[LAST CHAPTER] AITAKATTA

Jumat, 10 Februari 2012

Halooooooo~~~
heheheheheh
maaf ya udah lama hiatus alias g muncul muncul 
aku datang lagi bawa chapter selanjutnya! chapter terakhir!
sebenarnya ini udah kelar dari beberapa hari yang lalu, tapi aku belum sempet nge-dit sama nge-post-nya...
sempetnya baru sekarang :D

nah,,karena ini chapter terakhir,,
panda mengucapkan makasiiii banyak banyak banyak buat yang setia baca FF ini dari awal ampe akhir, ngomen, nge-like, meskipun silent readers juga makasi, aku tau kok dalam hati kalian memuji cuman ngga tau mau ngomong apa*siramin panda pake bensin* xD

nah nah nah,,
chapter terakhir ini agak panjang, POV-nya juga ganti, alurnya juga lompat lompat,,jadi dibutuhan konsentrasi lebih hehehehehe

yang dukung RamYeon (karam-jiyeon) ?
yang dukung JiHyun (jiyeon-hyunmin) ?

ayoooo,,,kita check chapter gaje berikut ini
*semoga ending-nya g mengecewakan dan panda ngga dibakar sama chinguya*

ekekekeke makasi banget yaa*tearing

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Title : AITAKATTA (i wanna see you)



AUTHOR : HASHLINPANDA



cast :



- Ji yeon T-ARA



- Karam DGNA



- Hyunmin DGNA



- Chiharu (OC)



- yoshito (OC)



- dan tokoh pendukung lainnya yang merupakan OC





*OC : original character





Genre :



Romance, comedy, drama,





Rating :



Teen





NO SILENT READERS

NO PLAGIATOR



----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

No matter what happens to us, let’s get through it together
Let’s dream of happy dreams and share our sadness
Let’s go seach for tomorrow by looking up towards the sky
I want to cherish the mermories from when we met
I’ll continue to protect you, and hold onto you tightly.
(Daikoku danji-Love story)




Aku mengadahkan tangan dan menatap langit yang mendung. Hujan turun dengan lebat. aku menghela nafas pelan, Sudah lebih 3 minggu aku tak bertemunya. Dan ternyata aku tak sekuat yang aku bayangkan. Aku terlalu lemah, semoga keadaan seperti ini tak lama lagi. Karam akan sembuh dan kembali ke sisiku.

“sudah lama?” tanya hyunmin yang baru datang basah basahan.

“ya! Kau basah begini!”

“daijoubu” ujarnya seraya mengacak tas-nya kemudian mengeluarkan notes itu. Yah, aku janjian dengannya di depan department store ini untuk mengambil notes balasan dari karamie.

“domo arigatou hyunmin-ah,,” aku langsung memeluk notes itu. buku ini pernah disentuh karam, buku ini berisi tulisan karam. Hyunmin hanya tersenyum kecil.

“kau baik baik saja?” tanya hyunmin kemudian

“huh? Maksudmu?”

Hyunmin menghela nafas dan menatapku ragu, air yang membasahinya menetes satu persatu dari rambutnya.

“menurutmu sampai kapan keadaan ini akan bertahan?”

“maksudmu?” tanyaku lagi

“kau..harus merelakannya..”

Hatiku langsung berdegup, inilah hal yang paling tidak ingin kudengar, tidak ingin kupikirkan, bahkan tidak ingin kuketahui.

“hentikan,,aku,,tidak ingin membahasnya” lirihku sambil mempererat genggamanku pada notes itu

“jiyeon-ah,,kau harus tau keadaan oniichan sebenarnya..aku bertemu dengannya kemarin”

“kau? Bertemu dengannya? Kenapa tidak mengajakku?”

 “beberapa hari lagi dia akan pulang” lanjut hyunmin tanpa menghiraukan pertanyaanku barusan

Aku mengadahkan kepala dan menatap hyunmin. Pulang? Benarkah?.

“dan  dia juga berniat masuk sekolah kembali minggu depan..” lanjutnya

“honto? (benarkah?) apa..karamie sudah sembuh?” tanyaku ragu

Hyunmin menggeleng, raut wajahnya terlihat suram

“kalau begitu kenapa dia pulang? Kenapa dia mau pergi sekolah? Harusnya ia tetap dirumah sakit kan?”

“itu keinginan-nya, itu pilihan yang diambilnya, aku, kau, bahkan orang tua ku tak bisa menghalanginya lagi,” hyunmin menatapku dalam

Aku membekap mulutku, tidak mungkin

“pada akhirnya semuanya kembali pada yang diatas..” lirihnya

“kenapa kau mengatakan hal ini padaku?”

“hah?”

“kenapa kau menceritakan semua ini padaku? Kau mau menakutiku?” aku menyeka air mataku yang dari tadi sudah keluar

“jiyeon-ssi, bagaimanapun kau harus merelakannya,,” hyunmin mengenggam pergelangan tanganku

Aku masih menangis, “jahat sekali..! kenapa kau selalu ingin melihat ku kesusahan? Kau hanya ingin melihat aku menderitakan?”

“chigaiyo!(bukan!) Aku hanya ingin kau tau ke adaan sebenarnya, aku..”

Plakk

Aku menampar hyunmin

Ia memegang pipinya dan menatapku tak percaya.

“berhentilah membuatku mendrita...” lirihku

“aku tidak pernah ingin membuatmu menderita..” tukas hyunmin

“cih, lalu yang selama ini kau lakukan itu apa?”

Hyunmin menyeka poninya yang basah “ kenapa kau keras kepala sekali hah? Karena aku sayang padamu makanya aku tak ingin melihatmu menderita!”

