melihatmu..”
“Ah..aku memang sedang sibuk mengurus beasiswa untuk masuk universitas nanti, jadi aku bolak balik kantor guru untuk berkonsultasi”
“Ah,,begitu” gumam Haejin kemudian ia teringat akan sesuatu “Sunbae! Tunggu disini sebentar! Aku punya sesuatu untukmu!” Haejin langsung berlari ke arah loker tanpa menunggu jawaban Hyuncheol. Hyuncheol pun tersenyum lembut melihat Haejin yang masih saja bersemangat seperti dulu.
*******
“Kotak besar apa ini?” tanya Hyuncheol ketika haejin memberikan kotak itu ke tangannya
“Itu Cuma hadiah kecil dariku untukmu sunbae” ujar Haejin seraya tersipu, Hyuncheol menatap Haejin dengan pandangan ‘kotak sebesar ini kau bilang hadiah kecil?’
“Gomawo[1]” ujar Hyuncheol tulus dengan senyuman lebarnya, Haejin mengangguk dengan senyuman yang tak kalah kebarnya.
“ah! Hyuncheol sunbae, blazzer mu yang terkena kapur tadi belum kau bersihkan?” Haejin pun menepuk-nepuk blazzer dibagian bahu untuk membersihkan debunya. Dari jarak sedekat ini ia dapat membaui parfume Hyuncheol yang masih sama seperti dulu, membuat perasaannya tenang dan bahagia.
Perlahan Hyuncheol mendekatkan wajahnya ke telinga Haejin dan berbisik “akan ku beri balasannya besok sore di perpustakaan kota”. Haejin hanya menatap mata Hyuncheol dengan wajah merona, benarkah? Apakah barusan ia tak salah dengar?.
*******
Haejin yang sedang memasuki kelas dengan muka merona dan memegangi pipinya disambut ceria oleh Chaekyung yang berjalan ke arahnya seolah tak menginjak lantai.
“Haejin-aa~~~~ dengar dengar!!!!” pekiknya histersis
“Mwo?”
“Hari ini aku dan anak itu akan bertemu sepulang sekolah nanti! Di coffee shop dekat stasiun! Bayangkan Haejin-ah! Bayangkan! Akhirnya kami bertemu lagi! Kyaaahahaha!” Chaekyung terlihat sangat senang seperti orang yang sudah memenangkan lotre senilai jutaan won
“Ya ya ya..selamat untuk itu..anak itu maksudmu..yang hyun-hyun itu kan? Yang kau temui ketika blind date?” tanya Haejin yang masih saja gagal mengingat nama lengkap anak yang membuat gila Chaekyung akhir akhir ini.
Chaekyung mengangguk ngganguk “Kau harus ikut menemaniku ya~ jawabannya harus iya!” paksa Chaekyung, haejin hanya bisa menghela nafas, percuma kalau ia membantah disaat kawannya yang satu ini hyper begitu.
Ia tersenyum seraya memandangi sahabatnya yang sedang melompat lompat kegirangan hingga teman teman yang lain yang baru masuk kelas juga ikut tertawa. Sepertinya masalah di rumah bisa kapan-kapan saja ia ceritakan pada chaekyung, lagian pagi ini ia bahagia karena Hyuncheol dan tentu saja karena kebahagian yang dirasakan Chaekyung. Kalau dipikir pikir aku juga belum cerita soal Hyunmin kan? Ah tak penting juga kuceritakan soal dia, toh kami juga sudah tak bertemu lagi.
********
“Haejin-ah..aku ke toilet dulu ya” ujar Chaekyung ketika mereka baru saja duduk di coffee shop tempat janjian Chaekyung dengan cowok Hyun-hyun.
“Tapi aku tak tau yang mana anaknya”
“Aish, nanti kau juga akan tau, anak itu memakai kemeja seragam Seoul international high shcool, tau kan? Kemeja putih dengan blazzer agak abu abu, kau pasti tau kan? Itu kan sekolah terkenal” jelas Chaekyung
“Wah,..ternyata kecenganmu itu orang hebat”
“Tentu saja! Nah aku toilet dulu, aku harus merapikan dandananku, permisi~” ujarnya dengan nada centil, Haejin menatapnya geli dan menggerakkan tangannya dengan gerakan mengusir.
