Halooooooo~~~
heheheheheh
maaf ya udah lama hiatus alias g muncul muncul
aku datang lagi bawa chapter selanjutnya! chapter terakhir!
sebenarnya ini udah kelar dari beberapa hari yang lalu, tapi aku belum sempet nge-dit sama nge-post-nya...
sempetnya baru sekarang :D
nah,,karena ini chapter terakhir,,
panda mengucapkan makasiiii banyak banyak banyak buat yang setia baca FF ini dari awal ampe akhir, ngomen, nge-like, meskipun silent readers juga makasi, aku tau kok dalam hati kalian memuji cuman ngga tau mau ngomong apa*siramin panda pake bensin* xD
nah nah nah,,
chapter terakhir ini agak panjang, POV-nya juga ganti, alurnya juga lompat lompat,,jadi dibutuhan konsentrasi lebih hehehehehe
yang dukung RamYeon (karam-jiyeon) ?
yang dukung JiHyun (jiyeon-hyunmin) ?
ayoooo,,,kita check chapter gaje berikut ini
*semoga ending-nya g mengecewakan dan panda ngga dibakar sama chinguya*
ekekekeke makasi banget yaa*tearing
Title : AITAKATTA (i wanna see you)
AUTHOR : HASHLINPANDA
cast :
- Ji yeon T-ARA
- Karam DGNA
- Hyunmin DGNA
- Chiharu (OC)
- yoshito (OC)
- dan tokoh pendukung lainnya yang merupakan OC
*OC : original character
Genre :
Romance, comedy, drama,
Rating :
Teen
NO SILENT READERS
NO PLAGIATOR
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
No matter what happens to us, let’s get through it together
Let’s dream of happy dreams and share our sadness
Let’s go seach for tomorrow by looking up towards the sky
I want to cherish the mermories from when we met
I’ll continue to protect you, and hold onto you tightly.
(Daikoku danji-Love story)
Aku mengadahkan tangan dan menatap langit yang mendung.
Hujan turun dengan lebat. aku menghela nafas pelan, Sudah lebih 3 minggu aku tak bertemunya. Dan ternyata
aku tak sekuat yang aku bayangkan. Aku terlalu lemah, semoga keadaan seperti
ini tak lama lagi. Karam akan sembuh dan kembali ke sisiku.
“sudah lama?” tanya hyunmin yang baru datang basah basahan.
“ya! Kau basah begini!”
“daijoubu” ujarnya seraya mengacak tas-nya kemudian
mengeluarkan notes itu. Yah, aku janjian dengannya di depan department store
ini untuk mengambil notes balasan dari karamie.
“domo arigatou hyunmin-ah,,” aku langsung memeluk notes itu. buku ini pernah disentuh karam, buku ini berisi tulisan karam. Hyunmin hanya
tersenyum kecil.
“kau baik baik saja?” tanya hyunmin kemudian
“huh? Maksudmu?”
Hyunmin menghela nafas dan menatapku ragu, air yang
membasahinya menetes satu persatu dari rambutnya.
“menurutmu sampai kapan keadaan ini akan bertahan?”
“maksudmu?” tanyaku lagi
“kau..harus merelakannya..”
Hatiku langsung berdegup, inilah hal yang paling tidak ingin
kudengar, tidak ingin kupikirkan, bahkan tidak ingin kuketahui.
“hentikan,,aku,,tidak ingin membahasnya” lirihku sambil
mempererat genggamanku pada notes itu
“jiyeon-ah,,kau harus tau keadaan oniichan sebenarnya..aku
bertemu dengannya kemarin”
“kau? Bertemu dengannya? Kenapa tidak mengajakku?”
“beberapa hari lagi
dia akan pulang” lanjut hyunmin tanpa menghiraukan pertanyaanku barusan
Aku mengadahkan kepala dan menatap hyunmin. Pulang? Benarkah?.
“dan dia juga berniat
masuk sekolah kembali minggu depan..” lanjutnya
“honto? (benarkah?) apa..karamie sudah sembuh?” tanyaku ragu
Hyunmin menggeleng, raut wajahnya terlihat suram
“kalau begitu kenapa dia pulang? Kenapa dia mau pergi
sekolah? Harusnya ia tetap dirumah sakit kan?”
“itu keinginan-nya, itu pilihan yang diambilnya, aku, kau,
bahkan orang tua ku tak bisa menghalanginya lagi,” hyunmin menatapku dalam
Aku membekap mulutku, tidak mungkin
“pada akhirnya semuanya kembali pada yang diatas..” lirihnya
“kenapa kau mengatakan hal ini padaku?”
“hah?”
“kenapa kau menceritakan semua ini padaku? Kau mau
menakutiku?” aku menyeka air mataku yang dari tadi sudah keluar
“jiyeon-ssi, bagaimanapun kau harus merelakannya,,” hyunmin
mengenggam pergelangan tanganku
Aku masih menangis, “jahat sekali..! kenapa kau selalu ingin
melihat ku kesusahan? Kau hanya ingin melihat aku menderitakan?”
“chigaiyo!(bukan!) Aku hanya ingin kau tau ke adaan sebenarnya,
aku..”
Plakk
Aku menampar hyunmin
Ia memegang pipinya dan menatapku tak percaya.
“berhentilah membuatku mendrita...” lirihku
“aku tidak pernah ingin membuatmu menderita..” tukas hyunmin
“cih, lalu yang selama ini kau lakukan itu apa?”
Hyunmin menyeka poninya yang basah “ kenapa kau keras kepala
sekali hah? Karena aku sayang padamu makanya aku tak ingin melihatmu
menderita!”