Aku membulatkan mataku. Apa aku tak salah dengar? Sayang katanya?. Tatapan hyunmin membuktikan bahwa perkataannya barusan bukanlah lelucon untuk memeriahkan suasana, sepertinya ia serius. Aku memalingkan wajahku, dan mulai melangkah pergi. Aku tidak mau melihatnya lagi hari ini, dia sudah terlalu menghancurkan hariku. Aku tidak ingin mempercayai siapapun hari ini. Tidak, aku belum bisa menerima kenyataan yang ada.

********

“jiyeon-ah? Kau dari mana basah-basahan begitu? “ tanya appa ketika aku baru tiba dirumah

“eum? Tidak ada, kenapa appa ada dirumah jam segini?”

“hari ini appa akan melanjutkan pekerjaan dirumah saja, ngomong ngomong buku apa itu?”

Aku langsung meyembunyikan notes itu dibalik punggungku “nandemonai (tidak ada apa apa)” dan langsung berlari kelantai 2, kamarku.

***********

Ting tong

“haiii (yaa)”

Ting tong

“hai hai,,chotto matte!(yaa,,tunggu sebentar!)” seru jihwan yang sedang melesat dari tangga

Ting tong

Lagi lagi bel berbunyi

“hai! Dare desuka!(ya,,siapa?)” seru jihwan kesal karena pemencet bel membuat kesabarannya habis

Ia mebuka pintu dan menemukan seseorang yang tidak asing baginya/ wajah itu terlihat tidak asing anehnya ia tidak ingat pernah bertemu dan siapa orang itu.

“dare desuka? (siapa ya?)” tanyanya lagi

Cowo itu tersennyum “aku karam, nuna-mu ada?”

Karam? Anak yang kutemui dirumah sakitkah? Jihwan memperhatikan karam, ia datang dengan Hoddie merahnya, dan celana jins. karam terlihat lebih kurus dan pucat dibandingkan dari waktu itu, dan lagi, rambutnya lebih tipis dari yang dulu.

“jiyeon nuna? Dia tidak ada dirumah”

“eh? Memangnya jiyeon-chan kemana?”

Jihwan terlihat berpikir sejenak “ah!” ia menjentikkan jarinya, karam menatap jihwan heran.

“akhir akhir ini nuna suka pergi ke tepian sungai didekat kuil,,”

“ah,,so desuka, domo arigatou jihwan-kun (ah, begitu, terimakasih banyak)” karam membungkuk dan beranjak pergi

“matte!(tunggu!)” seru jihwan, karam pun berpaling

“daijoubu desuka?(are u okay?) Kau terlihat pucat..” ujar jihwan khawatir melihat karam yang sepertinya bisa jatuh pingsan kapan saja.

Ia tersenyum lebar “ daijoubu (im okay), kau tak perlu khawatir”

*********

                Aku merebahkan tubuhku direrumputann ditepian sungai. Akhir akhir ini sungai ini mejadi tempat pelarianku semenjak aku menemukan tempat ini. Aku menatap langit, awan berarak berbentuk kapas kapas halus, membuatku ingin menggapai dan menyentuhnya. Perlahan lahan pendaran warna orange menyebar diatas sana.langit sore ini terlihat begitu cerah dan lembut. Pemandangan langit disore hari menjadi favoriteku akhir akhir ini.

                “itu keinginan-nya, itu pilihan yang diambilnya, aku, kau, bahkan orang tua ku tak bisa menghalanginya lagi,”

                Aku kembali teringat perkataan hyunmin hari itu. Perkataan yang membuat risau hari hariku. Pernyataan yang bahkan tidak ingin aku pikirkan. Membaca notes dari karam dimalam itupun tidak membuat perasaanku lebih baik.

                Apakah dia berbohong padaku? Apakah semua yang ditulisnya itu hanya bohong? Setiap kalimat yang ditulisnya menggambarkan bahwa ia baik baik saja, bahwa setiap hari ia selalu berusaha, bahwa ia selalu ingin ada disisiku, apakah itu bohong?. kenapa hyunmin malah berkata seolah olah karam sudah lelah dengan hidupnya?.

“ kenapa kau keras kepala sekali hah? Karena aku sayang padamu makanya aku tak ingin melihatmu menderita!”

                Aku mendengus. Sayang padaku? Tidak ingin melihatku menderita? Kau gila? Aku yakin semua kesadarannya saat itu sudah luntur karena hujan yang membasahinya. Aku benci padamu hyunmin, aku benci sekali!.

“jiyeon-chan?” panggil seseorang

Jantung ku berhenti, leherku terasa kaku untuk menoleh dan menemukan sumber dari suara barusan

“jiyeon-chan?”

Apa aku berhalusinasi? Apa aku sangat merindukannya karena itu aku seperti mendengar suaranya? Tapi kenapa kedengaran begitu nyata

“nee,,,,jiyeon-chan!”

Tiba tiba wajahnya sudah muncul dihadapanku, aku segera duduk dari posisi tiduranku tadi tanpa mengalihkan pandanganku dari wajah angelic-nya

“ka,,karamie?”

“ogenki desuka?(apa kabarmu?)” sapanya penuh senyum

“karamie” aku masih tak percaya bahwa yang dihadapanku sekarang ini adalah karamie

“tadaima,,(aku pulang)” ujarnya lagi sambil mengelus rambutku, aku langsung memeluknya erat

“hai! okaeri! (ya! selamat datang!)” serunyu penuh tangis, karam menepuk nepuk pelan punggungku

“hai,,hai,,hai,,nakainaide(jangan menangis)” ujarnya menenangkanku

Aku melepaskan pelukan dan menatap wajahnya, ia terlihat lebih kurus dan pucat. Tapi inilah karam, karam yang sudah lama tak kulihat, karam yang selalu membuatku khawatir.karam yang selalu tersenyum setiap kali aku menatapnya.  Dia karam-ku.