Haejin memendarkan pandangannya ke penjuru cafe, belum ada tanda tanda kemunculan anak yang berasal dari Seoul international high shcool itu. Eh tunggu? Bukannya anak itu menggunakan seragam yang sama? Seragam seoul internasional high shcool? Hari itu bertemu dengan Hyunmin yang mengenakan seragam sekolah itu, hanya saja ia baru menyadari hal itu sekarang.
Haejin mulai memutar otaknya, dan menyadari sesuatu yang sepertinya saling berhubungan ini, nama cowok yang akan bertemu dengan Chaekyung itu ada unsur Hyun-nya dan ia berseolah di Seoul international high school. Apakah..yang akan ditemui Chaekyung hari ini..adalah....Hyunmin yang dikenalnya?.
“Noona..apa yang kau lakukan disini?”
Haejin mengangakan mulut selebar yang ia bisa karena melihat jawaban atas pertanyaannya yang muncul secara tiba tiba dihadapan. Kebetulan hidup macam apa ini?!.
“Kenapa kau menganga dengan jelek begitu” protes Hyunmin seraya mengatupkan kembali mulut Haejin,kemudian duduk dihadapannya
“Kenapa kau disini?” tanya Haejin yang sudah tersadar dari analisi analisisnya
“Aku..ada sedikit urusan” ujarnya gugup seraya menggaruk kepalanya. Haejin baru akan membuka mulutnya lagi ketika mendengar derap langkah yang mendekati mereka.
“Hyunmin-ah! Maaf aku telat” ujar Chaekyung dan segera menggeser posisi duduk Haejin sehingga sekarang Chaekyung duduk berhadapan dengan Hyunmin. Ternyata memang benar, tak disangka bocah ini juga pergi ke acara semacam blind date. Haejin berkata dalam hati.
“Gwenchana Chaekyung-ssi” ujar Hyunmin sopan, cih anak yang bermuka dua
“Ah kali ini aku juga mengajak temanku..nae chingu” ucap Chaekyung seraya menunjuk Haejin. mendadak Haejin menjadi berkeringat dingin, entah kenapa ia merasa tidak enak jika Chaekyung tau Hyunmin dan dia sudah bertemu beberapa kali sebelumnya. Haejin hanya tersenyum kecil kepada Hyunmin. Ia tak tau tau harus berpura pura tak mengenalnya atau memilih untuk jujur.
“Aaah...” Hyunmin mulai bersuara
DEG wajah Haejin berubah jadi tegang
“Siapa nama temanmu?” lanjutnya kemudian, Haejin menghela nafas lega, entah kenapa ia harus merasa tegang untuk hal yang tak penting ini. kemudian ia menyadari hyunmin yang sedang melihat ke arahnya dengan senyuman sinis, oh kau sengaja rupanya.
“Haejin-ah perkenalkan lah dirimu” sikut Chaekyung
******
Haejin heran kenapa Chaekyung bisa tahan ngobrol lama-lama seperti itu dengan Hyunmin. Kau tau? Bagi Haejin pertemuan tadi seperti wawancara antara wartawan dengan narasumber. Dan lagi Hyunmin sama sekali tidak mengajak bicara Haejin, sepertinya ia benar benar dalam aktingnya berpura-pura tidak mengenal Haejin. Entah kenapa Haejin merasa sedikit sedih di sudut hati kecilnya.
“Anak itu benar benar cool..bagaimana menurutmu Haejinie?” Chaekyung merangkul Haejin begitu mereka keluar dari coffee shop itu
“Eh..aku tidak tau itu disebut cool atau kelewat pendiam” komentar Haejin yang langsung dibalas oleh Chekyung dengan mengencangkan rangkulannya ke leher Haejin hingga ia nyaris tercekik. Haejin berkata begitu karena ia merasa Hyunmin itu sama sekali tidak cool, Hyunmin yang ia kenal itu spontan, suka marah marah, tersenyum dengan sangat manis, suka makanan manis, suka mengejek dan bermulut tajam, dan..dan...DAN KENAPA SEKARANG AKU JADI MEMIKIRKAN TENTANG ANAK ITU? Apa peduli ku!