Aku membulatkan mataku. Apa aku tak salah dengar? Sayang
katanya?. Tatapan hyunmin membuktikan bahwa perkataannya barusan bukanlah
lelucon untuk memeriahkan suasana, sepertinya ia serius. Aku memalingkan
wajahku, dan mulai melangkah pergi. Aku tidak mau melihatnya lagi hari ini, dia
sudah terlalu menghancurkan hariku. Aku tidak ingin mempercayai siapapun hari
ini. Tidak, aku belum bisa menerima kenyataan yang ada.
********
“jiyeon-ah? Kau dari mana basah-basahan begitu? “ tanya appa
ketika aku baru tiba dirumah
“eum? Tidak ada, kenapa appa ada dirumah jam segini?”
“hari ini appa akan melanjutkan pekerjaan dirumah saja,
ngomong ngomong buku apa itu?”
Aku langsung meyembunyikan notes itu dibalik punggungku
“nandemonai (tidak ada apa apa)” dan langsung berlari kelantai 2, kamarku.
***********
Ting tong
“haiii (yaa)”
Ting tong
“hai hai,,chotto matte!(yaa,,tunggu sebentar!)” seru jihwan yang sedang melesat
dari tangga
Ting tong
Lagi lagi bel berbunyi
“hai! Dare desuka!(ya,,siapa?)” seru jihwan kesal karena pemencet bel
membuat kesabarannya habis
Ia mebuka pintu dan menemukan seseorang yang tidak asing
baginya/ wajah itu terlihat tidak asing anehnya ia tidak ingat pernah bertemu
dan siapa orang itu.
“dare desuka? (siapa ya?)” tanyanya lagi
Cowo itu tersennyum “aku karam, nuna-mu ada?”
Karam? Anak yang kutemui dirumah sakitkah? Jihwan
memperhatikan karam, ia datang dengan Hoddie merahnya, dan celana jins. karam terlihat lebih kurus dan pucat dibandingkan dari waktu itu, dan lagi, rambutnya lebih tipis
dari yang dulu.
“jiyeon nuna? Dia tidak ada dirumah”
“eh? Memangnya jiyeon-chan kemana?”
Jihwan terlihat berpikir sejenak “ah!” ia menjentikkan
jarinya, karam menatap jihwan heran.
“akhir akhir ini nuna suka pergi ke tepian sungai didekat
kuil,,”
“ah,,so desuka, domo arigatou jihwan-kun (ah, begitu, terimakasih banyak)” karam membungkuk
dan beranjak pergi
“matte!(tunggu!)” seru jihwan, karam pun berpaling
“daijoubu desuka?(are u okay?) Kau terlihat pucat..” ujar jihwan khawatir
melihat karam yang sepertinya bisa jatuh pingsan kapan saja.
Ia tersenyum lebar “ daijoubu (im okay), kau tak perlu khawatir”
*********
Aku
merebahkan tubuhku direrumputann ditepian sungai. Akhir akhir ini sungai ini
mejadi tempat pelarianku semenjak aku menemukan tempat ini. Aku menatap langit,
awan berarak berbentuk kapas kapas halus, membuatku ingin menggapai dan
menyentuhnya. Perlahan lahan pendaran warna orange menyebar diatas sana.langit
sore ini terlihat begitu cerah dan lembut. Pemandangan langit disore hari
menjadi favoriteku akhir akhir ini.
“itu keinginan-nya, itu pilihan yang
diambilnya, aku, kau, bahkan orang tua ku tak bisa menghalanginya lagi,”
Aku
kembali teringat perkataan hyunmin hari itu. Perkataan yang membuat risau hari
hariku. Pernyataan yang bahkan tidak ingin aku pikirkan. Membaca notes dari karam dimalam itupun tidak membuat perasaanku lebih baik.
Apakah
dia berbohong padaku? Apakah semua yang ditulisnya itu hanya bohong? Setiap
kalimat yang ditulisnya menggambarkan bahwa ia baik baik saja, bahwa setiap
hari ia selalu berusaha, bahwa ia selalu ingin ada disisiku, apakah itu bohong?. kenapa hyunmin
malah berkata seolah olah karam sudah lelah dengan hidupnya?.
“ kenapa kau keras kepala sekali hah? Karena aku sayang padamu makanya aku tak ingin melihatmu menderita!”
Aku
mendengus. Sayang padaku? Tidak ingin melihatku menderita? Kau gila? Aku yakin
semua kesadarannya saat itu sudah luntur karena hujan yang membasahinya. Aku
benci padamu hyunmin, aku benci sekali!.
“jiyeon-chan?” panggil seseorang
Jantung ku berhenti, leherku terasa kaku untuk menoleh dan menemukan sumber dari suara barusan
“jiyeon-chan?”
Apa aku berhalusinasi? Apa aku sangat merindukannya karena
itu aku seperti mendengar suaranya? Tapi kenapa kedengaran begitu nyata
“nee,,,,jiyeon-chan!”
Tiba tiba wajahnya sudah muncul dihadapanku, aku segera
duduk dari posisi tiduranku tadi tanpa mengalihkan pandanganku dari wajah
angelic-nya
“ka,,karamie?”
“ogenki desuka?(apa kabarmu?)” sapanya penuh senyum
“karamie” aku masih tak percaya bahwa yang dihadapanku
sekarang ini adalah karamie
“tadaima,,(aku pulang)” ujarnya lagi sambil mengelus rambutku, aku
langsung memeluknya erat
“hai! okaeri! (ya! selamat datang!)” serunyu penuh tangis, karam menepuk nepuk pelan
punggungku
“hai,,hai,,hai,,nakainaide(jangan menangis)” ujarnya menenangkanku
Aku melepaskan pelukan dan menatap wajahnya, ia terlihat
lebih kurus dan pucat. Tapi inilah karam, karam yang sudah lama tak kulihat,
karam yang selalu membuatku khawatir.karam yang selalu tersenyum setiap kali
aku menatapnya. Dia karam-ku.
Tiba tiba aku teringat sesuatu “daijobu? Kau sudah sembuh?”