Tiba tiba aku teringat sesuatu “daijobu? Kau sudah sembuh?”

Ia tersenyum kecil “jika tidak mana mungkin sekarang aku muncul dihadapanmu, tadi aku sudah kerumahmu, dan kata adikmu---“

“karamie,” panggilku memotong penjelasannya

“nani?” tanyanya heran

“arigatou..” ucapku pelan

“hah?”

“domou arigatou, sudah kembali kesisiku” ujarku lagi

Karam tertegun dan menatapku, untuk beberapa saat aku tak bisa merasakan apa apa dari tatapannya itu, sampai kemudian ia tersenyum.

“hai, terimakih juga, sudah menungguku..”

“baka!(bodoh) Tentu saja aku akan menunggumu..”

“honto?(benarkah?) Kau tidak emnemukan laki laki yang lebih menarik?”

“ya! Tidak ada lelaki yang menarik dibandingkan dirimu!”

“whoaa,,aku jadi tersipu,,” ledek karam, aku memukul bahunya pelan.

Kami tertawa, kemudian suasana menjadi hening. Aku dan dia saling bertatapan, seolah rasa rindu yang meluap ini tak bisa terlepas walaupun sudah ribuan kali diucapkan.

“ya! Karamie..” panggilku

“ne?”

“kau masih sakit?”

“eoh? Doushitano?”(memangnya kenapa?)

“kimi o kissu shitai( i wanna kiss u)” lirihku pelan seraya menunduk yang sedetik kemudian kusesali,aku jadi seperti hentai (yadong)

Karam melongo, aku menggaruk garuk kepalaku yang tak gatal dan memalingkan muka.

“ang,,anggap saja aku tak mengatakan apa apa..” kilahku

Aku dapat melihat karam yang tersenyum dari sudut mataku, aku memberanikan diri untuk kembali menatapnya. Senyum dari bibirnya semakin terkembang, akupun ikut tersenyum. Ia mengenggam tanganku dan mendekatkan wajahnya padaku. Spontan aku menutup mataku.

                Tapi yang kunantikan tak kunjung kurasakan. Akupun kembali membuka mataku perlahan dan menemukan senyuman usil karam.

“sepertinya kau benar benar ingin dicium ya...” goda karam

Aku mem-poutkan bibirku “ya! Kenapa kau jadi menyebalkan begini! Jangan jangan kau----“

                Protesanku terhenti karena tiba tiba karam menempelkan bibirnya ke bibirku. Kemudian ia menatapku. Dan kembali menciumku.ciuman yang hangat dan lama.  Aku melingkarkan tanganku dilehernya. Tuhan, aku sangat mencintainya, kumohon, jangan ambil dia.

************

“kau ingat saat pertama kali kita bertemu” tanya karam padaku yang sedang bersandar dibahunya.

Aku mengangguk pelan “ waktu itu kau memungut gantungan kunciku”

“sebenarnya waktu itu aku terus memperhatikanmu..”

“eh?” memperhatikanku?

Karam mengangguk “waktu itu aku datang kepagian karena terlalu semangat setelah tidak pergi sekolah sekian lama, sehingga aku meninggalkan hyunmin dibelakang, karena sudah lama tak sekolah, sekolah terlihat berbeda olehku, dan aku lupa dimana lokerku..”

“kau lupa dimana lokermu?” tanyaku menahan tawa

“haha,,eumm,,ketika mencari loker aku melihatmu, kau sedang membuka lokermu, entah kenapa saat itu kau terlihat begitu bercahaya dan rambutmu melambai lambai saat angin berhembus, kau tau, saat itu aku tertegun beberapa saat” ujarnya sambil mencubit hidungku

“aww,,,benarkah?”

“aku ingin mengajakmu berbicara, tapi aku sangat malu, dan untung saja saat itu gantungan kuncimu jatuh,,,” karam menatapku lekat lekat

“karena itu kita dipertemukan, dan saat itu jugalah aku jatuh cinta padamu” ujarku, karam tersenyum

“kita sudah ditakdirkan untuk bertemu dan saling mencintai” lanjutku

“hemm,,aku sangat berterimakasih pada tuhan  karena itu, sungguh jalan hidup yang sangat indah...” timpal karam

*********

Author POV*falshback

                Angin sepoi sepoi berhembus dari jendela rumah sakit membuat tirai tirai putih bertebangan. Udara hangat musim panas menerpa wajah mungil karam. Ia membuka matanya. Menatap kosong ke arah langit langit.

                Tidak tau apa yang ia pikirkan, pikirannya jadi kacau semenjak okasan-nya meningkalkan ruangan beberapa menit yang lalu. Saat itu dokter datang dan ingin berbicara serius dengan okasannya. Dan dengan wajah cemas namuk dioaksakan tenang itu okasan menyuruhnya untuk menunggu sebentar.

                Karam mengalihkan pandangan ke arah kelender yang terletak dimeja yang ada didekatnya, dan diraihnya dengan tangannya yang ber-infus. Ditatanya kelender yang sudah ia coret setiap hari. ia mencoba mencari spidol yang biasa ia gunakan, dan menggunakannya untuk memberi tanda silang untuk hari ini.

“terimasih tuhan, hari ini aku masih dapat melihat wajah okasan” gumamnya seraya tersenyum samar

                Tiba tiba suara decitan pintu terdengar, ternyata okasan dan dokter tadi. Karam tersenyum kecil menyambut mereka berdua. Kemudian ibunya duduk disampingnya dan mengenggam tangannya. Karam menatap wajah okasannya dengan bingung. Walaupun okasannya tersenyum, tapi ia dapat mengetahui  kalau okasannya tadi menangis.