“Kau tau Haejinnie? I feel great todayy!!!!!” sorak Chaekyung seraya melompat lompat kecil tanpa mempedulikan tatapan orang orang yang berada disekitar mereka, terpaksa Haejin harus menahan malu lagi. Haejin tersenyum dibalik tatapan gelinya melihat kelakuan Chaekyung, ia bahagia temannya berbahagia begitu. Sepertinya anak ini benar benar sudah jatuh cinta pada Hyunmin. Dan dia dapat merasakan bahwa sesuatu memberontak didalam dirinya. Semoga semua akan baik-baik saja. Batinnya.
*******
Chaekyung sudah menaiki bus menuju rumahnya, sedangkan Haejin masih duduk diam di halte seraya memperhatikan kendaraan yang lalu lalang. Ia meniup-niup telapak tangannya. Cuaca malam ini cukup dingin, bahkan dingin malam ini menembus blazzernya yang cukup tebal, musim dingin sudah semakin dekat rupanya. Tiba tiba sekaleng kopi yang sepertinya hangat muncul dihadapannya, Haejin mengangkat wajahnya dan menemukan Hyunmin yang tersenyum.
“Untukmu” katanya tanpa suara, Haejin dapat membacanya dari gerakan bibirnya, Haejin pun tersenyum dan meraih kopi yang di tawarkan hyunmin pada nya kemudian mengucapkan terimakasih tanpa suara juga. Membuat hyunmin tertawa sehingga lagi-lagi gigi taring tak normalnya itu kelihatan.
“Kenapa kau belum pulang?” tanya Hyunmin seraya duduk disebelah Haejin, kali ini dengan suara
“Aku menunggu bus,,,”
“Benarkah?” tanya hyunmin tak yakin
Haejin mengangkat bahu “aku tak ingin pulang kerumah malam ini”
Hyunmin menyemburkan kopi yang sedang diteguknya dan menatap Haejin heran “mworago?[2]kenapa kau berkata sepeti itu hah?”
Haejin yang awalnya dahinya berkedut ikutan kaget begitu menyadari perkataannya barusan adalah kata kata yang sering digunakan tokoh drama untuk mengatakan ‘aku ingin terus bersama denganmu malam ini’ “Aniyeo! Kau jangan berpikir macam macam!” teriak Haejin kepada Hyunmin yang sudah memegangi perutnya karena tertawa begitu hebat.
“Yaa!!! Berhentilah tertawaaa!!!” Haejin memegang kerah kemeja Hyunmin dan mengguncang-guncangkan tubuhnya agar cowok satu itu berhenti tertawa
“Hahahaha,,,baiklah baiklah, aku mengerti maksudmu, kau sedang malas berada dirumah kan”
Haejin melepaskan tangannya tari kerah Hyunmin yang hampir tercekik dan mengagguk “Baiklah aku yang baik hati ini menawarkan diri untuk menemanimu sampai perasaanmu membaik, ngomong-ngomong sebaiknya kita pergi dari sini, kau tau? Disini sangat dingin” ujar Hyunmin seraya meraih tangan Haejin dan menariknya meninggalkan halte.
“Jangan lupa kita harus pulang sebelum bus terakhir!” seru Haejin
*********
Haejin memendarkan pandangannya ke sungai han yang memantulkan sinar lampu-lampu ditepi jalan. Ia menghembuskan nafas dan mendapati uap dari nafasnya itu. Ternyata udara sudah benar benar dingin. Iapun langsung menolehkan wajah ke arah Hyunmin yang sedang mengosok gosokkan telapak tangannya.
“aku salah sudah percaya padamu” ujarnya geram
“Wae?” tanya Hyunmin polos, Haejin menyipitkan matanya dan melangkah mendekati hyunmin kemudian duduk disebelahnya. “ku kira kau akan mengajakku ke tempat yang lebih hangat”
Hyunmin menoleh “Tadinya aku juga bepikir begitu, tapi kemudian aku teringat pada buku yang pernah ku baca, katanya melihat tempat yang luas sangat bagus untuk mengurangi stres”
“Ah..begitu..” Haejin memilih untuk percaya saja karena pada kenyataannya ia sangat jarang membaca buku kecuali manga ataupun novel.