Ia tersenyum kecil “jika tidak mana mungkin sekarang aku
muncul dihadapanmu, tadi aku sudah kerumahmu, dan kata adikmu---“
“karamie,” panggilku memotong penjelasannya
“nani?” tanyanya heran
“arigatou..” ucapku pelan
“hah?”
“domou arigatou, sudah kembali kesisiku” ujarku lagi
Karam tertegun dan menatapku, untuk beberapa saat aku tak
bisa merasakan apa apa dari tatapannya itu, sampai kemudian ia tersenyum.
“hai, terimakih juga, sudah menungguku..”
“baka!(bodoh) Tentu saja aku akan menunggumu..”
“honto?(benarkah?) Kau tidak emnemukan laki laki yang lebih menarik?”
“ya! Tidak ada lelaki yang menarik dibandingkan dirimu!”
“whoaa,,aku jadi tersipu,,” ledek karam, aku memukul bahunya
pelan.
Kami tertawa, kemudian suasana menjadi hening. Aku dan dia
saling bertatapan, seolah rasa rindu yang meluap ini tak bisa terlepas walaupun
sudah ribuan kali diucapkan.
“ya! Karamie..” panggilku
“ne?”
“kau masih sakit?”
“eoh? Doushitano?”(memangnya kenapa?)
“kimi o kissu shitai( i wanna kiss u)” lirihku pelan seraya menunduk yang
sedetik kemudian kusesali,aku jadi seperti hentai (yadong)
Karam melongo, aku menggaruk garuk kepalaku yang tak gatal
dan memalingkan muka.
“ang,,anggap saja aku tak mengatakan apa apa..” kilahku
Aku dapat melihat karam yang tersenyum dari sudut mataku,
aku memberanikan diri untuk kembali menatapnya. Senyum dari bibirnya semakin
terkembang, akupun ikut tersenyum. Ia mengenggam tanganku dan mendekatkan
wajahnya padaku. Spontan aku menutup mataku.
Tapi
yang kunantikan tak kunjung kurasakan. Akupun kembali membuka mataku perlahan
dan menemukan senyuman usil karam.
“sepertinya kau benar benar ingin dicium ya...” goda karam
Aku mem-poutkan bibirku “ya! Kenapa kau jadi menyebalkan
begini! Jangan jangan kau----“
Protesanku
terhenti karena tiba tiba karam menempelkan bibirnya ke bibirku. Kemudian ia
menatapku. Dan kembali menciumku.ciuman yang hangat dan lama. Aku melingkarkan tanganku dilehernya. Tuhan,
aku sangat mencintainya, kumohon, jangan ambil dia.
************
“kau ingat saat pertama kali kita bertemu” tanya karam
padaku yang sedang bersandar dibahunya.
Aku mengangguk pelan “ waktu itu kau memungut gantungan
kunciku”
“sebenarnya waktu itu aku terus memperhatikanmu..”
“eh?” memperhatikanku?
Karam mengangguk “waktu itu aku datang kepagian karena terlalu
semangat setelah tidak pergi sekolah sekian lama, sehingga aku meninggalkan
hyunmin dibelakang, karena sudah lama tak sekolah, sekolah terlihat berbeda
olehku, dan aku lupa dimana lokerku..”
“kau lupa dimana lokermu?” tanyaku menahan tawa
“haha,,eumm,,ketika mencari loker aku melihatmu, kau sedang
membuka lokermu, entah kenapa saat itu kau terlihat begitu bercahaya dan
rambutmu melambai lambai saat angin berhembus, kau tau, saat itu aku tertegun
beberapa saat” ujarnya sambil mencubit hidungku
“aww,,,benarkah?”
“aku ingin mengajakmu berbicara, tapi aku sangat malu, dan
untung saja saat itu gantungan kuncimu jatuh,,,” karam menatapku lekat lekat
“karena itu kita dipertemukan, dan saat itu jugalah aku
jatuh cinta padamu” ujarku, karam tersenyum
“kita sudah ditakdirkan untuk bertemu dan saling mencintai”
lanjutku
“hemm,,aku sangat berterimakasih pada tuhan karena itu, sungguh jalan hidup yang sangat
indah...” timpal karam
*********
Author POV*falshback
Angin
sepoi sepoi berhembus dari jendela rumah sakit membuat tirai tirai putih
bertebangan. Udara hangat musim panas menerpa wajah mungil karam. Ia membuka
matanya. Menatap kosong ke arah langit langit.
Tidak
tau apa yang ia pikirkan, pikirannya jadi kacau semenjak okasan-nya meningkalkan
ruangan beberapa menit yang lalu. Saat itu dokter datang dan ingin berbicara
serius dengan okasannya. Dan dengan wajah cemas namuk dioaksakan tenang itu
okasan menyuruhnya untuk menunggu sebentar.
Karam
mengalihkan pandangan ke arah kelender yang terletak dimeja yang ada didekatnya,
dan diraihnya dengan tangannya yang ber-infus. Ditatanya kelender yang sudah ia
coret setiap hari. ia mencoba mencari spidol yang biasa ia gunakan, dan
menggunakannya untuk memberi tanda silang untuk hari ini.
“terimasih tuhan, hari ini aku masih dapat melihat wajah
okasan” gumamnya seraya tersenyum samar
Tiba
tiba suara decitan pintu terdengar, ternyata okasan dan dokter tadi. Karam
tersenyum kecil menyambut mereka berdua. Kemudian ibunya duduk disampingnya dan
mengenggam tangannya. Karam menatap wajah okasannya dengan bingung. Walaupun
okasannya tersenyum, tapi ia dapat mengetahui
kalau okasannya tadi menangis.