“karam-kun, dokter sudah memperbolehkan kau pulang kerumah” ujar ibunya dengan nada riang, karam melongo dan mengalihkan pandangannya ke dokter tadi

“honto? Aku boleh pulang?” tanyanya kepada dokter dan dokter itu mengangguk pelan. Tentu saja karam sangat senang bisa keluar dari rumah sakit ini, dia dapat kembali bertemu hyunmin, jiyeon, dan pergi kesekolah.  Okasannya mulai menangis, sepertinya ia sudah tak dapat berpura pura tegar lagi didepan anaknya.

“okasaan,,nakanaide...”

“karam-kun! Okasan mohon, pikirkan lagi semuanya, okasan akan selalu mendukungmu, maka berjuanglah sekali lagi, demi okasan! Okasan mohon!” tangis okasannya meledak seraya mengenggam erat tangan karam, karam tersenyum kecil.

“aku tidak apa apa okasan, aku sudah tidak apa apa, sungguh..semua sudah mencapai batasnya,,” ujarnya meyakinkan okasannya, okasan tertegun mendengar kata anaknya itu. Dan memeluk karam. Ia memeluk anaknya itu dengan erat seolah olah tak ingin anak itu pergi darinya.

*********

JIYEON POV

                Aku pulang dengan langkah ringan. Apa lagi yang lebih indah pada hari ini? Hari ini aku kembali bertemu dengan karam! Dan berciuman!dan dia juga akan mengatakan masuk sekolah beberapa hari lagi! Hahaha, aku tersenyum-senyum seperti orang gila ketika memasuki rumah dan menemukan appa yang melipat tangannya dibalik pintu.

“appa? Sedang apa disini? Didepan pintu,,dan...” appa mengeluarkan notes biru dari balik pungunggnya

“appa! Kenapa notes itu ada padamu!”akupun merusaha merebut kembali notes itu dari tangn appa, tapi tak berhasil.

“appa!!” seruku lagi, aku kesal! Apa appa membaca semuanya?!

“appa tak suka kau dekat dekat dengan anak itu, appa juga menemukan kertas ulangan yang kau sembunyikan, semua nilainya jelek! Sejak kapan kau jadi pemalas begini jiyeon-ah!”

“tapi appa tidak seharusnya juga membaca notesku!”

“ya! Sekarang kau sudah berani meneriaki appamu karena seorang cowok!”

“appa memang tidak seharusnya membaca barang pribadiku!”

PLAKK

Tangan appa mendarat dipipiku, appa menamparku, untuk pertama kalinya dalam hidupku appa menamparku. Appa terlihat merasa bersalah.

“ji,,jiyeon-chan”

Aku langsung berlari kekamar! Aku benci appa! Aku benci hyunmin! Aku benci semua orang! Kenapa seolah olah didunia ini orang baik yang kukenal hanyalah karam?.

*******

Author POV

                Appa jiyeon berjalan teburu-buru, hari ini mobilnya rusak, sehingga ia harus berjalan kehalte didekat rumahnya untuk pergi bekerja. Sesampainya disana ia duduk sebentar menenangkan nafasnya yang tersengal sengal, sudah lama sekali ia tak berlari lari seperti ini.

                Tiba tiba matanya menemukan sosok yang pernah ditemuinya. Anak dengan rambut lembut dan bulat. Wajahnya putih dan sangat cantik untuk ukuran cowo. Jika hari itu ia tidak mengenakan celana mungkin appa jiyeon sudah mengira dia adalah teman cewek jiyeon.

                Tanpa sadar Appa jiyeon memfokuskan pandangannya kearah anak yang bernama karam itu, yang sepertinya juga sedang mengunggu bus seperti dirinya . Ia melihat berkali kali anak itu memegangi kepalanya, sepertinya ia pusing.

                Appa-pun melengkah mendekati karam. “daijoubu?” tanyanya seraya menyentuh bahu karam pelan. Karampun menoleh.

“ah,,dai,,jo,,” perkataannya berhenti ketika menyadari orang yang ada dihadapannya sekarang

“ah,,appa-nya jiyeon? Annyonghaseyo ajussi!” sapanya seraya membungkuk dengan semangat, hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang dilakukannya barusan.

“kau masih sakit?” tanya appa lagi

Karam tersenyum dan menggaruk kepalanya “ah, sedikit..”

“lalu kenapa berjalan sendirian, berbahayakan?” nasehat appa jiyeon yang juga khwatir, bagaimana kalau anak ini tiba tiba pingsan dijalanan?. Karam membalasnya dengan cengengesan, appa menatap karam dengan penuh simpati, bagaimana anak yang terlihat sangat pucat bisa selalu tersenyum dan bersemangat?.

                Tiba tiba appa teringat sesuatu dan mengacak tas-nya. Karam menatap heran ke arah ajusshi yang sekarang ada dihadapannya itu, tak lama kemudian sebuah notes biru keluar. Karam langsung melongo, dan mengalihkan pandangannya ke arah appa jiyeon. Kenapa notes ini bisa ada pada appa jiyeon.

                Seolah bisa membaca pikiran karam appa jiyeon berkata “ kemaren aku menyitanya dari jiyeon, karena akhir akhir ini nilai anak itu jelek sekali” dan menyodorkan notes biru itu. Karam menyambutnya dan masih menatap notes itu dengan heran.

“gomen ajussi, aku sudah membuat anakmu...”

“daijoubu,,aku hanya berharap kau jangan pernah membuatnya sedih” ujar appa jiyeon seraya tersenyum. Karam tertegun dan kemudian tersenyum samar.

“aku....”

“ah! Itu biss nya datang! Aku duluan ya karam-ah, lain kali kita lanjutkan, sekali sekali berkunjunglah kerumah kami” tawar appa jiyeon sambil menepuk-nepuk pelan bahu karam, kemudian berlari ke arah bus.