“Sayang sekali didekat sini tak ada pantai, kalau ada aku pasti akan mengajakmu kesana” ujar Hyunmin seraya tersenyum manis. Haejin mengerjapkan mata, kemudian berdeham “Mungkin kita bisa pergi dilain kesempatan”
Hyunmin mengangguk kemudian menyodorkan jari kelingkingnya. Haejin menatap jari Hyunmin kemudian melemparkan pandangan ‘apa maksudnya ini?’. Hyunmin menghela nafas “Sudah! Ikuti saja aku, ini janji kelingking, kalau suatu hari nanti kita akan pergi kepantai bersama” seraya mengaitkan paksa jari kelingking haejin ke kelingkingnya, kemudian tersenyum puas. Haejin hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah bocah satu ini, sungguh kekanak-kanakan. Janji kelingking terakhir yang dilakukannya adalah ketika kelas 6 SD. Waktu itu teman sekelasnya berjanji padanya untuk mengembalikan pensil warna yang sudah lama dipinjam.
Haejin kembali melemparkan pandangannya ke Permukaan sungai Han yang tenang. Pemukaan luas dan gelap seperti cermin hitam raksasa. Ia memejamkan mata dan merasakan angin musim gugur yang dingin menerpa wajahnya. Ia merasa tenang, merasa bebas dan tak ada beban. Ia mencoba menghirup nafas dalam-dalam kemudian melepaskannya perlahan. Hyunmin benar, melihat tempat luas begini membuat hatinya terasa lebih lapang dan tenang.
Hyunmin tersenyum melihat wajah tenang Haejin. Ia bersyukur ditengah perjalan tadi ia tiba-tiba ingat tentang buku psikologi kakaknya. Angin yang berhembus membuat poni Haejin yang biasanya menutupi dahinya tersibak. Haejin terlihat lebih cantik, tidak, bagi Hyunmin Haejin memang selalu terlihat cantik. Ia tak tau apa yang ada pada diri Haejin sehingga ia tak bisa melepaskan pandangannya sejak petama kali melihat gadis itu berlari setelah menendang kaleng kearahnya.
“Kau suka?” tanya Hyunmin memecah keheningan diantara mereka, orang yang ditanya hanya mengangguk tanpa membuka kelopak matanya. Hyunmin menahan senyum “Nado[3]..aku juga suka”. Jika Haejin mengatakan suka akan sungai Han ini, Hyunmin menujukan kata suka itu pada orang yang ada disampingnya ini. Orang yang memejamkan mata seraya tersenyum seolah sedang mendengakan lantunan melodi lewat angin yang bersemilir disekitarnya.
******
Haejin berlari sekuat tenaga menuju halte bus dan langsung terduduk lemas saat melihat jadwal bus terakhir yang sudah berangkat sebelum mereka sampai “KAN APA KATAKU! BUS TERAKHIR SUDAH BERANGKAT 11 MENIT YANG LALU!!!!!!” teriak Haejin kesal seraya menendang tiang jadwal bus tersebut.
“Ya kau hati hatilah, celana dalammu bisa kelihatan kalau kau menendang sambil duduk begitu” komentar Hyunmin, Haejin menolehkan kepalanya ke arah Hyunmin dan menatapnya dengan pandangan laser. Hyunmin menelan ludah “Mian” ujarnya pelan.
Gadis itu berdiri dan menepuk-nepuk rok-nya yang kotor akibat duduk sembarangan di trotoar. “Lalu apa yang harus ku lakukan!” ujarnya ketus, Hyunmin mengangkat bahu “mungkin kita harus pulang berjalan kaki?”
Haejin mengangakan mulutnya setengah senti, memang benar. Ia tentu saja tak bisa naik taksi untuk pulang karena tak punya uang yang cukup. Dan lagi untuk kestasiun,ah tidak..sepertinya jalan kaki memang pilihan yang paling realistis.
“Bagaimana? Aku akan menemanimu berjalan sampai rumah, kau tenang saja” tawar hyunmin dengan nada seolah hal itu adalah hal yang terpaksa. Padahal keadaan ini adalah keadaan yang diharapkannya selama perjalanan menuju halte bus tadi.
Haejin berdecak kemudian mulai melangkahkan kakinya, Hyunmin terlihat berpikir beberapa saat sebelum ia menyadari ternyata cewek itu setuju untuk pulang berjalan kaki bersama. Dan Hyunmin pun berlari kecil ke arah Haejin yang sudah berjalan didepan, kemudian menyamakan langkahnya.