“karam-kun, dokter sudah memperbolehkan kau pulang kerumah”
ujar ibunya dengan nada riang, karam melongo dan mengalihkan pandangannya ke
dokter tadi
“honto? Aku boleh pulang?” tanyanya kepada dokter dan dokter
itu mengangguk pelan. Tentu saja karam sangat senang bisa keluar dari rumah
sakit ini, dia dapat kembali bertemu hyunmin, jiyeon, dan pergi kesekolah. Okasannya mulai menangis, sepertinya ia sudah
tak dapat berpura pura tegar lagi didepan anaknya.
“okasaan,,nakanaide...”
“karam-kun! Okasan mohon, pikirkan lagi semuanya, okasan
akan selalu mendukungmu, maka berjuanglah sekali lagi, demi okasan! Okasan
mohon!” tangis okasannya meledak seraya mengenggam erat tangan karam, karam
tersenyum kecil.
“aku tidak apa apa okasan, aku sudah tidak apa apa,
sungguh..semua sudah mencapai batasnya,,” ujarnya meyakinkan okasannya, okasan tertegun mendengar kata anaknya
itu. Dan memeluk karam. Ia memeluk anaknya itu dengan erat seolah olah tak
ingin anak itu pergi darinya.
*********
JIYEON POV
Aku
pulang dengan langkah ringan. Apa lagi yang lebih indah pada hari ini? Hari ini
aku kembali bertemu dengan karam! Dan berciuman!dan dia juga akan mengatakan
masuk sekolah beberapa hari lagi! Hahaha, aku tersenyum-senyum seperti orang
gila ketika memasuki rumah dan menemukan appa yang melipat tangannya dibalik
pintu.
“appa? Sedang apa disini? Didepan pintu,,dan...” appa
mengeluarkan notes biru dari balik pungunggnya
“appa! Kenapa notes itu ada padamu!”akupun merusaha merebut
kembali notes itu dari tangn appa, tapi tak berhasil.
“appa!!” seruku lagi, aku kesal! Apa appa membaca semuanya?!
“appa tak suka kau dekat dekat dengan anak itu, appa juga
menemukan kertas ulangan yang kau sembunyikan, semua nilainya jelek! Sejak
kapan kau jadi pemalas begini jiyeon-ah!”
“tapi appa tidak seharusnya juga membaca notesku!”
“ya! Sekarang kau sudah berani meneriaki appamu karena
seorang cowok!”
“appa memang tidak seharusnya membaca barang pribadiku!”
PLAKK
Tangan appa mendarat dipipiku, appa menamparku, untuk
pertama kalinya dalam hidupku appa menamparku. Appa terlihat merasa bersalah.
“ji,,jiyeon-chan”
Aku langsung berlari kekamar! Aku benci appa! Aku benci
hyunmin! Aku benci semua orang! Kenapa seolah olah didunia ini orang baik yang
kukenal hanyalah karam?.
*******
Author POV
Appa
jiyeon berjalan teburu-buru, hari ini mobilnya rusak, sehingga ia harus
berjalan kehalte didekat rumahnya untuk pergi bekerja. Sesampainya disana ia duduk sebentar
menenangkan nafasnya yang tersengal sengal, sudah lama sekali ia tak berlari
lari seperti ini.
Tiba
tiba matanya menemukan sosok yang pernah ditemuinya. Anak dengan rambut lembut
dan bulat. Wajahnya putih dan sangat cantik untuk ukuran cowo. Jika hari itu ia
tidak mengenakan celana mungkin appa jiyeon sudah mengira dia adalah teman
cewek jiyeon.
Tanpa
sadar Appa jiyeon memfokuskan pandangannya kearah anak yang bernama karam itu, yang
sepertinya juga sedang mengunggu bus seperti dirinya . Ia melihat berkali kali
anak itu memegangi kepalanya, sepertinya ia pusing.
Appa-pun
melengkah mendekati karam. “daijoubu?” tanyanya seraya menyentuh bahu karam
pelan. Karampun menoleh.
“ah,,dai,,jo,,” perkataannya berhenti ketika menyadari orang
yang ada dihadapannya sekarang
“ah,,appa-nya jiyeon? Annyonghaseyo ajussi!” sapanya seraya
membungkuk dengan semangat, hal ini sangat bertolak belakang dengan apa yang
dilakukannya barusan.
“kau masih sakit?” tanya appa lagi
Karam tersenyum dan menggaruk kepalanya “ah, sedikit..”
“lalu kenapa berjalan sendirian, berbahayakan?” nasehat appa
jiyeon yang juga khwatir, bagaimana kalau anak ini tiba tiba pingsan
dijalanan?. Karam membalasnya dengan cengengesan, appa menatap karam dengan
penuh simpati, bagaimana anak yang terlihat sangat pucat bisa selalu tersenyum
dan bersemangat?.
Tiba
tiba appa teringat sesuatu dan mengacak tas-nya. Karam menatap heran ke arah
ajusshi yang sekarang ada dihadapannya itu, tak lama kemudian sebuah notes biru
keluar. Karam langsung melongo, dan mengalihkan pandangannya ke arah appa jiyeon.
Kenapa notes ini bisa ada pada appa jiyeon.
Seolah
bisa membaca pikiran karam appa jiyeon berkata “ kemaren aku menyitanya dari
jiyeon, karena akhir akhir ini nilai anak itu jelek sekali” dan menyodorkan
notes biru itu. Karam menyambutnya dan masih menatap notes itu dengan heran.
“gomen ajussi, aku sudah membuat anakmu...”
“daijoubu,,aku hanya berharap kau jangan pernah membuatnya
sedih” ujar appa jiyeon seraya tersenyum. Karam tertegun dan kemudian tersenyum
samar.
“aku....”
“ah! Itu biss nya datang! Aku duluan ya karam-ah, lain kali
kita lanjutkan, sekali sekali berkunjunglah kerumah kami” tawar appa jiyeon
sambil menepuk-nepuk pelan bahu karam, kemudian berlari ke arah bus.