                Karam masih termenung, kemudian ia menatap notes biru itu, mengenggam buku itu dengan erat sehingga buku itu menjadi sedikit remuk. Ia terisak, dadanya terasa sesak, hatinya tertusuk sangat dalam sehingga ia tak bisa menahan air matanya lagi.tak peduli dengan bisikan dan tatapan orang orang dihalte kepadanya. Pedih, ini sangat pedih.Ia memegang dadanya.

“kenapa dibagian sini sakit sekali? Kenapa? Kenapa aku tak bisa melindunginya lebih lama lagi? Kenapa aku tak bisa menemaninya lebih lama lagi?” lirihnya dalam sela tangisnya

                Yang selalu kulakukan hanya membuatnya sedih, maafkan, maafkan aku yang egois jiyeon-chan, maafkan aku tak mau melepoasmu meskipun aku tau aku tak bisa menemanimu lebih lama lagi, maafkan aku yang masih ingin menahanmu sampai saat itu tiba. Maafkan aku.

                Karam menyeka air matanya, dan menatap notes biru itu dengan pandangannya yang kabur karena air mata. “haruskah aku menuliskannya disini?” gumamnya

******

JIYEON POV

                Aku membuka lockerku pelan, dan mengambil cermin yang ada didalamnya, mematuti diriku dihadapan cermin.pikiranku mulai melayang, Pada hari itu  Karam berkata ia akan pergi sekolah 2 atau 3 hari lagi. Kemarin, ia tak datang. Karena itu sekarang ia akan datang. Kalaupun hari ini ia tak datang, besok, atau besoknya lagi ia pasti akan datang, karena aku percaya karam, ia tak pernah mengingkari janjinya.

                Aku berjalan tanpa semangat kearah kelas, hari ini aku sengaja datang terlambat. Kemarin aku datang cepat berharap aku bertemu dengannya seperti saat pertama kami nertemu dulu, ternyata nihil, ia tak datang.

                Aku membuka pintu kelas, dan benar saja. Bangku didepanku masih saja kosong. Bangku yang ditempati karam, pemiliknya masih belum kembali. Aku mengalihkan pandangan ke bangku hyunmin, hari ini anak itu juga tidak datang. Memang semenjak hari itu kami tak pernah saling berbicara lagi, tapi, aku merasakan sesuatu telah terjadi, kenapa karam dan hyunmin sepakat untuk tidak datang?.

“ne, jiyeon-chan, kenapa pagi pagi mukamu sudah ditekuk begitu?” tanya chiharu

Aku menggeleng pelan” aku khawatir pada karam, kenapa ia masih tidak pergi sekolah, bahkan min-kun juga”

“kau sudah menghubunginya?”

“sudah, tapi tak diangkat, dan juga aku malas menghubungi hyunmin”

Chiharu memelukku dari samping “mungkin mereka pergi liburan sekeluarga untuk merayakan kesembuhan karam, hei, positive thinking lah!” ujarnya menyemangatiku. Benar juga, kenapa aku jadi paranoid begini, bagaimanapun aku percaya pada karam.

***********

                Aku mengalihkan pandanganku kejendela. Dari tadi tidak ada satupun pelajaran yang kuperhatikan. Aku tak dapat berkonsentrasi. Pikiranku selalu tertuju pada karam, aku sangat mencemaskannya, mengkhwatirkannya dan juga, merindukannya. Aku ingin melihatnya. Ingin bertemu.

                Rrrrrrrttttt

                Tiba tiba aku merasakan getaran daru saku rok-ku. Aku langsung merogohnya diam diam berusaha tidak ketahuan sensei. Panggilan dari hyunmin. Aku menatap layar ponsel dengan heran. Ada apa iya menghubungiku ditengah jam pelajaran begini. Tanganku terhenti ketika ingin memencet tombol merah untuk mengakhiri panggilannya. Apakah ada hal yang penting. Akupun segera berdiri dan meminta ijin pada sensei untuk pergi ketoilet.

********

                Rrrrtttt

                Hapeku kembali bergetar ketika aku sudah cukup jauh dari kelas. Tidak seperti tadi, dengan segera aku mengangkat telponnya.

“moshi moshi?” ujarku

“ya, kenapa lama sekali mengangkat telp-nya?” balas seseorang diseberang, itu hyunmin, aku tau ini suara hyunmin, tapi entah kenapa, terdengar lain dari yang biasanya

“maaf tadi aku dikelas, doushite? Kalian kenapa tidak sekolah”

Keadaan jadi hening sesaat “oniichan masuk rumah sakit” ujarnya kemudian

“benarkah?!” darahku langsung berdesir hebat, karam sakit lagi?

Hyunmin hanya diam

“lalu dimana ia sekarang, dia baik baik saja kan?”tanyaku lagi dengan penuh khwatir

“dia baik baik saja, tapi dia sudah tidak disini lagi” lirih hyunmin

 DEG. Aku merasakan waktu disekitarku berhenti. Apa? Apa yang dikatakan hyunmin barusan?.

“ma..maksudmu?” tanyaku dengan bibir yang bergetar, lututku terasa lemah dan aku terduduk dilantai

“dia sudah tak ada, dia sudah pergi,,meninggalkan kita,,selamanya,,.” Jelas hyunmin terbata-bata, aku dapat mendengar isakan pelannya dari seberang sana

“tidak mungkin!” pekikku

“tidak mungkin! Kau bercanda kan! Kau pasti bercanda!” aku kehilangan kendali, air mataku mengucur deras, seluruh tubuhku bergetar hebat namun  sendi sendiku terasa lemas, aku tidak bercaya, ini bohong, bohong, karam tidak mungkin menggalkanku!