******
Suasana sangat sepi sehingga hanya langkah kaki mereka berdua yang terdengar, Haejin merasa aneh dengan suasana hening ini Sesungguhnya ini kali pertamanya ia pulang berdua dengan cowok semalam ini. Biasanya Hyuncheol selalu mengingatkan agar tak pulang terlalu malam dan dia...cih! aku teringat Hyuncheol lagi.umpatnya dalam hati
Haejin mencoba memecahkan suasana hening ini agar ia tak memikirkan Hyuncheol lebih jauh lagi kemudian berakhir dengan menangis, ia pun menoleh kearah hyunmin yang ternyata sedang menatapnya. Pantas dari tadi ia merasa aneh.
“Kenapa kau menatapku begitu?” tanya Haejin seraya mengerjap-ngerjapkan matanya
“Eh?” gumam Hyunmin agak kaget “Tidak ada” kemudian ia membuang pandangannya ke arah lain. “Apa yang membuatmu berpikir kalau aku sedang menatapmu” lanjutnya sinis, Haejin mendengus kesal, ingin rasanya ia membuat Hyunmin naik T-Exspress tanpa menggunakan sabuk pengaman, biar ia bisa terbang ke langit saat T-express itu meluncur bebas dari puncak tanjakan.
“Haejin noona” panggilnya membuat Haejin yang tadi sibuk mengembungkan pipinya karena kesal kembali menoleh, tapi Hyunmin hanya menatapnya dalam diam
“Mwo[4]?” tanyanya lagi karena hyunmin tak kunjung berkata
“Apa kau perlu menceritakan sesuatu padaku untuk merasa lebih baik?”
Haejin mendesah, benar, satu-satunya cara agar masalah ynag bertumpuk dikepala ini berkurang dengan bercerita dengan orang lain “Apa telingamu cukup kuat untuk mendengarkanku bercerita?” ujar Haejin dengan nada meremehkan
Hyunmin tersenyum sinis dan memukul dadanya “ceritakan saja...aku akan mendengarkanmu sampai pagi”
*********
“Omma mu pasti punya maksud dari semua itu, setiap orang tua punya cara yang berbeda dalam membesarkan anak mereka, dan tentu saja tidak ada orang tua yang sempurna” kata Hyunmin seraya mengacak rambut Haejin
Haejin memukul tangan Hyunmin yang membuat rambutnya berantakan itu, kemudian berkata “ Aku tahu, aku hanya tak suka dia yang selalu membanding bandingkan aku dengan orang lain, dia selalu beranggapan aku ini sangat bodoh dan tidak bisa melakukan apa apa, belum lagi adik ku itu..”
“Noona, kalau boleh tau, apa yang kau ingin lakukan dimasa depan?”
“Eh? Kenapa tiba tiba bertanya seperti itu?” tanya Haejin menyelidik, Hyunmin membalas dengan mengernyit
Haejin berdecak “Aku hanya ingin bahagia dengan caraku sendiri, aku ingin menjadi diriku sendiri sampai akhir, aku akan menjadi yang terbaik dengan caraku sendiri”
“Wah~ kau terdengar seperti cewek yang sangat mandiri”
“Tentu saja, yang menentukan kebahagianku adalah aku sendiri, bukan orang tua ku apalagi orang lain” lanjut haejin dengan senyum
“Aku juga berpikir begitu, sangat bagus untuk berpikir bahwa yang menentukan kebahagiaan kita adalah kita sendiri, tapi kau juga perlu ingat, terkadang kita juga berbahagia ketika melihat orang lain bahagia” ujar hyunmin seraya melihat bintang yang walaupun tak banyak namun dapat terlihat dengan jelas
“Jika orang tua ku bahagia, maka aku akan bahagia, jika orang yang ku tolong bahagia, maka aku akan bahagia, sesederhana itu..aku sudah senang dengan kebahagian kebahagian kecil di hidupku”
Haejin tertegun mendengarkan perkataan Hyunmin, seolah memberi pencerahan. Akhir akhir ini Haejin sudah sangat jarang memperhatikan keadaan sekitarnya, berlaku egois dan bertingkah menyebalkan . Tidak memikirkan posisi orang lain, hanya memikirkan diri sendiri. Ia sudah melupakan kebahagian kebahagian kecil disekitar, dan selalu meratapi keadaan yang tak seharusnya diratapi.