Karam
masih termenung, kemudian ia menatap notes biru itu, mengenggam buku itu dengan
erat sehingga buku itu menjadi sedikit remuk. Ia terisak, dadanya terasa sesak,
hatinya tertusuk sangat dalam sehingga ia tak bisa menahan air matanya lagi.tak
peduli dengan bisikan dan tatapan orang orang dihalte kepadanya. Pedih, ini
sangat pedih.Ia memegang dadanya.
“kenapa dibagian sini sakit sekali? Kenapa? Kenapa aku tak
bisa melindunginya lebih lama lagi? Kenapa aku tak bisa menemaninya lebih lama
lagi?” lirihnya dalam sela tangisnya
Yang selalu kulakukan hanya membuatnya
sedih, maafkan, maafkan aku yang egois jiyeon-chan, maafkan aku tak mau
melepoasmu meskipun aku tau aku tak bisa menemanimu lebih lama lagi, maafkan
aku yang masih ingin menahanmu sampai saat itu tiba. Maafkan aku.
Karam
menyeka air matanya, dan menatap notes biru itu dengan pandangannya yang kabur
karena air mata. “haruskah aku menuliskannya disini?” gumamnya
******
JIYEON POV
Aku
membuka lockerku pelan, dan mengambil cermin yang ada didalamnya, mematuti
diriku dihadapan cermin.pikiranku mulai melayang, Pada hari itu Karam berkata ia akan pergi sekolah 2 atau 3
hari lagi. Kemarin, ia tak datang. Karena itu sekarang ia akan datang. Kalaupun hari ini ia tak datang, besok, atau besoknya lagi ia pasti akan datang, karena
aku percaya karam, ia tak pernah mengingkari janjinya.
Aku
berjalan tanpa semangat kearah kelas, hari ini aku sengaja datang terlambat.
Kemarin aku datang cepat berharap aku bertemu dengannya seperti saat pertama
kami nertemu dulu, ternyata nihil, ia tak datang.
Aku
membuka pintu kelas, dan benar saja. Bangku didepanku masih saja kosong. Bangku
yang ditempati karam, pemiliknya masih belum kembali. Aku mengalihkan pandangan
ke bangku hyunmin, hari ini anak itu juga tidak datang. Memang semenjak hari
itu kami tak pernah saling berbicara lagi, tapi, aku merasakan sesuatu telah
terjadi, kenapa karam dan hyunmin sepakat untuk tidak datang?.
“ne, jiyeon-chan, kenapa pagi pagi mukamu sudah ditekuk
begitu?” tanya chiharu
Aku menggeleng pelan” aku khawatir pada karam, kenapa ia
masih tidak pergi sekolah, bahkan min-kun juga”
“kau sudah menghubunginya?”
“sudah, tapi tak diangkat, dan juga aku malas menghubungi
hyunmin”
Chiharu memelukku dari samping “mungkin mereka pergi liburan
sekeluarga untuk merayakan kesembuhan karam, hei, positive thinking lah!”
ujarnya menyemangatiku. Benar juga, kenapa aku jadi paranoid begini,
bagaimanapun aku percaya pada karam.
***********
Aku
mengalihkan pandanganku kejendela. Dari tadi tidak ada satupun pelajaran yang
kuperhatikan. Aku tak dapat berkonsentrasi. Pikiranku selalu tertuju pada karam,
aku sangat mencemaskannya, mengkhwatirkannya dan juga, merindukannya. Aku ingin
melihatnya. Ingin bertemu.
Rrrrrrrttttt
Tiba
tiba aku merasakan getaran daru saku rok-ku. Aku langsung merogohnya diam diam
berusaha tidak ketahuan sensei. Panggilan dari hyunmin. Aku menatap layar
ponsel dengan heran. Ada apa iya menghubungiku ditengah jam pelajaran begini.
Tanganku terhenti ketika ingin memencet tombol merah untuk mengakhiri
panggilannya. Apakah ada hal yang penting. Akupun segera berdiri dan meminta ijin
pada sensei untuk pergi ketoilet.
********
Rrrrtttt
Hapeku
kembali bergetar ketika aku sudah cukup jauh dari kelas. Tidak seperti tadi,
dengan segera aku mengangkat telponnya.
“moshi moshi?” ujarku
“ya, kenapa lama sekali mengangkat telp-nya?” balas seseorang
diseberang, itu hyunmin, aku tau ini suara hyunmin, tapi entah kenapa,
terdengar lain dari yang biasanya
“maaf tadi aku dikelas, doushite? Kalian kenapa tidak
sekolah”
Keadaan jadi hening sesaat “oniichan masuk rumah sakit”
ujarnya kemudian
“benarkah?!” darahku langsung berdesir hebat, karam sakit
lagi?
Hyunmin hanya diam
“lalu dimana ia sekarang, dia baik baik saja kan?”tanyaku
lagi dengan penuh khwatir
“dia baik baik saja, tapi dia sudah tidak disini lagi” lirih
hyunmin
DEG. Aku merasakan
waktu disekitarku berhenti. Apa? Apa yang dikatakan hyunmin barusan?.
“ma..maksudmu?” tanyaku dengan bibir yang bergetar, lututku
terasa lemah dan aku terduduk dilantai
“dia sudah tak ada, dia sudah pergi,,meninggalkan
kita,,selamanya,,.” Jelas hyunmin terbata-bata, aku dapat mendengar isakan
pelannya dari seberang sana
“tidak mungkin!” pekikku
“tidak mungkin! Kau bercanda kan! Kau pasti bercanda!” aku
kehilangan kendali, air mataku mengucur deras, seluruh tubuhku bergetar hebat
namun sendi sendiku terasa lemas, aku
tidak bercaya, ini bohong, bohong, karam tidak mungkin menggalkanku!
“kau tunggu disana aku akan menjemputmu, tunggu saja disana,
tenangkan dirimu, jangan lakukan tindakan berbahaya” ujar hyunmin yang tak
dapat kudengar dengan jelas.