“kau tunggu disana aku akan menjemputmu, tunggu saja disana, tenangkan dirimu, jangan lakukan tindakan berbahaya” ujar hyunmin yang tak dapat kudengar dengan jelas.

Tuhan...tolong katakan,,semua ini bohong.....ini Cuma mimpi,,ini bukan kenyataan

Aku mohon,

***************




1 year later

“selamat atas kelulusanmu jiyeon-chan…!!!! Omedetou!” ucap chiharu sambil tersenyum manis.

“selamat juga atas kelulusanmu chiharu-chan” akupun membalasnya. Kami merayakan kelulusan kami di café dekat sekolah. Akhirnya setelah bersekolah 3 tahun disini kami bersiap untuk melanjutkan pendidikan kami ke jenjang lebih tinggi.

Yup, sudah 1 tahun semenjak karam  meninggalkanku. Memang hidupku masih bewarna,,tapi sudah tak secerah dulu. Tak ada lagi senyuman karam, tangannya yang membelai dan menyentuhku, juga kata katanya yang lembut. Aku rindu dia.

saat pertama kalinya meliat tubuh karam yang terbujur kaku aku langsung tak sadarkan diri, aku tidak sanggup menahan kesedihan ini.karam meninggal di usia 18 tahun karena leukemia tau kanker darah, setelah mengalami koma selama 3 hari. Ia meninggal dalam komanya.

Berbulan bulan aku kehilangan senyumku, jarang berbicara dan lebih sering berkurung dikamar. Memang, lama lama aku berangsur kembali, tapi tak ada seseorang yang tau, bahwa hanya diluar saja aku terlihat baik baik saja, sedangkan didalam, diriku perlahan lahan makin hancur. Aku tidak mempunyai tujuan hidup. Apa yang harus aku lakukan setelah setamat SMA ini?. Aku tak punya tujuan lagi, apa lagi yang aku harapkan dari dunia ini kalau karam sudah tak berada disunia yang sama denganku?.

**********

                Aku melangkah pelan menyusuri danau, danau yang aku kunjungi bersama karam dulu. Saat pertama kali kami jalan berdua. Tidak banyak orang yang bermain di tepian danau saat musim begini, yah, siapa yang mau bertarung dengan angin musim dingin?.

                Tak sengaja mataku menangkap seorang anak yang sedang berlari lari mengejar bebek. Didekatnya ada ibunya yang was was kalau kalau anaknya jatuh. Aku mendengus. Semenjak kepergian karam aku suka berpikir berlebihan. Kenapa orang lain berbahagia sedangkan aku tidak? Kenapa semua kehidupan tetap berjalan dengan normal meskipun karam tak ada lagi?

                Bahkan hyunmin-pun sekarang sudah dapat menjalankan kehidupannya dengan normal, tapi aku tak bisa seperti itu, aku masih tak bisa menerima karam sebagai suatu “kenangan”. Bagiku ia adalah masa lalu, masa sekarang dan masa depanku, dan sampai sekarang hal itu tak berubah.

L.O.V.E wanna tell you how i feel

Tiba tiba hape-ku berbunyi, aku segera merogoh kantong jaketku, kutemukan nama hyunmin ketika aku membuka flap hapeku.

“moshi moshi” aneh sekali, sudah lama sekali aku tidak berbicara dengan hyunmin, karena kebetulan saat kelas 3 kami tidak sekelas dan juga setiap melihat hyunmin, bayangan karam semakin terlihat nyata.

“jiyeon-ah?” ujarnya diseberang

“ya?” ujarku malas malas

“ima dokode? (lagi dimana?)Bisa ke rumahku?”

Aku mendengus “ kenapa aku harus kerumahmu?”

“karena aku menemukan sesuatu, cepatlah kesini” balasnya dan segera mematikan teleponnya. Aku masih terpaku dengn hape yang masih belum beranjak didekat telingaku. Menemukan,,sesuatu...? apakah itu?.

********

                Aku sudah sampai didepan rumah karam, yah rumah hyunmin juga. Aku tidak tau kenapa aku mau berlari lari kesini setelah menerima telfon dari hyunmin. Kenapa aku langsung percaya? Bisa saja ia bercanda kan? Tapi rasa penasaranku sudah kelewat batas, jika memang itu hanya bercanda, bersiaplah kau hyunmin, wajah tampanmu akan kurusak sehingga tak akan ada lagi mahasiwi yang akan tertarik padamu dikampus nanti. Akhirnya aku memencet bel.

                Tak lama kemudian munculah hyunmin, ia tersenyum tipis. Sudah lama aku tak melihatnya dari dekat, dan ku akui anak ini semakin tampan.

“masuklah..” ujarnya ramah

“kau ingin meminum sesuatu?” tanya hyunmin ketika kami sudah berada diruang keluarga, sepertinya dirumah ini Cuma ada hyunmin

Aku memendarkan padangan “dirumah ini tak ada orang?”

Hyunmin melongo, kemudian tertawa “ya, aku ada disini, memangnya aku bukan orang apa?”

“bukan maksudku..”

“hei! Aku tak akan menyerang cewek jelek sepertimu” ledeknya seraya meletakkan segelas minuman dihadapanku, aku mem-puotkan bibirku.

“apa yang akan kau temukan? Kau tau? Kalau kau bercanda kau akan...”

“hai hai hai,,wagatta,,(iya iya,,tau,,)” potongnya, ia bangkit dari sofa dan melangkah menuju sebuah lemari disudut ruangan dan mengambil sebuah notes yang sangat kukenal. Ia menyodorkan notes itu padaku. Aku menatapnya tak percaya.

“kenapa,,notes biru ini ada disini? Bukannya notes ini disita appa?” gumamku

“wakaranai,(aku tak tau juga) ambillah, ini punya kalian dan aku tau ini sangat berharga untukmu” ujar hyunmin dan kembali duduk disampingku.