“Ingat bahagia itu sederhana” Hyunmin menjentik jidat Haejin yang tertegun
“Dimasa yang akan datang ketika kau menghadapi masalah, mundurlah selangkah, tarik nafas dan tertawalah. Menjadi kuat, cintai dirimu sendiri juga orang lain. Yang penting selalu melangkah maju” lanjut Hyunmin seraya mencubit kedua pipi Haejin
“Haiklah ahu meherti” jawab Haejin tak jelas, ia sadar ia harus mengubah dirinya. dia pun mengepalkan tangannya, bertekad ia akan menjadi orang yang lebih baik lagi dan tak egois, harus dicoba! Kalau tak dicoba tak akan bisa!
“Noona apakah kau----“ ucapan Hyunmin terpotong ketika Haejin tiba tiba berseru “Ah itu rumahku di ujung sana!”
“Eh? Tadi kau ngomong apa?” tanya Haejin yang merasa Hyunmin juga mengatakan sesuatu disaat ia berseru tadi
Hyunmin memejamkan matanya sejenak kemudian menggeleng pelan “Tidak ada, nah hati hati lah, aku akan memperhatikanmu dari sini” ujarnya cool dengan tangan di saku
Haejin mengangguk riang “Gomawo~” Haejin menyentuh pipi Hyunmin dengan lembut. Setelah beberapa langkah, tiba tiba Haejin menghentikan langkahnya kemudinan menoleh dan menatap Hyunmin. Hyunmin mengangkat alisnya.
“Kau bahkan tak menanyakan nomor handphone ku?”
Hyunmin yang tadinya memasang tampang cengo sekarang tersenyum “ Tidak perlu, aku suka cara kita yang selalu bertemu secara kebetulan ini”
“Eh?” Haejin memiringkan kepalanya tak mengerti
“Sampai ketemu di lain kesempatan noona~ aku yakin kita akan bertemu tanpa menggunakan handphone” seru Hyunmin lagi seraya melambaikan tangannya
Haejin tersenyum kecil, cih, anak sok romantis ini pasti kebanyakan baca novel , ledek haejin dalam hati. Ia pun meneruskan langkah menuju rumah meninggalkan Hyunmin yang sedang sibuk memuji dirinya sendiri atas kata katanya yang bagus barusan didalam hati.
********
“Omma menyebalkan kenapa aku disuruh berbelanja tengah malam begini! Apa jadinya kalau aku diculik? Aiish aku menyesal tak punya saudara laki laki” gerutu Chaekyung seraya mengambil satu persatu barang yang dipesan oleh omma-nya. Sekilas ia menatap cermin yang terdapat di mart 24 jam itu. Ia hanya mengenakan jaket putih bergambar sapi, celana pajama, rambut yang disanggul keatas dengan kaca mata besar tak berlensanya.
Chaekyung sedang iseng melangkah ke arah stan majalah didekat jendela ketika ia melihat dua sosok yang dikenalnya. Secara otomatis ia menutupi setengah wajahnya dengan majalah yang ia ambil secara acak, ia tak peduli jika yang diambilnya sekarang itu adalah majalah porno atau apa yang menyebabkan orang disekelilingnya melihat dengan aneh.
Ia menyipitkan matanya memfokuskan pandangan dan mencoba memastikan kalau ia tak salah lihat. Apakah itu Hyunmin dan Haejin? Hyunmin terlihat tertawa begitu lepas begitu juga Haejin dengan wajah merajuknya. Kenapa mereka terlihat sangat akrab? Mengapa Hyunmin bisa tertawa seperti itu? Mengapa mereka bisa pulang berdua? Bukannya tadi Haejin sudah akan naik bus? Dan Hyunmin sudah pulang duluan? Mengapa? Mengapa? Begitu banyak pertanyaan dikepala Chaekyung saat ini dan ia sangat frustasi karena ia tak punya satupun jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tadi. Apakah temannya berkhianat? Ia tidak tau, yang jelas ia sekarang merasa kepalanya mendidih, tangannya dingin, lututnya terasa lemas dan jantungnya berdegup keras. Haejin-ah, apa kau mengkhianatiku?.
******
0 comment:
Posting Komentar