Tuhan...tolong katakan,,semua ini bohong.....ini Cuma
mimpi,,ini bukan kenyataan
Aku mohon,
***************
1 year later
“selamat atas kelulusanmu jiyeon-chan…!!!! Omedetou!” ucap chiharu
sambil tersenyum manis.
“selamat juga atas kelulusanmu chiharu-chan” akupun membalasnya.
Kami merayakan kelulusan kami di café dekat sekolah. Akhirnya setelah
bersekolah 3 tahun disini kami bersiap untuk melanjutkan pendidikan kami ke
jenjang lebih tinggi.
Yup, sudah 1 tahun semenjak karam meninggalkanku. Memang hidupku masih
bewarna,,tapi sudah tak secerah dulu. Tak ada lagi senyuman karam, tangannya
yang membelai dan menyentuhku, juga kata katanya yang lembut. Aku rindu dia.
saat pertama kalinya meliat tubuh karam yang terbujur kaku
aku langsung tak sadarkan diri, aku tidak sanggup menahan kesedihan ini.karam
meninggal di usia 18 tahun karena leukemia tau kanker darah, setelah mengalami
koma selama 3 hari. Ia meninggal dalam komanya.
Berbulan bulan aku kehilangan senyumku, jarang berbicara dan
lebih sering berkurung dikamar. Memang, lama lama aku berangsur kembali, tapi
tak ada seseorang yang tau, bahwa hanya diluar saja aku terlihat baik baik
saja, sedangkan didalam, diriku perlahan lahan makin hancur. Aku tidak mempunyai
tujuan hidup. Apa yang harus aku lakukan setelah setamat SMA ini?. Aku tak
punya tujuan lagi, apa lagi yang aku harapkan dari dunia ini kalau karam sudah
tak berada disunia yang sama denganku?.
**********
Aku
melangkah pelan menyusuri danau, danau yang aku kunjungi bersama karam dulu.
Saat pertama kali kami jalan berdua. Tidak banyak orang yang bermain di tepian
danau saat musim begini, yah, siapa yang mau bertarung dengan angin musim
dingin?.
Tak
sengaja mataku menangkap seorang anak yang sedang berlari lari mengejar bebek.
Didekatnya ada ibunya yang was was kalau kalau anaknya jatuh. Aku mendengus.
Semenjak kepergian karam aku suka berpikir berlebihan. Kenapa orang lain
berbahagia sedangkan aku tidak? Kenapa semua kehidupan tetap berjalan dengan
normal meskipun karam tak ada lagi?
Bahkan
hyunmin-pun sekarang sudah dapat menjalankan kehidupannya dengan normal, tapi
aku tak bisa seperti itu, aku masih tak bisa menerima karam sebagai suatu
“kenangan”. Bagiku ia adalah masa lalu, masa sekarang dan masa depanku, dan
sampai sekarang hal itu tak berubah.
L.O.V.E wanna tell you how i feel
Tiba tiba hape-ku berbunyi, aku segera merogoh kantong
jaketku, kutemukan nama hyunmin ketika aku membuka flap hapeku.
“moshi moshi” aneh sekali, sudah lama sekali aku tidak
berbicara dengan hyunmin, karena kebetulan saat kelas 3 kami tidak sekelas dan
juga setiap melihat hyunmin, bayangan karam semakin terlihat nyata.
“jiyeon-ah?” ujarnya diseberang
“ya?” ujarku malas malas
“ima dokode? (lagi dimana?)Bisa ke rumahku?”
Aku mendengus “ kenapa aku harus kerumahmu?”
“karena aku menemukan sesuatu, cepatlah kesini” balasnya dan
segera mematikan teleponnya. Aku masih terpaku dengn hape yang masih belum
beranjak didekat telingaku. Menemukan,,sesuatu...? apakah itu?.
********
Aku
sudah sampai didepan rumah karam, yah rumah hyunmin juga. Aku tidak tau kenapa
aku mau berlari lari kesini setelah menerima telfon dari hyunmin. Kenapa aku
langsung percaya? Bisa saja ia bercanda kan? Tapi rasa penasaranku sudah
kelewat batas, jika memang itu hanya bercanda, bersiaplah kau hyunmin, wajah
tampanmu akan kurusak sehingga tak akan ada lagi mahasiwi yang akan tertarik
padamu dikampus nanti. Akhirnya aku memencet bel.
Tak
lama kemudian munculah hyunmin, ia tersenyum tipis. Sudah lama aku tak
melihatnya dari dekat, dan ku akui anak ini semakin tampan.
“masuklah..” ujarnya ramah
“kau ingin meminum sesuatu?” tanya hyunmin ketika kami sudah
berada diruang keluarga, sepertinya dirumah ini Cuma ada hyunmin
Aku memendarkan padangan “dirumah ini tak ada orang?”
Hyunmin melongo, kemudian tertawa “ya, aku ada disini,
memangnya aku bukan orang apa?”
“bukan maksudku..”
“hei! Aku tak akan menyerang cewek jelek sepertimu” ledeknya
seraya meletakkan segelas minuman dihadapanku, aku mem-puotkan bibirku.
“apa yang akan kau temukan? Kau tau? Kalau kau bercanda kau
akan...”
“hai hai hai,,wagatta,,(iya iya,,tau,,)” potongnya, ia bangkit dari sofa dan
melangkah menuju sebuah lemari disudut ruangan dan mengambil sebuah notes yang
sangat kukenal. Ia menyodorkan notes itu padaku. Aku menatapnya tak percaya.
“kenapa,,notes biru ini ada disini? Bukannya notes ini
disita appa?” gumamku
“wakaranai,(aku tak tau juga) ambillah, ini punya kalian dan aku tau ini
sangat berharga untukmu” ujar hyunmin dan kembali duduk disampingku.