                Aku masih belum melepaskan pandanganku dari notesku, enath kenapa jari jariku terasa berat untuk membuka lembaran lembaran yang ada dinotes ini.

“kau tidak ingin melihat isinya?” tanya hyunmin heran, aku mengangguk dan membalik lembaran notes itu satu persatu, tak ada yang berubah, tulisan tulisan lama kami masih ada disitu, masih tertoreh disana. Sampai aku meyadari sesuatu, ada satu tulisan yang belum aku baca, dilembar terakhir, ada tulisan yang belum pernah kulihat. Aku menatap hyunmin. Ia mengangguk seakan tau isi pikiranku. Apakah ini tulisan terakhir karam untukku?.

Rabu, terlihat hujan dari jendela kamarku
                Yosh, jiyeon-chan, apa kabarmu? Hehehe, padahal kita baru bertemu 2 hari lalu tapi entah kenapa aku sudah merindukanmu. Aku tidak sabar untuk pergi kesekolah dan bertemu denganmu lagi.
                Kau tau? Hari ini aku bertemu dengan appamu, aku bertemu dengannya dihalte pagi ini ketika aku ingin mecari udara segar. Dan ia memberikan notes ini padaku, Sepertinya kau sedang bertengkar dengan appamu ya? Hey, berbaikanlah,,
                Dan juga ia mengatakan padaku agar tidak membuatmu bersedih. Aku langsung tertegun dan langsung berpikir selama ini aku selalu membuatmu sedih, membuatmu menderita, untuk hal itu, gomenne (maaf).
                Gomenne, karena mungkin aku tak bisa melindungimu lebih lama lagi, mungkin aku tak bisa bersamamu lebih lama lagi, mungkin aku tak bisa tersenyum padamu lebih lama lagi. Karena aku akan pergi..
                Aku juga tak dapat memastikan padamu, kalau aku akan tetap bersamamu walaupun suatu saat nanti aku sudah tak ada didunia ini. Karena aku tidak tau, jika manusia mati ia akan kemana? Ke surga? Apa dari surga aku bisa melihat semuanya? Aku tidak tau, dan aku takut memikirkannya.
bicara soal takdir, memang benar kau dan aku ditakdirkan untuk bertemu, ditakdirkan untuk saling mencintai, ditakdirkan untuk bersama, tapi semua itu bukan untuk selamanya, karena, didunia ini tak ada yang abadi jan?
                Aku juga minta maaf karena masih banyak hal yang belum kita lakukan bersama sama. Misalnya pergi bersenang-senang, menemanimu belanja, kencan sepulang sekolah, belajar bersama, bahkan merayakan ulang tahun bersama. Heuuh, kadang akau menyesali hidupku yang rasanya akan berakhir singkat ini.
                Datte, daijoubu, (but, its okay) aku bersyukur dikehidupanku yang singkat ini aku masih sempat merasakan cinta bersama denganmu. Menghabiskan waktu denganmu, menatap wajahmu, senyummu, mengenggam tanganmu, memelukmu dan menciummu. Aku sudah sangat bahagia sekali bisa melaluinya bersamamu.
                Tapi, hal itu mari kita jadikan sebuah kenangan saja. Jarum jam terus berputar, kau akan terus berjalan menjalani hidup dan bertemu dengan orang orang baru, semakin hari umurmu akan bertambah dan kau akan menjadi dewasa.
                tapi, Aku takut kau melupakanku, karena, orang mati akan benar benar mati ketika tak ada seorangpun yang masih mengingat kehadiran dirinya. Aku mohon biarkan aku hidup dihatimu, aku hanya meminta sedikit ruang dihatimu untuk mengingat kalau aku pernah ada, karena aku tidak ingin dilupakan begitu saja oleh cinta pertamaku.
                Dan sisanya, bisa kau berikan untuk orang yang kau cintai, selain aku tentunya, hehehe, ingat kau harus menemukannya! Kau pasti akan menemukannya! Seseorang yang yang mencintaimu dan menyayangimu sepenuh hati.ingat masih banyak orang yang menyayangimu jiyeon-chan ^___^.
Aku harap kau selalu sehat dan bersemanagat enjalani hidupmu! Jangan disia siakan, ganbatte ne, hwaithiing!
AISHITERU
KARAM

***********

                Aku menutup buku itu setelah berulang-ulang kali membacanya, aku menangis hebat. Kertas kertas notes itu menjadi sedikit basah karena air mataku, sedangkan hyunmin yang disampingku menepuk nepuk halus punggungku. Mencoba mengucapkan kata kata yang dapat menenangkanku.

“aitakatta, aku ingin meihatnya,,aku ingin mendengar suaranya,,aku merindukannya min-kun” isakku, hyunmin menarikku kepelukannya. Aku masih terus menangis. Hyunmin membelai pelan rambutku.

“nakanaide, oniichan pasti sudah bahagia disana, sekarang kau juga harus memikirkan kebahagiaanmu”

“aku tidak bisa min-kun, aku butuh dia untuk bahagia!”

“meskipun aku? Apa aku juga tak bisa membuatmu bahagia?” hyunmin melonggarkan pelukannya dan menatapku dengan mata jernihnya. Aku hanya diam, aku tidak tau harus berkata apa, hyunmin menghela nafas.

“kalau begitu begini saja, jika lima tahun lagi kau masih tak dapat menemui orang yang kau cintai dengan sungguh sungguh, maukah kau mencoba untuk menyayangiku?”

Aku tertegun mendengarkan perkataan hyunmin, sejak kapan anak ini polanya berpikirnya jadi sedewasa ini. Ia masih terus menatapku dengan matanya. Aku mendengus dan meyeka air mataku.

“apakah ini artinya kau sedang melamarku?” ujarku setengah meledeknya, ia langsung melepaskan tangannya dari bahuku.