Aku
masih belum melepaskan pandanganku dari notesku, enath kenapa jari jariku terasa
berat untuk membuka lembaran lembaran yang ada dinotes ini.
“kau tidak ingin melihat isinya?” tanya hyunmin heran, aku
mengangguk dan membalik lembaran notes itu satu persatu, tak ada yang berubah,
tulisan tulisan lama kami masih ada disitu, masih tertoreh disana. Sampai aku
meyadari sesuatu, ada satu tulisan yang belum aku baca, dilembar terakhir, ada
tulisan yang belum pernah kulihat. Aku menatap hyunmin. Ia mengangguk seakan
tau isi pikiranku. Apakah ini tulisan terakhir karam untukku?.
Rabu, terlihat hujan dari jendela kamarku
Yosh, jiyeon-chan, apa kabarmu? Hehehe, padahal kita baru bertemu 2 hari lalu tapi entah kenapa aku sudah merindukanmu. Aku tidak sabar untuk pergi kesekolah dan bertemu denganmu lagi.
Kau tau? Hari ini aku bertemu dengan appamu, aku bertemu dengannya dihalte pagi ini ketika aku ingin mecari udara segar. Dan ia memberikan notes ini padaku, Sepertinya kau sedang bertengkar dengan appamu ya? Hey, berbaikanlah,,
Dan juga ia mengatakan padaku agar tidak membuatmu bersedih. Aku langsung tertegun dan langsung berpikir selama ini aku selalu membuatmu sedih, membuatmu menderita, untuk hal itu, gomenne (maaf).
Gomenne, karena mungkin aku tak bisa melindungimu lebih lama lagi, mungkin aku tak bisa bersamamu lebih lama lagi, mungkin aku tak bisa tersenyum padamu lebih lama lagi. Karena aku akan pergi..
Aku juga tak dapat memastikan padamu, kalau aku akan tetap bersamamu walaupun suatu saat nanti aku sudah tak ada didunia ini. Karena aku tidak tau, jika manusia mati ia akan kemana? Ke surga? Apa dari surga aku bisa melihat semuanya? Aku tidak tau, dan aku takut memikirkannya.
bicara soal takdir, memang benar kau dan aku ditakdirkan untuk bertemu, ditakdirkan untuk saling mencintai, ditakdirkan untuk bersama, tapi semua itu bukan untuk selamanya, karena, didunia ini tak ada yang abadi jan?
Aku juga minta maaf karena masih banyak hal yang belum kita lakukan bersama sama. Misalnya pergi bersenang-senang, menemanimu belanja, kencan sepulang sekolah, belajar bersama, bahkan merayakan ulang tahun bersama. Heuuh, kadang akau menyesali hidupku yang rasanya akan berakhir singkat ini.
Datte, daijoubu, (but, its okay) aku bersyukur dikehidupanku yang singkat ini aku masih sempat merasakan cinta bersama denganmu. Menghabiskan waktu denganmu, menatap wajahmu, senyummu, mengenggam tanganmu, memelukmu dan menciummu. Aku sudah sangat bahagia sekali bisa melaluinya bersamamu.
Tapi, hal itu mari kita jadikan sebuah kenangan saja. Jarum jam terus berputar, kau akan terus berjalan menjalani hidup dan bertemu dengan orang orang baru, semakin hari umurmu akan bertambah dan kau akan menjadi dewasa.
tapi, Aku takut kau melupakanku, karena, orang mati akan benar benar mati ketika tak ada seorangpun yang masih mengingat kehadiran dirinya. Aku mohon biarkan aku hidup dihatimu, aku hanya meminta sedikit ruang dihatimu untuk mengingat kalau aku pernah ada, karena aku tidak ingin dilupakan begitu saja oleh cinta pertamaku.
Dan sisanya, bisa kau berikan untuk orang yang kau cintai, selain aku tentunya, hehehe, ingat kau harus menemukannya! Kau pasti akan menemukannya! Seseorang yang yang mencintaimu dan menyayangimu sepenuh hati.ingat masih banyak orang yang menyayangimu jiyeon-chan ^___^.
Aku harap kau selalu sehat dan bersemanagat enjalani hidupmu! Jangan disia siakan, ganbatte ne, hwaithiing!
AISHITERU
KARAM
***********
Aku
menutup buku itu setelah berulang-ulang kali membacanya, aku menangis hebat.
Kertas kertas notes itu menjadi sedikit basah karena air mataku, sedangkan
hyunmin yang disampingku menepuk nepuk halus punggungku. Mencoba mengucapkan
kata kata yang dapat menenangkanku.
“aitakatta, aku ingin meihatnya,,aku ingin mendengar
suaranya,,aku merindukannya min-kun” isakku, hyunmin menarikku kepelukannya.
Aku masih terus menangis. Hyunmin membelai pelan rambutku.
“nakanaide, oniichan pasti sudah bahagia disana, sekarang
kau juga harus memikirkan kebahagiaanmu”
“aku tidak bisa min-kun, aku butuh dia untuk bahagia!”
“meskipun aku? Apa aku juga tak bisa membuatmu bahagia?”
hyunmin melonggarkan pelukannya dan menatapku dengan mata jernihnya. Aku hanya
diam, aku tidak tau harus berkata apa, hyunmin menghela nafas.
“kalau begitu begini saja, jika lima tahun lagi kau masih
tak dapat menemui orang yang kau cintai dengan sungguh sungguh, maukah kau
mencoba untuk menyayangiku?”
Aku tertegun mendengarkan perkataan hyunmin, sejak kapan
anak ini polanya berpikirnya jadi sedewasa ini. Ia masih terus menatapku dengan
matanya. Aku mendengus dan meyeka air mataku.
“apakah ini artinya kau sedang melamarku?” ujarku setengah
meledeknya, ia langsung melepaskan tangannya dari bahuku.