“kau gila? Ini bukan lamaran, hanya tawaran untuk menyelamatkanmu agarkau tak jadi perawan tua!” serunya, tapi aku tau ia berbohong dengan melihat wajahnya yang sangat memerah, bocah satu ini. Aku tertawa lepas, aku tidak ingat kapan terakhir kali aku tertawa seperti ini, aku merasakan beban dipundakku terlepas.

“kalau begitu, aggap saja ini sebagai suatu taruhan” ujarku disela sela tawa

*********
AUTHOR POV

DESEMBER 2011

                Hari masih menunjukkan pukul 6.30 pagi, tapi jiyeon sudah berada ditepi danau. Ia mengenakan Jacket tebal dan syal untuk menghalau rasa dingin yang mendera. Ia melempar remah remah roti untuk para bebek bebek yang ada disana. Jiyeon memperhatikan  bebek bebek yang sedang sibuk berebut makanan dengan senyum mengembang.

                Ia mengambil hapenya dan mencoba memotret bebek itu, matanya menerawang melihat hasil jepretannya itu. Dulu, beberapa tahun yang lalu dia juga pernah kesini dengan seseorang, tertawa, ngobrol dan mengambil beberapa foto.

                Ia menatap pantulan dirinya di air danau yang jernih. Sudah 3 tahun lebih ia tak bertemu orang itu, ya karam dan ia tak akan pernah bertemu dengannya lagi. . Walaupun sering merindukannya, ia sudah berjanji pada diri sendiri, tidak akan melihat kebelakang sesering yang dulu lagi. Ia tidak melupakan karam, karena orang yang mati hanya dapat hidup dihati orang yang ditinggalkan. Namun, ia sadar, kalau roda kehidupannya masih terus berjalan, dan ia tak boleh menyiakannya.

                Ia mengembus nafas sehingga terbentuk uap dari mulutnya, cuaca semakin dingin, tapi ia masih tidak ingin beranjak. Tiba tiba sebuah lengan mendekapnya dibelakang, menyandarkan kepalanya dibahu jiyeon, jiyeonpun menoleh dan menemukan wajah hyunmin. Jiyeon tersenyum kecil.

“hei, bagaimana kau tau aku ada disini?”

“appamu yang memberi tahuku” ujarnya tanpa membuka matanya, ia seolah olah sedang tertidur dari bahu jiyeon

“hei, menyingkirlah, berat tauu” protes jiyeon sambil mecoba menyingkirkan lengan hyunmin yang mendekap tubuhnya

“dengan begini kan lebih hangat”

                Jiyeon tersenyum. Hyunmin, orang yang selalu ada untuknya. Tida peduli kata kata jelek apa yang jiyeon lontarkan untuknya. Hyunmin tidk pernah meninggalkan jiyeon, malah ia akan membalas dengan kata kata yang lebih jahat lagi.Hyunmin menolak semua cewek yang ada didekatnya demi jiyeon, meskipun jiyeon bukan siapa siapanya, meski jiyeon tidak memberikan apapun padanya, ia selalu tulus menolong jiyeon.

                Jiyeon menyenderkan kepalanya kekepala hyunmin. Dan menghela nafas.

“ne, min-kun”

“nani,,” balasnya malas malas

“aku pikir kau tak usah menungguku lagi,,” lirih jiyeon

Hyunmin langsung membuka matanya dan bangun dari bahu jiyeon “doushite?” tanyanya heran

Jiyeon menatap hyunmin “karena aku sudah menemukannya, menemukan orang yang kucintai,,karena sekarang sudah berjalan sudah lebih 3 tahun, kau tidak perlu menungguku 2 tahun lagi”

                Hyunmin menatap jiyeon dengan penuh keputus asaan, ekspresi jiyeon bukanlah seperti orang yang bercanda. Padahal ia terus memberikan perhatian pada jiyeon, selalu ada didekatnya saat dibutuhkan, sudah selama ini? Ternyata usahanya sia sia, karena jiyeon sudah menemui pria yang dicintainya.

                Hyunmin menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya. Ingin rasanya ia menceburkan diri ke danau sehingga mati beku.

“kalau itu keputusanmu, apaboleh buat” gumamnya pahit

                Jiyeon tersenyum, hyunmin menatap jiyeon heran. Perlahan jiyeon mendekat dan mengecup bibir hyunmin. Hyunmin mundur beberapa senti saking kagetnya. Jiyeonpun tergelak.

“2 sama..” ujarnya sambil menunjuk hyunmin, hyunmin yang tadi Cuma molongo ikut tergelak.dan menarik jiyeon kedalam pelukannya.

“kenapa harus menunggu sampai 5 tahun kalau sekarang aku sudah jatuh cinta padamu..” ucap jiyeon

“berarti aku menang taruhan” ledek hyunmin, jiyeonpun memukul punggung hyunmin .

                Jiyeon memeluk hyunmin erat, Hyunmin yang dulu sangat ia benci, hyunmin yang jahat tapi juga baik padanya, hyunmin yang selalu ada, hyunmin yang aneh dan pemarah, namun juga sabar, dan juga hyunmin ciuman pertamanya. Ciuman yang dulu berawal dari lelucon dulu, sekarang menjadi sungguhan. Karam adalah bagian dari hidupnya yang paling berharga, mungkin memang masa lalunya adalah karam, tapi saat ini dan seterusnya, hyunmin-lah, hyunmin lah akan bersamanya.

jiyeon mengadahkan kepalanya kelangit yang perlahan lahan semakin terang, dan tersenyum tipis.

ne, karam, apakabarmu? baik baik saja kan? Aitakatta (i miss u/ i wanna see u)

________________________________FIN_________________________________________




0 comment:

Posting Komentar