“kau gila? Ini bukan lamaran, hanya tawaran untuk
menyelamatkanmu agarkau tak jadi perawan tua!” serunya, tapi aku tau ia
berbohong dengan melihat wajahnya yang sangat memerah, bocah satu ini. Aku
tertawa lepas, aku tidak ingat kapan terakhir kali aku tertawa seperti ini, aku
merasakan beban dipundakku terlepas.
“kalau begitu, aggap saja ini sebagai suatu taruhan” ujarku
disela sela tawa
*********
AUTHOR POV
DESEMBER 2011
Hari
masih menunjukkan pukul 6.30 pagi, tapi jiyeon sudah berada ditepi danau. Ia
mengenakan Jacket tebal dan syal untuk menghalau rasa dingin yang mendera. Ia
melempar remah remah roti untuk para bebek bebek yang ada disana. Jiyeon
memperhatikan bebek bebek yang sedang
sibuk berebut makanan dengan senyum mengembang.
Ia
mengambil hapenya dan mencoba memotret bebek itu, matanya menerawang melihat
hasil jepretannya itu. Dulu, beberapa tahun yang lalu dia juga pernah kesini
dengan seseorang, tertawa, ngobrol dan mengambil beberapa foto.
Ia
menatap pantulan dirinya di air danau yang jernih. Sudah 3 tahun lebih ia tak
bertemu orang itu, ya karam dan ia tak akan pernah bertemu dengannya lagi. . Walaupun sering merindukannya, ia sudah berjanji
pada diri sendiri, tidak akan melihat kebelakang sesering yang dulu lagi. Ia
tidak melupakan karam, karena orang yang mati hanya dapat hidup dihati orang
yang ditinggalkan. Namun, ia sadar, kalau roda kehidupannya masih terus
berjalan, dan ia tak boleh menyiakannya.
Ia
mengembus nafas sehingga terbentuk uap dari mulutnya, cuaca semakin dingin,
tapi ia masih tidak ingin beranjak. Tiba tiba sebuah lengan mendekapnya dibelakang,
menyandarkan kepalanya dibahu jiyeon, jiyeonpun menoleh dan menemukan wajah
hyunmin. Jiyeon tersenyum kecil.
“hei, bagaimana kau tau aku ada disini?”
“appamu yang memberi tahuku” ujarnya tanpa membuka matanya,
ia seolah olah sedang tertidur dari bahu jiyeon
“hei, menyingkirlah, berat tauu” protes jiyeon sambil mecoba
menyingkirkan lengan hyunmin yang mendekap tubuhnya
“dengan begini kan lebih hangat”
Jiyeon
tersenyum. Hyunmin, orang yang selalu ada untuknya. Tida peduli kata kata jelek
apa yang jiyeon lontarkan untuknya. Hyunmin tidk pernah meninggalkan jiyeon,
malah ia akan membalas dengan kata kata yang lebih jahat lagi.Hyunmin menolak
semua cewek yang ada didekatnya demi jiyeon, meskipun jiyeon bukan siapa
siapanya, meski jiyeon tidak memberikan apapun padanya, ia selalu tulus
menolong jiyeon.
Jiyeon
menyenderkan kepalanya kekepala hyunmin. Dan menghela nafas.
“ne, min-kun”
“nani,,” balasnya malas malas
“aku pikir kau tak usah menungguku lagi,,” lirih jiyeon
Hyunmin langsung membuka matanya dan bangun dari bahu jiyeon
“doushite?” tanyanya heran
Jiyeon menatap hyunmin “karena aku sudah menemukannya,
menemukan orang yang kucintai,,karena sekarang sudah berjalan sudah lebih 3
tahun, kau tidak perlu menungguku 2 tahun lagi”
Hyunmin
menatap jiyeon dengan penuh keputus asaan, ekspresi jiyeon bukanlah seperti
orang yang bercanda. Padahal ia terus memberikan perhatian pada jiyeon, selalu
ada didekatnya saat dibutuhkan, sudah selama ini? Ternyata usahanya sia sia,
karena jiyeon sudah menemui pria yang dicintainya.
Hyunmin
menghela nafas, mencoba menenangkan dirinya. Ingin rasanya ia menceburkan diri
ke danau sehingga mati beku.
“kalau itu keputusanmu, apaboleh buat” gumamnya pahit
Jiyeon
tersenyum, hyunmin menatap jiyeon heran. Perlahan jiyeon mendekat dan mengecup
bibir hyunmin. Hyunmin mundur beberapa senti saking kagetnya. Jiyeonpun
tergelak.
“2 sama..” ujarnya sambil menunjuk hyunmin, hyunmin yang
tadi Cuma molongo ikut tergelak.dan menarik jiyeon kedalam pelukannya.
“kenapa harus menunggu sampai 5 tahun kalau sekarang aku
sudah jatuh cinta padamu..” ucap jiyeon
“berarti aku menang taruhan” ledek hyunmin, jiyeonpun
memukul punggung hyunmin .
Jiyeon
memeluk hyunmin erat, Hyunmin yang dulu sangat ia benci, hyunmin yang jahat
tapi juga baik padanya, hyunmin yang selalu ada, hyunmin yang aneh dan pemarah,
namun juga sabar, dan juga hyunmin ciuman pertamanya. Ciuman yang dulu berawal
dari lelucon dulu, sekarang menjadi sungguhan. Karam adalah bagian dari hidupnya yang paling berharga, mungkin memang masa lalunya adalah karam, tapi saat ini dan seterusnya, hyunmin-lah, hyunmin lah akan bersamanya.
jiyeon mengadahkan kepalanya kelangit yang perlahan lahan semakin terang, dan tersenyum tipis.
ne, karam, apakabarmu? baik baik saja kan? Aitakatta (i miss u/ i wanna see u)
________________________________FIN_________________________________________
0 comment:
Posting Komentar